Maluku indah, kaya dan masyarakatnya ramah. Tetapi keindahan, kekayaan dan keramahtamahan itu ternyata belum bisa menjadikan daerah ini maju dan berkembang. Ini pemikiran yang berkecamuk dalam benak Mayjen TNI Doni Monardo, Pangdam XVI/Pattimura yang baru menggantikan pejabat lama, Mayjen TNI Wiyarto.

Persoalan lain yang juga membuat jenderal bintang dua ini tidak habis berpikir adalah "kegemaran" orang di daerah ini untuk tawuran, terbukti dari seringnya pecah pertikaian antarpemuda yang bisa merembet menjadi antarkampung.

Berbicara tentang keramahan orang Maluku, ia mengaku tahu kalau keramahan itu mendadak bisa berubah secara drastis hingga 180 derajat karena pengaruh sopi, minuman keras ekstrak buah mayang (enau).

Celakanya, di Maluku ini, di mana-mana ada sopi, dan 90 persen penyebab pertikaian antarwarga di daerah ini ekses dari "air kata-kata" tersebut.

"Saya pikir harus ada penelitian untuk mengetahui kandungan sopi itu. Jangan-jangan ada unsur yang membuat orang yang meminumnya menjadi sangat berani, bahkan untuk melawan aparat sekalipun," kata mantan Danjen Kopassus tersebut.

Muda, berpostur tinggi dan ramah, Pangdam Pattimura yang satu ini nyaman bila berbicara. Ia juga tidak sungkan turun untuk mengatasi masalah serius.

"Saya tadi turun langsung membersihkan pantai di depan rumah (dinas) Panglima," katanya, saat mengawali perbincangan dengan awak redaksi Perum LKBN Antara Biro Provinsi Maluku, di Ambon, Jumat.

Kebiasaan "turba" itu membuat Doni cukup punya banyak referensi dalam melakukan berbagai hal positif untuk turut membangun masyarakat di tempat mana dia ditugaskan.

Untuk membangun Maluku, Doni Monardo punya konsep "Hindari 4 M dan Lakukan 4 S" dalam tema besar "Katong Orang Basudara". Basudara artinya bersaudara.

Adapun 4 M singkatan dari Mabok, Melotot, Marah, Memukul, sementara 4 S untuk Senyum, Sapa, Salam, Silaturahmi.

Bagi dia, empat perilaku buruk 4 M itu harus dibuang jauh-jauh dari pikiran setiap warga di Maluku.

"Kita semua harus senyum bila bertemu orang, jangan melotot. Silaturahmi pun harus dijaga. Menurut agama, berdosa bila seseorang memutus tali silaturahmi," katanya.

Menjaga silaturahmi, selalu tersenyum dan rajin bertegur sapa serta bersalaman mulai sekarang harus ditanamkan dalam diri setiap individu orang Maluku, agar sekat-sekat, rasa saling curiga apalagi ingin berkelahi bisa dihilangkan.

Bila semua itu dilakukan, niscaya Maluku akan menjadi daerah yang tidak saja "manise" tetapi juga aman dan tenteram.

"Aman dan tenteram inilah yang menjadi modal utama bagi investor untuk menanamkan modal di daerah ini," katanya.


Tak Sekadar Bicara

Doni Monardo tidak ingin hanya menyampaikan buah pikiran untuk masyarakat dan daerah Maluku. Setidaknya, ia berjanji akan mendatangkan orang yang berpengalaman untuk menjadikan ekstrak buah enau menjadi gula merah. Jadi bukan lagi sopi yang memabukkan dan biang keladi kerusuhan di banyak tempat.

Jenderal yang hobi olahraga menembak dan bela diri ini berpendapat, transformasi manfaat enau itu tentu juga akan membuka lapangan kerja baru bagi generasi muda di Maluku.

"Orang yang bekerja tentu tidak akan berpikir untuk mabuk dan buat onar," katanya.

Selain itu, Doni juga bertekad menyumbangkan 25.000 bibit samama (jabun merah), tanaman endemik yang merupakan bahan pokok industri kayu lapis kepada masyarakat di Mamala dan Morela.

Ia mengaku menemukan pohon itu tumbuh subur di daerah Maluku, dan karena itu ingin mengembangkannya sebagai salah satu usaha rakyat.

Selain menyumbangkan bibit pohon tersebut, yang dikatakannya butuh waktu 5-8 tahun untuk siap diambil kayunya, ia juga akan mendatangkan tenaga penyuluh dari Jawa dan Sulawesi Selatan.

"Saya punya mimpi setiap warga punya pohon Samama, dan saya akan datangkan tenaga ahli untuk memberi penyuluhan bagaimana menanam dan merawat pohon ini," katanya.

Ia berharap pengembangan tanaman samama di Maluku akan membuat para penanam modal tertarik untuk buka pabrik di daerah ini.

"Tetapi sekali lagi, jaminan terpenting bagi para investor itu adalah rama aman, dan itu harus kita bangun dari sekarang dengan membudayakan 4 S," kata lulusan Akademi Militer 1985 yang berpengalaman di bidang infanteri ini.


Selamatkan Teluk Ambon

Dikenal sebagai pecinta lingkungan, Doni Monardo juga punya mimpi Maluku kembali menjadi daerah yang indah. Bukan saja masyarakatnya yang hidup rukun dan harmonis di tengah perbedaan yang ada, tetapi juga memiliki laut yang penuh pesona.

"Teluk Ambon harus diselamatkan," katanya.

Untuk itu, ia mengajak semua warga Maluku khususnya yang tinggal di Kota Ambon untuk menjaga keindahan Teluk Ambon dengan tidak membuang sampah.

Saat terjun langsung untuk membersihkan pantai di depan rumah dinasnya di kawasan Air Salobar, ia mengaku menemukan kondisi tepi laut di daerah itu sudah banyak sedimen tumpukan sampah yang mengancam kelestarian ikan dan biota laut lainnya.

"Sedimen itu mengandung gas berbahaya, yang satu ketika bisa terlepas ke permukaan dan mematikan ikan," katanya.

Ia juga mengaku sudah menelusuri dari mana datangnya sampah di perairan pantai tersebut, dan mengambil kesimpulan salah satu sumbernya dari daerah Gudang Arang.

"Kami akan coba berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna menghentikan tumpukan sampah itu. Tetapi yang jelas setiap warga harus mendukung gerakan kebersihan, jangan buang sampah sembarangan, apalagi sampah plastik," katanya.

Berbicara lebih jauh tentang potensi laut Maluku, Doni Monardo mengakui daerah ini merupakan penyumbang ikan terbesar di Indonesia.

"Saya sudah makan (hidangan) ikan di berbagai tempat. Di restoran terkenal di Jimbaran (Bali), saya tanya ikannya dari mana dan dijawab dari Maluku. Jadi potensi ini harus dijaga," kata jenderal kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963 ini.

Pewarta: John Nikita Sahusilawane

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015