Ambon (Antara Maluku) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah akan menginventarisasi dampak pertikaian antarwarga desa Seith - Negeri Lima, Kabupaten Maluku Tengah.
"Kami jadwalkan setelah usai libur Idul Fitri 1435 Hijriah baru menerjunkan tim ke Seith - Negeri Lima untuk menginventarisasi dampak pertikaian antarwarga dua desa bertetangga tersebut," kata Kepala BPBD Maluku Tengah, Bob Rachmat, dikonfirmasi, Sabtu.
Inventarisasi selanjutnya dilaporkan kepada Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal guna direkomendasikan ke Gubernur Maluku, Said Assagaff untuk dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Pastinya diminta adanya bantuan dana dari BNPB maupun departemen/badan teknis lainnya yang pengurusan tidaklah mudah dan butuh tenggat waktu lama," ujarnya.
Bob mengakui, bantuan dana dari BNPB itu memprioritaskan korban bencana alam, sedangkan pertikaian itu terbatas alokasinya sehingga butuh keseriusan.
"Bayangkan pertikaian interna di Pelauw, pulau Haruku dan Porto - Haria yang sudah lebih dari dua tahun diperjuangkan hingga saat ini belum direalisasikan bantuan dana," katanya.
Karena itu, dia mengingatkan masyarakat agar jangan mudah terprovokasi sehingga memicu terjadinya pertikaian karena pada akhirnya yang mengalami penderitaan adalah warga sendiri.
Begitu pun, korban jiwa, warga terluka, rumah terbakar dan fasilitas umum maupun sosial rusak.
"Butuh anggaran besar sehingga tidak mudah untuk dialokasikan bantuan dana secepatnya sehingga masyarakat sendiri yang merasakan penderitaan akibat ulah oknum - oknum warga di desa bertikai," tegas Bob.
Dia juga menyesalkan pertikaian tersebut karena kenyataan para korban jebolnya natural dam Way Ela di desa Negeri Lima pada 25 Juli 2013 hingga saat ini belum tertuntaskan penanganannya.
"Jadi belajarlah dari kenyataan bahwa kalau bertikai dan jatuh korban, maka yang menderita adalah masyarakat, selanjutnya menyalahkan pemerintah soal keterlambatan bantuan," ujar Bob.
Pertikaian yang mengakibatkan empat warga meninggal dan 27 unit rmah terbakar itu dipicu pemukulan terhadap warga Seith yang diduga dilakukan seorang warga Negeri Lima pada 28 Juli 2014.
Ketegangan itu sebenarnya telah diselesaikan secara kekeluargaan, baik oleh perangkat desa, tokoh masyarakat, maupun agama. Namun, pertikaian tidak terelakan dan terjadi saling menyerang pada Kamis (31/7) sekitar pukul 15.45 WIT.
Korban dari desa Negeri Lima yang terluka, adalah Muhamad Azis Heluth (39) dan Yulin Uweng (24), sedangkan yang meninggal yakni Muhamad Seli, Kaimudin Soulisa, dan Yulit Suneth.
Mereka dari Desa Seith yang terluka sebanyak empat orang, yakni Benyamin Mahu (45), Walid Moni, Damra Nukuhehe, dan Harli Hataul, sedangkan yang meninggal adalah Said Mony (38).
Pertikaian itu juga mengakibatkan personel Brimob Polda Maluku, yakni Bripda Marselino Hetharia terluka di bagian kepala karena terkena lemparan batu.
Marselino dan Benyamin Mahu dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkari di kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon pada Kamis (31/7) malam.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014
"Kami jadwalkan setelah usai libur Idul Fitri 1435 Hijriah baru menerjunkan tim ke Seith - Negeri Lima untuk menginventarisasi dampak pertikaian antarwarga dua desa bertetangga tersebut," kata Kepala BPBD Maluku Tengah, Bob Rachmat, dikonfirmasi, Sabtu.
Inventarisasi selanjutnya dilaporkan kepada Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal guna direkomendasikan ke Gubernur Maluku, Said Assagaff untuk dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Pastinya diminta adanya bantuan dana dari BNPB maupun departemen/badan teknis lainnya yang pengurusan tidaklah mudah dan butuh tenggat waktu lama," ujarnya.
Bob mengakui, bantuan dana dari BNPB itu memprioritaskan korban bencana alam, sedangkan pertikaian itu terbatas alokasinya sehingga butuh keseriusan.
"Bayangkan pertikaian interna di Pelauw, pulau Haruku dan Porto - Haria yang sudah lebih dari dua tahun diperjuangkan hingga saat ini belum direalisasikan bantuan dana," katanya.
Karena itu, dia mengingatkan masyarakat agar jangan mudah terprovokasi sehingga memicu terjadinya pertikaian karena pada akhirnya yang mengalami penderitaan adalah warga sendiri.
Begitu pun, korban jiwa, warga terluka, rumah terbakar dan fasilitas umum maupun sosial rusak.
"Butuh anggaran besar sehingga tidak mudah untuk dialokasikan bantuan dana secepatnya sehingga masyarakat sendiri yang merasakan penderitaan akibat ulah oknum - oknum warga di desa bertikai," tegas Bob.
Dia juga menyesalkan pertikaian tersebut karena kenyataan para korban jebolnya natural dam Way Ela di desa Negeri Lima pada 25 Juli 2013 hingga saat ini belum tertuntaskan penanganannya.
"Jadi belajarlah dari kenyataan bahwa kalau bertikai dan jatuh korban, maka yang menderita adalah masyarakat, selanjutnya menyalahkan pemerintah soal keterlambatan bantuan," ujar Bob.
Pertikaian yang mengakibatkan empat warga meninggal dan 27 unit rmah terbakar itu dipicu pemukulan terhadap warga Seith yang diduga dilakukan seorang warga Negeri Lima pada 28 Juli 2014.
Ketegangan itu sebenarnya telah diselesaikan secara kekeluargaan, baik oleh perangkat desa, tokoh masyarakat, maupun agama. Namun, pertikaian tidak terelakan dan terjadi saling menyerang pada Kamis (31/7) sekitar pukul 15.45 WIT.
Korban dari desa Negeri Lima yang terluka, adalah Muhamad Azis Heluth (39) dan Yulin Uweng (24), sedangkan yang meninggal yakni Muhamad Seli, Kaimudin Soulisa, dan Yulit Suneth.
Mereka dari Desa Seith yang terluka sebanyak empat orang, yakni Benyamin Mahu (45), Walid Moni, Damra Nukuhehe, dan Harli Hataul, sedangkan yang meninggal adalah Said Mony (38).
Pertikaian itu juga mengakibatkan personel Brimob Polda Maluku, yakni Bripda Marselino Hetharia terluka di bagian kepala karena terkena lemparan batu.
Marselino dan Benyamin Mahu dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkari di kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon pada Kamis (31/7) malam.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014