Ambon, 1/11 (Antara Maluku) - Kematian beberapa ekor buaya dewasa yang selama ini menghuni hutan bakau di pesisir Teluk Kaiely, Kabupaten Buru diduga kuat akibat pencemaran air karena ulah para penambang ilegal di Gunung Botak yang menggunakan bahan kimia berbahaya seperti sianida.

"Warga menemukan sedikitnya lima ekor buaya dewasa berukuran panjang sekitar dua meter yang mati mengenaskan," kata Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Aliansi Indonesia Kabupaten Buru, Putra Baman, yang dihubungi dari Ambon, Minggu.

Selain buaya yang ditemukan mati, ternak milik masyarakat seperti ayam juga bernasib serupa dan siput yang hidup di areal hutan bakau dan biasanya dicari warga untuk dikonsumsi juga sudah tidak ditemukan.

Menurut dia, lima ekor buaya ini ditemukan tewas di sekitar sungai Suket (Teluk Kailey) sebelah barat Desa Kaiely.

Hulu sungai ini berada di Gunung Botak dan sekitarnya termasuk wilayah Anhoni yang dipenuhi para penambangan emas liar membuat kolam rendaman untuk mencampurkan material tanah atau batuan yang mengandung butiran emas dengan bahan kimia untuk dipisahkan.

Sehingga limbah-limbah beracun ini menjadi endapan yang sangat tebal atau terbawa air ke bagian muara sungai di teluk Kaiely dan menyebabkan tumbuhan maupun hewan mati.

Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo juga membenarkan adanya laporan anak buahnya dari Kodim Pulau Buru kalau saat ini sudah ada buaya yang mati mendadak di kawasan teluk Kaiely karena diduga telah terjadi pencemaran.

Penjelasan Pangdam disampaikan pada acara simposium sehari bertajuk strategi pengembangan masyarakat wilayah kepulauan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi daerah yang diselenggarakan DPRD Maluku pekan lalu.

Rusaknya ekosistem lingkungan di Pulau Buru belakangan ini juga tidak terlepas dari peranan oknum-oknum tertentu yang terus memasok bahan-bahan kimia di Namlea, Ibu Kota Kabupaten Buru untuk dijual kepada para penambang.

"Kami minta pemerintah daerah bersama aparat kepolisian mengambil langkah tegas untuk menertibkan para pemasok bahan kimia beracun untuk dibeli penambang liar untuk memproses emas dan membuang limbah berbahaya seenaknya," kata warga setempat, Ibrahim Wael.

Selain itu, kata Ibrahim, setiap oknum pelaku yang menjual karcis masuk lokasi penambangan juga harus ditertibkan karena pemerintah sejak mantan Gubernur Karel Albert Ralahalu hingga gubernur yang baru maupun Presiden Jokowi secara tegas telah memerintahkan penutupan Gunung Botak.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015