Ambon, 18/8 (Antara Maluku) - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-70 RI di Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku diwarnai pementasan drama kolosal yang menggambarkan kepemimpinan, patriotisme, bela negara dan cinta tanah air Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Panglima Besar Sudirman memimpin pertempuran Ambarawa, di sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 20 November dan berakhir pada 15 Desember 1945, antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan pasukan Inggris.

Drama kolosal ini dibawakan oleh para prajurit Kodam XVI/Pattimura dan melibatkan sejumlah warga masyarakat yang menggambarkan masyarakat Ambarawa pada waktu itu, ditindas oleh pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigadir Bethell.

Drama Kolosal ini disaksikan oleh Gubernur Maluku Said Assagaff yang bertindak sebagai Inspektur pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-70, dengan Komandan upacara Letkol Inf Yanto Reinald Nainggolan, jabatan sehari-hari Wakil Inspektorat Kodam XVI/Pattimura.

Pembawa duplikat bendera Merah Putih Genoveva Elisa J S Susanto, SMA Unggulan Saumlaki.

Drama kolosal disaksikan Forkopinda Provinsi Maluku dan Kota Ambon, Perwira Menengah TNI dan Polri, Pimpinan SKPD Provinsi Maluku dan Kota Ambon, Anggota DPRD Provinsi dan Kota Ambon, Rektor/Dekan Perguruan Tinggi, Ketua Parpol, Ketua Veteran/Pepabri, Direktur/Pimpinan Perusahaan Pemerintah dan Swasta, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama.

Heroisme perjuangan dan perlawanan para pahlawan pasca kemerdekaan yang meliputi segenap kekuatan TKR, laskar-laskar bersenjata serta seluruh anak bangsa di wilayah Indonesia, mereka semua masih berjuang untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.

Perlawanan melawan penjajah Belanda yang memboncingi NICA, dilakukan secara bersama-sama di seluruh tanah air.

Jawa Tengah adalah salah satu wilayah yang melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Kota Ambarawa adalah salah satu kota di Jawa Tengah, masyarakatnya memiliki semangat juang luar biasa untuk mengusir penjajah, yang dikenal dengan peristiwa "Palagan Ambarawa" yang menjadi teladan bagi generasi muda saat ini.

Dalam adegaan pertama drama itu, mengangkat situasi masyarakat di pasar Ambarawa saat itu, yang sudah menikmati kemerdekaan.

Adegan kedua, mobil dan motor patroli sekutu memasuki pasar Ambarawa, yang membabi buta memukul dan menendang yang berada di pasar itu.

Adegan ketiga, pasukan TKR berlari menuju lapangan melaksanakan latihan BDM, perkur dan senam senjata.

Jenderal Besar Sudirman memerintahkan Sarbini untuk memimpin pasukan serang dari arah selatan, untuk menghancurkan jembatan sebagai jalan pendekat musuh.

Untung Suharto, memimpin pasukan serang dari arah utara, hancurkan logistik musuh, Imam Handrongi melakukan infiltrasi dalam kota Ambarawa, menghancurkan instalasi musuh sebelum fajar tiba. Gatot Subroto, mengendalikan jalannya pertempuran.

"Saya sendiri berada di tengah-tengah kalian, semoga Gusti Allah menyertai langkah kita," kata Jenderal Besar Sudirman.

Akhir dari pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari. Pasukan TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing.

Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung pasukan musuh yang ada di dalam kota.

Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.

Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk mundur dari medan pertempuran dan pada tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. 

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015