Ambon, 11/2 (Antara Maluku) - Pemerintah Provinsi Maluku terus meningkatkan kerja sama antardaerah maupun luar negeri guna mengoptimalkan pembangunan ekonomi di provinsi tersebut.
"Kerja sama dengan luar negeri bertujuan memperluas pasar, memperbaiki tata perdagangan, meningkatkan produktivitas pelaku usaha serta meningkatkan investasi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Wagub Maluku, Zeth Sahuburua saat membuka Lokarya pengembangan ekonomi dan iklim investasi serta Konferensi peluang investasi dan perdagangan di Maluku Tahun 2016, di Ambon, Kamis.
Menurut dia, sistem perekonomian terbuka dan perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia saat ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Eropa dan Tiongkok, sehingga mempengaruhi perekonomian Maluku.
"Tetapi kita masih bisa beryukur karena pada 2015 ternyata perekonomian Maluku masih dapat tumbuh dan lebih tinggi dari rata-rata nasional," ujar Wagub.
Dia merujuk sampai triwulan III 2015 pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,73 persen (year on year, sedangkan pertumbuhan ekonomi Maluku sebesar 5,27 persen (yoy).
"Ini berarti rata-rata pada tujuh tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Maluku masih lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional," tandas Wagub.
Kendati pencapaian tersebut cukup menggembirakan, namun Pemerintah Provinsi Maluku terus berupaya membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
"Sebagai wilayah dengan potensi besar di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pariwisata dan pertambangan, merupakan tantangan tersendiri untuk mengubah potensi-potensi tersebut menjadi usaha riil yang mampu memakmurkan rakyat," ujarnya.
Dia mengatakan, pengalaman pembangunan di berbagai negara menunjukan bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) di suatu wilayah bukan menjadi jaminan kemajuan wilayah tersebut, tetapi harus disertai kemampuan sumber daya manusia, modal yang cukup, metode perdagangan yang tepat, teknologi, infrastruktur, sarana produksi maupun pasar terbuka luas.
"Potensi-potensi yang kita miliki hanya akan berubah menjadi usaha riil apabila tersedia informasi tentang pasar dan seluruh persyaratan harus dipenuhi, termasuk informasi tentang mitra usaha diperlukan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional," kata Wagub.
Dalam konteks tersebut, lanjut dia, penyelenggaraan pertemuan nasional dan Internasional sangat bernilai strategis sebagai wadah untuk tukar menukar informasi yang dibutuhkan.
Lokarya pengembangan ekonomi dan iklim investasi serta konferensi peluang investasi dan perdagangan di Maluku dihadiri direktur eksekutif Indonesia-Netherland, Elmor Bouma, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (APSI), Johan Suryadharma.
Selain itu, pakar ekonomi dari Jepang Kazuhisa Matsui, Direktur Regional Economic Development Isntitute (REDI), Indra Nur Fauzi, Program Manager delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Nur Isravivani serta delegasi Universitas Trunojoyo Madura.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
"Kerja sama dengan luar negeri bertujuan memperluas pasar, memperbaiki tata perdagangan, meningkatkan produktivitas pelaku usaha serta meningkatkan investasi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Wagub Maluku, Zeth Sahuburua saat membuka Lokarya pengembangan ekonomi dan iklim investasi serta Konferensi peluang investasi dan perdagangan di Maluku Tahun 2016, di Ambon, Kamis.
Menurut dia, sistem perekonomian terbuka dan perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia saat ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Eropa dan Tiongkok, sehingga mempengaruhi perekonomian Maluku.
"Tetapi kita masih bisa beryukur karena pada 2015 ternyata perekonomian Maluku masih dapat tumbuh dan lebih tinggi dari rata-rata nasional," ujar Wagub.
Dia merujuk sampai triwulan III 2015 pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,73 persen (year on year, sedangkan pertumbuhan ekonomi Maluku sebesar 5,27 persen (yoy).
"Ini berarti rata-rata pada tujuh tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Maluku masih lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional," tandas Wagub.
Kendati pencapaian tersebut cukup menggembirakan, namun Pemerintah Provinsi Maluku terus berupaya membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
"Sebagai wilayah dengan potensi besar di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pariwisata dan pertambangan, merupakan tantangan tersendiri untuk mengubah potensi-potensi tersebut menjadi usaha riil yang mampu memakmurkan rakyat," ujarnya.
Dia mengatakan, pengalaman pembangunan di berbagai negara menunjukan bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) di suatu wilayah bukan menjadi jaminan kemajuan wilayah tersebut, tetapi harus disertai kemampuan sumber daya manusia, modal yang cukup, metode perdagangan yang tepat, teknologi, infrastruktur, sarana produksi maupun pasar terbuka luas.
"Potensi-potensi yang kita miliki hanya akan berubah menjadi usaha riil apabila tersedia informasi tentang pasar dan seluruh persyaratan harus dipenuhi, termasuk informasi tentang mitra usaha diperlukan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional," kata Wagub.
Dalam konteks tersebut, lanjut dia, penyelenggaraan pertemuan nasional dan Internasional sangat bernilai strategis sebagai wadah untuk tukar menukar informasi yang dibutuhkan.
Lokarya pengembangan ekonomi dan iklim investasi serta konferensi peluang investasi dan perdagangan di Maluku dihadiri direktur eksekutif Indonesia-Netherland, Elmor Bouma, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (APSI), Johan Suryadharma.
Selain itu, pakar ekonomi dari Jepang Kazuhisa Matsui, Direktur Regional Economic Development Isntitute (REDI), Indra Nur Fauzi, Program Manager delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Nur Isravivani serta delegasi Universitas Trunojoyo Madura.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016