Ternate (Antara Maluku) - Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Maluku Utara (Malut) mengakui penutupan operasional sejumlah perusahaan tambang nikel di Malut beberapa waktu lalu mengakibatkan hilangnya pendapatan daerah puluhan miliar per tahun.

Kepala Distamben Malut Saiful Bahri Latief mengatakan di Ternate, Rabu, jumlah itu belum termasuk pendapatan para karyawan diberhentikan serta pendapatan aktivitas usaha lainnya di sekitar perusahaan tambang yang juga hilang akibat penutupan tersebut.

Puluhan perusahaan nikel di Malut sejak awal 2014 menutup operasionalnya menyusul pemberlakuan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor tambang dalam bentuk mentah, sementara perusahaan tambang nikel tersebut tidak mampu membangun pabrik pengolahan nikel.

"Distamben Malut tentu dapat memahami alasan penutupan perusahaan operasional tambang nikel tersebut karena sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan mereka memenuhi ketentuan undang-udang, tetapi dilihat dari sisi hilangnya pendapatan daerah jelas sangat disayangkan," katanya.

Salah satu penyebab perusahaan tambang nikel tersebut tidak mampu membangun pabrik pengolahan nikel adalah mahalnya investasi untuk membangun pabrik pengolahan nikel, yang di antaranya untuk membangun pembangkit listrik yang mencapai sekitar 40 persen dari investasi yang dibutuhkan.

Oleh karena itu, kata Saiful Bahri Latief, Distamben mengharapkan agar pemerintah pusat dapat melakukan langkah-langkah konkret untuk mempecepat pemanfaatan potensi panas bumi di Malut menjadi sumber energi listrik perbarukan.

Di Malut ada sejumlah titik yang memiliki potensi panas bumi, seperti di Halmahera Barat, Halmahera Utara dan Halmahera Selatan yang masing-masing dapat menghasilkan energi listrik sekitar 200 MW, sehingga kalau potensi itu dimanfaatkan bisa memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga dan industri di daerah ini.

"Kalau potensi panas bumi tersebut sudah dimanfaatkan menjadi energi listrik, tidak tertutup kemungkinan perusahaan tambang nikel yang menutup operasionalnya tersebut bisa tertarik untuk membangun pabrik pengolahan nikel karena investasi yang dibutuhkan hanya untuk industri pengolahan, sedangkan listriknya disuplai dari luar," katanya.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014