Ambon (Antara Maluku) - Penelitian untuk tema prasejarah di Maluku masih minim karena sumber daya manusia (SDM) atau peneliti yang berminat masih kurang, kata Arkeolog Marlon Ririmasse dari Balai Balai Arkeologi Ambon, di Ambon, Senin.

"Balai Arkeologi Ambon hanya memiliki delapan arkeolog dengan berbagai minat penelitian, tiga diantaranya, termasuk saya khusus meneliti di bidang prasejarah," katanya.

Marlon mengatakan minimnya tenaga peneliti di bidang prasejarah mengakibatkan arah penelitian prasejarah di Balai Arkeologi Ambon hanya berkisar pada survei dan ekskavasi untuk mendapatkan potensi situs, tetapi penelitian lebih dalam mengenai usia, kompleksitas dan aktivitas di dalam situs hampir jarang dilakukan.

"Selama ini arah penelitian kami lebih banyak adalah survei untuk mendapatkan potensi situs, tapi hal-hal yang terkait di dalamnya masih sangat kurang," katanya.

Dikatakannya, selain kurangnya tenaga peneliti di bidang prasejarah, keterbatasan penelitian terhadap situs prasejarah di Kepulauan Maluku juga dipengaruhi oleh minimnya anggaran riset, sehingga waktu yang bisa digunakan untuk proses penelitian hanya berkisar paling lama 14 hari.

Padahal menurut Marlon, secara kepulauan, Maluku dari bagian utara hingga tenggara memiliki banyak potensi kepurbakalaan, dan sebarannya merata di seluruh wilayah daerah tersebut.

"Anggaran juga menjadi masalah karena kalau berbicara tentang penanggalan situs biayanya agak mahal sebab harus ke luar negeri, untuk satu sampel saja bisa memakan biaya belasan juta rupiah," ucapnya.

Dikatakannya lagi, kendala penelitian lanjutan terhadap situs prasejarah yang telah disurvei juga dipicu oleh minimnya fasilitas riset yang tersedia.

"Harus diakui peralatan di Balai Arkeologi Ambon cukup terbatas, tapi saya kira itu pelan-pelan akan disesuaikan apabila SDM kami juga sudah dibenahi, jika tenaga penelitinya lebih banyak tentu saja fasilitasnya juga akan ditambah," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014