Ambon (Antara Maluku) - Kabupaten Pulau Buru, Provinsi Maluku yang merupakan sentra pertanian, khususnya pengembangan padi dan palawija, tidak terkena dampak fenomena El-Nino yang memicu terjadinya kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia.
"Tidak ada kekeringan di wilayah Pulau Buru sebagai akibat anomali iklim atau fenomena El-Nino. Curah hujan cukup tinggi dan persediaan cukup untuk musim tanam tahun ini," kata Kapala Dinas Pertanian Buru Ir Wara yang dikonfirmasi dari Ambon, Selasa.
Dia mengakui, saat ini para petani di Pulau eks tahanan politik dan narapidana politik tersebut, semakin bergairah untuk mengembangkan usaha pengembangan padi sawah maupun palawija untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Maluku.
Dia mengatakan, dua bendungan yakni Wai Leman dan Wai Tamali yang baru selesai dibangun dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 8 Mei 2015, saat ini dapat beroperasi dengan baik mengalirkan air ke areal sawah yang dikembangkan warga, khususnya di dataran Waeapo.
"Persedian air pada dua bendungan ini sangat banyak dan mencukupi untuk kebutuhan musim tanam padi di Pulau Buru tahun 2015," katanya.
Keberadaan dua bendungan tersebut, juga turut menggairahkan para petani untuk terus berusaha memperluas areal pengembangan dan penanaman padi pada musim tanam pertama tahun 2015.
Dia mengatakan, setelah selesai waktu panen dan memasuki masa tanam pertama tahun 2015, para petani mulai menanam padi pada 4.924 hektare lahan sawah yang telah dikembangkan, sedangkan lahan baku sawah yang tersedia saat ini mencapai 7.207 hektare.
"Jadi tidak ada masalah dengan fenomena El-Nino di Pulau Buru. Para petani semakin giat berusaha untuk mengembangkan usaha pertaniannya," ujarnya.
Wara menegaskan, para petani di Pulau Buru, saat ini semakin tertantang untuk memenuhi harapan Presiden Joko Widodo saat melakukan panen dan tanam perdana padi di dataran Waeapo, yakni memenuhi target pengembangan sawah seluas 10.000 hektare dalam dua tahun mendatang.
"Para petani semakin tertantang untuk memenuhi harapan Kepala Negara tersebut yakni mencetak 10.000 hektare sawah, sehingga menjadi lumbung pangan di Maluku, sekaligus dapat dipanen kembali oleh Presiden pada dua tahun mendatang," katanya.
Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Buru Istanto Setyahadi secara terpisah juga membenarkan para petani setempat terus mengembangkan usaha padi sawah dan tidak khawatir akan dampak anomali iklim yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air.
"Jika sejumlah daerah mengalami kekeringan akibat dampak fenomena El-Nino, maka sebaliknya di Pulau Buru air melimpah karena curah hujan stabil dan mencukupi untuk menunjang pengembangan padi sawah," katanya.
Istanto menegaskan, Bupati setempat Ramly Umasugi, terus memotivasi para petani untuk giat mengembangkan lahan persawahan, guna menjadikan daerah itu sebagai lumbung pangan di Maluku.
"Para petani terus dimotivasi untuk bekerja keras untuk memperluas pengembangan persawahan, maupun peningkatan produktivitas padi melalui teknologi tepat guna, maupun pemberian bantuan bibit, pupuk serta peralatan pertanian dan pengolahan paskapanen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Tidak ada kekeringan di wilayah Pulau Buru sebagai akibat anomali iklim atau fenomena El-Nino. Curah hujan cukup tinggi dan persediaan cukup untuk musim tanam tahun ini," kata Kapala Dinas Pertanian Buru Ir Wara yang dikonfirmasi dari Ambon, Selasa.
Dia mengakui, saat ini para petani di Pulau eks tahanan politik dan narapidana politik tersebut, semakin bergairah untuk mengembangkan usaha pengembangan padi sawah maupun palawija untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Maluku.
Dia mengatakan, dua bendungan yakni Wai Leman dan Wai Tamali yang baru selesai dibangun dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 8 Mei 2015, saat ini dapat beroperasi dengan baik mengalirkan air ke areal sawah yang dikembangkan warga, khususnya di dataran Waeapo.
"Persedian air pada dua bendungan ini sangat banyak dan mencukupi untuk kebutuhan musim tanam padi di Pulau Buru tahun 2015," katanya.
Keberadaan dua bendungan tersebut, juga turut menggairahkan para petani untuk terus berusaha memperluas areal pengembangan dan penanaman padi pada musim tanam pertama tahun 2015.
Dia mengatakan, setelah selesai waktu panen dan memasuki masa tanam pertama tahun 2015, para petani mulai menanam padi pada 4.924 hektare lahan sawah yang telah dikembangkan, sedangkan lahan baku sawah yang tersedia saat ini mencapai 7.207 hektare.
"Jadi tidak ada masalah dengan fenomena El-Nino di Pulau Buru. Para petani semakin giat berusaha untuk mengembangkan usaha pertaniannya," ujarnya.
Wara menegaskan, para petani di Pulau Buru, saat ini semakin tertantang untuk memenuhi harapan Presiden Joko Widodo saat melakukan panen dan tanam perdana padi di dataran Waeapo, yakni memenuhi target pengembangan sawah seluas 10.000 hektare dalam dua tahun mendatang.
"Para petani semakin tertantang untuk memenuhi harapan Kepala Negara tersebut yakni mencetak 10.000 hektare sawah, sehingga menjadi lumbung pangan di Maluku, sekaligus dapat dipanen kembali oleh Presiden pada dua tahun mendatang," katanya.
Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Buru Istanto Setyahadi secara terpisah juga membenarkan para petani setempat terus mengembangkan usaha padi sawah dan tidak khawatir akan dampak anomali iklim yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air.
"Jika sejumlah daerah mengalami kekeringan akibat dampak fenomena El-Nino, maka sebaliknya di Pulau Buru air melimpah karena curah hujan stabil dan mencukupi untuk menunjang pengembangan padi sawah," katanya.
Istanto menegaskan, Bupati setempat Ramly Umasugi, terus memotivasi para petani untuk giat mengembangkan lahan persawahan, guna menjadikan daerah itu sebagai lumbung pangan di Maluku.
"Para petani terus dimotivasi untuk bekerja keras untuk memperluas pengembangan persawahan, maupun peningkatan produktivitas padi melalui teknologi tepat guna, maupun pemberian bantuan bibit, pupuk serta peralatan pertanian dan pengolahan paskapanen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015