Untuk pertama kalinya perayaan Imlek tingkat Provinsi Maluku diselenggarakan di luar Kota Ambon, setelah pemerintah Indonesia menyetujui pelaksanaan Tahun Baru China pada 1999.

Gubernur Maluku Said Assagaff bersama masyarakat Oping, Arara, Besi dan Huaulu berbaur dengan manajemen PT Wahana lestari Investasi (WLI) --milik pengusaha nasional Burhan Aray-- beserta karyawan dan para tamu, baik dari Pemprov Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah, merayakan Imlek atau Tahun Baru China 2566 di Oping, pedalaman Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, pada 19 Februari 2015.

Begitu pun, masyarakat Sawai, Wahai hingga Pasahari, rela menempuh perjalanan dua hingga tiga jam untuk menyaksikan perayaan Imlek yang baru pertama kalinya mereka saksikan.

Kawasan budidaya udang pangsa pasar ekspor itu terlihat indah dengan dihiasi aneka pernak-pernik yang mayoritas berwarna merah menyambut Gong XI Fa Chai 2566, cerminan ritual etnis Tionghoa.

Gubernur yang didampingi Wagub Maluku, Zeth Sahuburua, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Maluku, Wakil Bupati Maluku Tengah, Marlattu Leleurry, Rektor Unpatti Ambon, Prof Dr Thomas Pentury, Ketua Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulistyo, Wakil Wali Kota Ambon, Sam Latuconsina menilai perayaan di Oping strategis untuk meyakinkan investor, baik dalam maupun luar negeri.

"Ini menunjukkan bahwa kondisi keamanan Maluku telah damai sehingga Imlek bisa dirayakan di tengah hutan pulau Seram," ujarnya.

Dia merujuk Oping letaknya sekitaer 130 KM dari Kota Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah dan ditempuh dengan kenderaan roda empat berkisar 3-4 jam.

Sedangkan pesawat dari Bandara Internasional Pattimura Ambon ke Lapter Wahai sekitar 50 menit hingga satu jam, selanjutnya ke Oping juga satu jam.

"Jadi PT.WLI yang pemegang sahamnya, pengusaha nasional, Burhan Uray telah merintis kegiatan ritual etnis Tionghoa strategis untuk iklim investasi di Maluku karena merayakan Imlek di kawasan budidaya udang dengan lokasi di tengah hutan pulau Seram," tegas Gubernur.

Dia mengemukakan, pernyataan tersebut bukan memberikan kesan asal bapak senang. Namun, kenyataannya Imlek dihadiri ribuan warga Oping, Arara, Besi dan Huaulu yang beragama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha.

"Jadi di tengah Pulau Seram tercermin jalinan keharmonisan antarumat beragama yang menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika dan kayanya peradaban Indonesia," kata Gubernur.

Karena itu, masyarakat Maluku diimbau hidup dalam keberagaman yang saling menghormati perbedaan sebagai aset budaya sebagai cerminan hidup orang basudara (saudara) dari leluhur.

"Saya dan Wagub Zeth Sahuburua bertekad dengan dukungan masyarakat menjadikan Maluku sebagai `laboratorium perdamaian dunia` yang menghargai peradaban multi kultural," ujar Gubernur Said.


Ungkapan syukur

Presiden Direktur PT WLI, Karel Albert Ralahalu, mengemukakan, merayakan Imlek di Oping sebagai cerminan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh pengusaha nasional, Burhan Uray karena kerja keras selama beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan menggembirakan.

"Kerja keras ini tercermin dari sekitar 2.000 tenaga kerja saat ini diserap perusahaan ini dengan produksinya merambah pasar ekspor AS, Jepang, Tiongkok, Korea dan Vietnam, ternyata 90 persen diantaranya adalah masyarakat lokal, " katanya.

Lebih lanjut, menurut dia, sekiranya sesuai program dikembangkan menjadi 2.500 hektare dan nantinya mengoptimalkan lahan seluas 7.000 hektare.

"Perputaran uang saja di kawasan budidaya udang saat ini mencapai Rp10 miliar per bulan. Sekiranya 2.500 hektare, maka kawasan Seram Utara menjadi salah satu sentra perekonomian masa depan Maluku," tegas Karel.

Lahan tambak juga sedang dikembangkan di Pasahari seluas 535 hektare, Tanah Abang bagi pembenihan dan Oping dibangun pabrik pakan ikan.

"Kami programkan secara bertahap agar mencapai 2.500 hektare karena permintaan udang, baik pasar dalam negeri maupun ekspor cenderung meningkat," ujarnya.

Dia mengakui, Naker yang bekerja di PT.WLI pemberian upahnya sesuai ketentuan Gubernur Maluku, Said Assagaff tentang Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 yakni Rp1.650.000/bulan.

Biasanya ada lembur sehingga pekerja menerima bervariasi Rp2,5 juta hingga Rp3 juta/bulan.

Pasar Eropa


Karel menambahkan, PT.WLI saat ini menjajaki memasarkan produksi udang yang dikembangkan di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah ke pasar Eropa.

"Kami memprogramkan udang diekspor ke sejumlah negara di Eropa dan penjajakannya sedang dijajaki dengan investor di sana," katanya.

Terobosan pangsa pasar ke Eropa, menyusul saat ini ke AS, Jepang, Tiongkok, Korea dan Vietnam dengan produksi 50-100 ton per hari.

Ekspor udang ke Jepang melalui pelabuhan Oping, pulau Seram. Ke AS, Tiongkok, Korea dan Vietnam melalui pelabuhan Surabaya, Jawa Timur.

"Jadi syukur saat ini telah diserap sebanyak 2.000 tenaga kerja (Naker) yang sekitar 90 persen adalah masyarakat lokal, menyusul pada 2014 baru 1.200 pekerja," ujar Karel.

Karel yang mantan Gubernur Maluku dua periode berakhir pada 15 September 2013 itu mengemukakan, lahan tersedia milik PT.WLI seluas 7.000 hektare.

"Kami memprogramkan pengembangan hingga seluas 2.500 hektare dan pastinya menyerap puluhan ribu tenaga kerja," ujarnya.

Pengembangan budidaya udang juga diprogramkan didukung dengan rencana membangun lapangan terbang.

Begitu pun, membangun pembangkit listrik tenaga uap(PLTU) berkapasitas 20 Mega Watt (MW) agar efisien bila mengoperasikan PLTD.

Lahan PLTU telah disiapkan dan dijadwalkan realisasinya pada pertengahan Januari 2015 dan rampung untuk pengoperasian 2016.

PLTD yang dikembangkan saat ini berkapasitas 20 MW dengan menyambungkan secara gratis kepada masyarakat di Oping, Arara, Besi dan Huaulu.

Salah seorang warga Huaulu, Mawardi membenarkan pernyataan Karel yang listrik dinikmati tidak memakai meter sebagai pembatas.

"Tidak ada meter sehingga pemakaiannya sesuai kebutuhan masyarakat dengan peralatan memanfaatkan jasa energi listrik," katanya.


Keharmonisan

Ketua Dewan Stasi Oping Paroki Masohi, Benny Lirale, memandang perayaan Imlek di kawasan budidaya udang mencerminkan jalinan keharmonisan antarumat beragama.

"Keharmonisan jalinan antarumat beragama berdampak terhadap suasana kerja dan strategis untuk iklim investasi di pulau Seram," ujarnya.

Pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mengakui, umatnya sebanyak 12 kepala keluarga (KK) hidup berbaur dengan masyarakat, pekerja maupun manajemen PT.WLI tanpa ada rasa kecurigaan.

"Kami datang dari jauh (NTT) dan merasa di negeri sendiri karena terjalin keharmonisan antarumat beragama, baik Kristen Katholik, Kristen Protestan, Islam, Budha dan Hindu," katanya.

Dia juga bersyukur karena menjelang perayaan Imlek ternyata umat Kristen Katholik melaksanakan misa Rabu Abu.

"Jadi didoakan perayaan Imlek sukses dan berdampak strategis bagi pengembangan usaha budidaya udang yang pada akhirnya menyejahterakan karyawan maupun masyarakat setempat," ujar Benny.

Pernyataan Benny diamini pemilik PT.WLI, Burhan Uray yang mengakui, perkembangan usaha yang dirintisnya bermodalkan semangat dan senyum dengan tujuan menyejahterakan karyawan maupun masyarakat sekitar.

"Jadi apa guna uang banyak tapi tidak miliki semangat dan menebar senyum sebagai cerminan hati buat sesama. Jadi, perayaan Imlek di kawasan budidaya udang itu mencerminkan keharmonisan jalinan hidup semua pemeluk agama," ujarnya.

Pengusaha berusia 84 tahun itu memastikan, usaha budidaya udang PT. WLI dilandasi visi yakni mampu memberikan kesejahteraan, khususnya karyawan dan masyarakat sekitar secara umum, bersaing di tingkat Internasional dan menjadikan perusahaan ini sebagai perikanan budidaya terkemuka di Indonesia.

  Misinya adalah mengoptimalkan semua sumberdaya yang ada, mengembangkan perusahaan agar berkesinambungan dan memberikan sumbangan perekonomian bagi Indonesia dan khususnya Maluku.    

Pewarta: Alex Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015