Ambon (Antara Maluku) - Pelaksanaan tradisi adat "Pukul Sapu Lidi" di dua desa bertetangga Mamala - Morela, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (24/7) petang berlangsung meriah meskipun jumlah warga yang datang menyaksikannya relatif berkurang jauh dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pantauan Antara, atraksi "baku pukul" (saling pukul) dengan menggunakan batang sapu lidi yang digelar setiap tahun oleh warga kedua desa pada 7 Syawal setelah perayaan Lebaran tersebut, pada tahun 2015 terasa sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Selain kurang meriah karena jumlah warga yang datang menyaksikan atraksi saling pukul hingga berdarah itu berkurang akibat `larangan`, juga tidak ada pejabat Pemprov Maluku, Maluku Tengah maupun pimpinan TNI/Polri yang hadir untuk membuka sekaligus menyaksikan atraksi adat yang tergolong ekstrem, atraktif dan menghibur tersebut.

Tradisi budaya di kedua Negeri yang memiliki hubungan darah dari satu leluhur tersebut hanya dibuka oleh Raja masing-masing. di desa Morela atraksi tersebut dibuka Raja Sialana Yunan, sedangkan di desa Mamala dibuka Rajanya Ramly Malawat.

Kedua Raja mengimbau warganya untuk tetap menjaga kondusifitas keamanan serta menciptakan perdamaian antarwarga, sehingga di tahun-tahun mendatang, penyelenggaraan tradisi budaya yang telah digelar sejak abad 16 di masa penjajahan Portugis dan Belanda itu.

"Jangan lagi berkonflik karena tidak ada yang diuntungkan serta merugikan semua pihak. Masyarakat daerah lain termasuk wisatawan juga akan was-was dan enggan untuk datang menyaksikan tradisi adat dan budaya yang diwariskan para leluhur kita jika suasana tidak kondusif," kata Raja Morela, Sialana Yunan saat membuka atraksi budaya tersebut.

Berdasarkan pemantauan, jumlah warga dari berbagai daerah di Kota Ambon yang datang untuk menyaksikan tradisi adat "baku pukul" (saling pukul) menggunakan batang sapu lidi yang dihelat di daerah yang dijuluki dengan "Negeri Seribu Bukit" itu, relatif sangat sedikit. Hanya sekitar 1.000-an orang yang datang ke masing-masing desa.

Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, puluhan ribu termasuk wisatawan mancanegara warga telah berbondong-bondong datang ke kedua desa bertetangga tersebut sejak pagi hari, padahal atraksinya baru akan berlangsung seusai Sholat Ashar. Bahkan ada yang telah datang pada satu atau dua hari sebelum atraksi adat itu digelar.

Sebelumnya, Panitia pelaksana, Raja dan Saniri Negeri serta tokoh agama dan pemuka masyarakat masing-masing desa, melakukan rapat internal secara terpisah, pada Kamis (23/7) malam dan menyepakati tradisi adat pukul sapu tetap berlangsung, kendati tidak dihadiri warga untuk menyaksikannya seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, semua pihak juga bersepakat menjaga situasi dan kondisi keamanan agar tetap kondusif serta tidak ada pengerahan massa dalam jumlah besar.

Penyelenggaraan atraksi budaya tersebut juga mendapat pengawalan ekstra ketat dari ratusan aparat kepolisian dan didukung TNI. Kendati demikian aparat keamanan tidak menghalangi atau membatasi warga yang datang untuk menyaksikan tradisi 7 Syawal tersebut.

Pengamanan ketat dilakukan aparat Polri dan TNI karena kondisi keamanan kurang kondusif menyusul ketegangan antarwarga Mamala-Morela pada 19 Juli 2015 yang mengakibatkan anggota Brimob Polda Maluku, Bripka Faizal Lestaluhu meninggal.

Ketegangan antarwarga kedua desa bertetangga pada 19 Juli 2015 menyebabkan Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease mengeluarkan surat resmi pada Rabu (22/7) malam yang isinya melarang penyelenggaraan tradisi adat Pukul Sapu di desa Mamala-Morela.

Larangan tersebut guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan dan memperburuk kondisi keamanan di Kota dan Pulau Ambon, menyusul ketegangan yang terjadi pada 19 Juli 2015.

Tetapi berdasarkan hasil koordinasi dan rapat bersama antara tokoh pemuda Desa Morela bersama Gubernur Maluku Said Assagaff serta pimpinan TNI/Polri pada Kamis (23/7) pagi, disepakati tradisi budaya Pukul Sapu hanya dilaksanakan secara internal dan tanpa kehadiran warga untuk menontonnya.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015