Ternate, 5/2 (Antara Maluku) - Dinas Pertanian (Distan) Maluku Utara (Malut) mengakui usaha peternakan ayam di daerah ini, baik ayam petelur maupun ayam pedaging tidak berkembang, bahkan tidak sedikit usaha peternakan ayam yang terpaksa ditutup.
"Salah satu penyebab tidak berkembangnya usaha peternakan ayam di Malut adalah tingginya biaya operasional, terutama biaya pembelian pakan yang sebagian besar harus didatangkan dari provinsi lain," kata Kepala Distan Malut Saiful Turuy di Ternate, Jumat.
Besarnya biaya operasional itu mengakibatkan harga ayam atau telur yang dihasilkan tidka bisa bersaing dengan harga ayam atau telur yang didatangkan dari luar Malut, misalnya ayam dari Surabaya yang di pasaran Malut hanya dijual sekitar Rp30.000 per ekor.
Ia mengatakan, Distan Malut telah mengupayakan berbagai terobosan untuk mengatasi kendala usaha peternakan ayam di Malut, khusunya mengenai kendala pakan yakni dengan cara mendorong perusahaan daerah Kie Raha Mandiri untuk membangun pabrik pakan ternak.
Perusahaan milik Pemprov Malut akan membangun pabrik pakan ternak di Kabupaten Halmahera Barat dengan kapasitas sekitar 10.000 ton per bulan dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para pengusaha peternakan ayam di daerah ini dalam mendapatkan pakan ternak.
Menurut Saiful Turuy, Distan Malut juga terus mendorong pengembangan tanaman jagung di sejumlah kabupaten untuk mendorong munculnya usaha pabrik pakan ternak di daerah ini, karena salah satu kendala dalam pengembangan pabrik pakan ternak selama ini adalah terbatasnya bahan baku jagung.
Sejumlah kabupaten/kota di Malut telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengembangan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur, seperti Pemkot Ternate dengan memberikan bantuan kepada masyarakat untuk pengembangan usaha peternakan itu, namun bertahan beberapa bulan.
Ia menambahkan, Pemprov Malut sangat mengharapkan kehadiran para pengusaha untuk mengembangkan usaha peternakan ayam dalam skala besar di Malut.
Pihaknya menjanjikan bagi pengusahan yang berminat akan diberikan berbagai kemudahan, seperti perizinan dan dalam mendapatkan lokasi usaha.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
"Salah satu penyebab tidak berkembangnya usaha peternakan ayam di Malut adalah tingginya biaya operasional, terutama biaya pembelian pakan yang sebagian besar harus didatangkan dari provinsi lain," kata Kepala Distan Malut Saiful Turuy di Ternate, Jumat.
Besarnya biaya operasional itu mengakibatkan harga ayam atau telur yang dihasilkan tidka bisa bersaing dengan harga ayam atau telur yang didatangkan dari luar Malut, misalnya ayam dari Surabaya yang di pasaran Malut hanya dijual sekitar Rp30.000 per ekor.
Ia mengatakan, Distan Malut telah mengupayakan berbagai terobosan untuk mengatasi kendala usaha peternakan ayam di Malut, khusunya mengenai kendala pakan yakni dengan cara mendorong perusahaan daerah Kie Raha Mandiri untuk membangun pabrik pakan ternak.
Perusahaan milik Pemprov Malut akan membangun pabrik pakan ternak di Kabupaten Halmahera Barat dengan kapasitas sekitar 10.000 ton per bulan dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para pengusaha peternakan ayam di daerah ini dalam mendapatkan pakan ternak.
Menurut Saiful Turuy, Distan Malut juga terus mendorong pengembangan tanaman jagung di sejumlah kabupaten untuk mendorong munculnya usaha pabrik pakan ternak di daerah ini, karena salah satu kendala dalam pengembangan pabrik pakan ternak selama ini adalah terbatasnya bahan baku jagung.
Sejumlah kabupaten/kota di Malut telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengembangan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur, seperti Pemkot Ternate dengan memberikan bantuan kepada masyarakat untuk pengembangan usaha peternakan itu, namun bertahan beberapa bulan.
Ia menambahkan, Pemprov Malut sangat mengharapkan kehadiran para pengusaha untuk mengembangkan usaha peternakan ayam dalam skala besar di Malut.
Pihaknya menjanjikan bagi pengusahan yang berminat akan diberikan berbagai kemudahan, seperti perizinan dan dalam mendapatkan lokasi usaha.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016