Kesedihan terpancar di raut wajah Muhammad Ilham (10) ketika pagi itu melihat sekelompok anak seusianya berjalan ke sekolah sambil saling menunjukkan pakaian seragam baru.

Anak itu ingin juga pergi ke sekolah memakai baju baru dan tas baru yang telah dibelikan ayahnya sebagai hadiah karena naik kelas V dengan prestasi peringkat dua. Akan tetapi, dia tidak bisa bersekolah karena saat ini masih berada di lokasi pengungsian erupsi Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara (Malut).

"Mama kapan kita pulang ke rumah, saya mau pergi sekolah," kata Muhammad Ilham ketika menemui ibunya di aula SMK 2 Ternate, salah satu lokasi penampungan pengungsi erupsi Gamalama.

Sang ibu mengatakan bahwa dirinya tidak tahu karena yang memutuskan kapan kembali ke rumah adalah pemkot setempat.

Selaian Muhammad Ilham, ada ratusan anak lainnya dari Kelurahan Togafo dan Kelurahan Takome, Kecamatan Pulau Ternate, yang yang tidak bisa sekolah setelah diungsikan ke tiga lokasi penampungan pengungsi di pusat Kota Ternate setelah kedua keluarahan itu menjadi sasaran abu vulkanis erupsi Gamalama sejak 16 Juli 2015.

Mereka kini hanya memanfaatkan waktu di lokasi pengungsian dengan bermain. Itu pun tidak leluasa karena lokasi penampungannya berada di fasilitas yang ada aktivitasnya. Aula SMK 2 Ternate, misalnya, ada aktivitas belajar mengajar siswa di sekolah itu.

Pemerhati pendidikan di Ternate Asghar Saleh mengatakan bahwa langkah Pemkot Ternate mengungsikan warga di dua kelurahan yang terkena abu vulkanis erupsi Gunung Gamalama tersebut memang sudah tepat, terutama untuk anak-anak karena menyangkut faktor keselamatan mereka.

Namun, Pemkot Ternate tidak hanya memenuhi kebutuhan tempat pengungsian dan bahan makanan selama di pengungsian, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan anak-anak yang diungsikan itu, terutama dari segi kelangsungan proses belajar mereka.

Sekarang ini sudah memasuki tahun ajaran baru pascaliburan Lebaran 2015. Oleh karena itu, Pemkot Ternate harus mengupayakan anak-anak pengungsi erupsi Gamalama tersebut tetap bisa belajar meski masih berada di pengungsian.

"Saya kira banyak cara yang bisa dilakukan pemkot agar anak-anak pengungsi erupsi Gamalama tersebut tetap bisa belajar selama berada di pengungsian. Misalnya, dengan membuka sekolah sementara di lokasi pengungsian," kata Asghar Saleh.

Hal lain yang perlu dilakukan Pemkot Ternate terkait dengan keberadaan anak-anak di lokasi pengungsian erupsi Gamalama tersebut adalah memberikan terapi atau konseling kepada anak-anak agar mereka secara psikologi tidak tertekan akibat berada di lokasi pengungsian.

Masalah kesehatan anak-anak di lokasi pengungsian tersebut harus pula selalu mendapat perhatian dari Pemkot Ternate, khususnya dari Dinas Kesehatan, karena anak-anak biasanya rentan terserang penyakit jika berada di tempat yang melibatkan banyak orang.


Dititip Belajar

Pemkot Ternate mengaku telah menyiapkan sejumlah langkah terkait dengan keberadaan anak-anak di lokasi pengungsian erupsi Gamalama tersebut, terutama mengenai pendidikan mereka, yakni dengan menitipkannya belajar sementara di sejumlah sekolah yang ada di sekitar lokasi pengungsian.

Di sekitar lokasi pengungsian erupsi Gamalama tersebut, sedikitnya ada tiga sekolah dasar dan satu SMP yang bisa digunakan untuk menitip belajar anak-anak pengungsi erupsi Gamalama. Selain itu, ada pula empat SMA sederajat yang juga bisa digunakan menjadi tempat belajar anak-anak pengungsi erupsi Gamalama jika tidak tertampung di tiga SD yang ada.

Menurut Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate Hasim Yusup, pihaknya telah membahas masalah tersebut dengan Diknas Kota Ternate. Namun, untuk pelaksanaannya masih harus dikoordinasikan dengan sekolah yang ada di sekitar lokasi pengungsian erupsi Gamalama.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate juga terus berkoordinasi dengan pihak Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama untuk mengetahui perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Gamalama. Pasalnya, kalau aktivitas vulkanik gunung itu menunjukkan penurunan, para pengungsi bisa secepatnya dikembalikan ke rumah masing-masing.

Kalau para pengungsi erupsi Gamalama yang jumlahnya 1.500 orang dapat dipulangkan secepatnya, tidak perlu lagi anak-anak pengungsi itu dititip belajar di sekolah terdekat. Mereka langsung belajar di sekolah masing-masing setelah melakukan pembersihan abu vulkanis yang menutupi ruang belajar sekolah.

"Bagi Pemkot Ternate, para pengungsi erupsi Gamalama itu bisa dipulangkan lebih cepat atau tidak, tidak menjadi masalah karena yang menjadi pertimbangan pemkot adalah keselamatan dan kenyamanan mereka. Pemkot juga akan selalu memperhatikan seluruh kebutuhan mereka selama berada di pengungsian," kata Hasim Yusup.

Para pengungsi erupsi Gamalama mengakui besarnya perhatian Pemkot Ternate terhadap mereka selama berada di pengungsian.

Ia berharap perhatian itu tidak hanya ketika berada di pengungsian, tetapi juga setelah kembali ke rumah masing-masing.

Masalahnya, para pengungsi erupsi Gamalama dari Kelurahan Loto dan Togafo tersebut umumnya berprofesi sebagai petani dan hampir seluruh tanaman pertanian mereka, terutama tanaman musiman, seperti sayuran, telah rusak akibat terkena abu vulkanis erupsi Gamalama.

Salah seorang pengungsi erupsi Gamalama asal Kelurahan Loto bernama Abubakar, misalnya, tanaman tomat dan terong miliknya yang siap panen semuanya rusak akibat terkena abu vulkanis erupsi Gamalama. Dengan demikian, setelah pulang ke rumahnya nanti, tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk transpor anak-anaknya ke sekolah.

Oleh karena itu, dia berharap Pemkot Ternate bisa memberikan bantuan dana sebagai modal untuk membeli bibit tanaman dan biaya hidup keluarga sebelum tanaman mereka menghasilkan kembali.

Selain itu, Pemkot Ternate juga diminta untuk menginstruksikan kepada semua sekolah di Ternate untuk membebaskan uang pakaian seragam sekolah yang biasa diterapkan bagi siswa baru, khusus bagi siswa baru dari korban erupsi Gamalama.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015