Setiap Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), erupsi, aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Sultan Babullah Ternate yang berada di kaki Gunung Gamalama dihentikan.

Seperti saat gunung api setinggi 1.700 meter dari permukaan laut itu erupsi pada tanggal 16 Juli 2015 atau bertepatan dengan musim mudik Lebaran 2015, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah ditutup selama tiga hari. Bahkan, ketika erupsi pada bulan Desember 2014, kegiatan penerbangan di bandara itu ditutup selama dua pekan.

Menurut Kepala Bandara Sultan Babullah Rusburhany, setiap Gunung Gamalama erupsi, aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Sultan Babullah ditutup karena abu vulkanis erupsi gunung itu membahayakan keselamatan penerbangan.

Penutupan aktivitas penerbangan di bandara yang merupakan pintu utama keluar masuk Malut akibat erupsi Gamalama itu menimbulkan dampak luas, khususnya bagi kelancaran transportasi dari dan ke Malut, terutama jika bertepatan dengan banyaknya pengguna transportasi udara, seperti musim mudik Lebaran.

Contohnya saat penutupan Bandara Sultan Babullah Ternate selama tiga hari pascaerupsi pada tanggal 16 Juli 2015, ribuan pemudik Lebaran dari Malut tujuan berbagai daerah di Indonesia gagal merayakan Idulfitri 1436 Hijriah dengan keluarga di daerah tujuan karena tidak penerbangan dari Bandara Sulatan Babullah Ternate.

"Saya dan lima anggota saya terpaksa batal berlebaran di kampung halaman, Surabaya, karena hari menjelang mudik ke Surabaya, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah dihentikan," kata warga Ternate asal Surabaya Rizal Bahtiar.

Pihak lain yang juga sangat merasakan dampak dari penutupan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah akibat erupsi Gunung Gamalama adalah perusahaan penerbangan yang membuka rute penerbangan dari dan ke bandara itu, pengusaha travel, dan para sopir angkutan di bandara setempat.

Maskapai penerbangan Sriwijaya Air, misalnya, mengaku penutupan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah selama tiga hari mengakibatkan perusahaan penerbangan itu kehilangan pendapatan sedikitnya Rp2,5 miliar. Pasalnya, saat penutupan itu bertepatan dengan banyaknya calon penumpang yang ingin menggunaka jasa penerbangan Sriwijaya Air, khususnya para pemudik.

Legislator Partai Golkar di DPRD Malut Edi Langkara mengatakan bahwa secara alamiah Gunung Gamalama akan selalu erupsi. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak dari erupsi gunung itu, khususnya dari segi kelancaran transportasi udara dari dan ke Malut, perlu adanya bandara alternatif di Malut.

Adanya bandara alternatif di Malut jika Gunung Gamalama erupsi dan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah dihentikan, penerbangan dapat dialihkan di bandara alternatif itu sehingga transportasi udara dari dan ke Malut tetap lancar.

Pembangunan bandara alternatif sebaiknya di lokasi yang tidak terlalu jauh dari Kota Ternate dan Sofifi, ibu kota Provinsi Malut, serta terbebas dari jangkauan abu vulkanis erupsi Gunung Gamalama atau gunung api lainnya yang ada di Pulau Halmahera.


Program Prioritas

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Malut telah menjadikan pembangunan bandara alternatif di Malut sebagai program prioritas setelah selama ini melihat seringnya transportasi udara dari dan ke Malut melalui Bandara Sultan Babullah terganggu akibat erupsi Gunung Gamalama.

Pembangunan bandara alternatif itu juga dalam upaya mengantisipasi terus meningkatnya kebutuhan transportasi udara dari dan ke Malut seiring dengan makin banyaknya industri yang dibangun di Malut, seperti industri pengolahan nikel di sejumlah kabupaten di Malut, industri perikanan, dan industri pariwisata.

Menurut Kepala Dishubkominfo Malut Burhan Mansur, pihaknya telah memprogramkan dua bandara sebagai bandara alternatif di Malut, yakni Bandara Kao di Kabupaten Halmahera Utara yang selama ini untuk penerbangan perintis dan bandara baru yang akan dibangun di wilayah Oba, Sofifi.

Khususnya pengembangan Bandara Kao menjadi bandara alternatif di Malut, telah dimulai sejak 2015 dengan menambah panjang landasan bandara itu menjadi lebih dari 2.000 meter sehingga bisa didarati dengan pesawat berbadan lebar dan diharapkan paling lama tiga tahun ke depan sudah bisa dimanfaatkan sebagai bandara alternatif.

Untuk mendukung pengembangan Bandara Kao menjadi bandara alternatif, Pemprov Malut juga akan membenahi ruas jalan yang menghubungkan Bandara Kao dengan Sofifi sehingga jarak tempuhnya yang selama ini membutuhkan waktu lebih dari satu jam dapat diperpendek menjadi maksimal 45 menit.

Ia mengatakan bahwa pembangunan bandara di wilayah Oba, Sofifi, saat ini sedang dalam tahap perencanaan. Akan tetapi, dapat dipastikan pembangunannya bisa direalisasi karena sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan, termasuk untuk pengalokasian anggaran pembangunannya melalui APBN.

Bandara yang akan dibangun di Oba itu didesain bertaraf internasional sehingga fungsinya tidak hanya sebagai bandara alternatif di Malut, tetapi juga menjadi pintu utama keluar masuk ke Sofifi, ibu kota Provinsi Malut, yang selama ini harus melalui Bandara Sultan Babullah.

Bandara yang akan dibangun di Oba tersebut juga nantinya diupayakan menjadi bandara transit bagi penerbangan internasional, khususnya penerbangan dari negara Asian seperti untuk penerbangan dari Filipina, Jepang, Hong Kong dengan tujuan Australia dan Silandia Baru atau sebaliknya.

Pemerhati transportasi publik di Malut Muhammad Abdu Ilyas mendukung program Dishubkominfo Malut membangun bandara alternatif. Akan tetapi, karena pembangunan bandara alternatif itu membutuhkan waktu lama, harus ada antisipasi jangka pendek.

Masalahnya, tidak menutup kemungkinan Gunung Gamalama kembali erupsi dan mengakibatkan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Babullah dihentikan lagi. Untuk itulah perlunya antisipasi jangka pendek, misalnya dengan mengupayakan pengoperasian kapal cepat yang melayani rute Ternate-Manado, Sulawesi Utara.

Adanya kapal cepat itu maka calon penumpang di Bandara Sultan Babullah yang tidak bisa berangkat karena aktivitas bandara itu dihentikan menyusul adanya erupsi Gunung Gamalama mereka bisa dialihkan untuk bisa dialihkan ke Manado menggunakan kapal cepat. Selanjutnya, dari Manado terbang ke daerah tujuan.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015