Kesultanan Ternate selama ini menyelenggarakan Festival Legu Gam (FLG) setiap awal April, namun pada 2016, kegiatan yang masuk dalam kalender nasional ini dimajukan awal Maret.

Kesultanan Ternate memajukan penyelenggaraan festival yang setiap tahunnya dipusatkan di lapangan Ngara Lamo Ternate, Maluku Utara (Malut), itu ingin menyesuaikannya dengan peristiwa alam gerhana matahari total (GMT) di Ternate dan 11 daerah lainnya di Indonesia tanggal 9 Maret 2016.

Menurut Ketua Panitia FLG 2016 Abdullah Taher, selama ini selain sebagai sarana pesta rakyat untuk memeriahkan ulan tahun Sultan Ternate Mudhafar Sjah pada tanggal 13 April, FLG juga sebagai sarana pelestarian budaya Moloku Kie Raha, sebutan untuk empat kesultanan di Malut.

Namun setelah Sultan Mudhafar Sjah wafat pada 18 Februari 2014, penyelenggaraan FLG lebih ditekankan pada pelestarian budaya dan ekonomi kreatif, sehingga memajukan pelaksanaan tidak terlalu menjadi masalah yang mendasar.

Dengan memajukan pelaksanaan FLG 2016 agar bertepatan dengan peristiwa alam GMT justru akan memberi manfaat lebih besar, khususnya dalam upaya memperkenalkan kekayaan dan kekhasan budaya Moloku Kie Raha serta potensi ekonomi kreatif setempat.

"Ada 3.000 lebih wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Ternate untuk menyaksikan GMT pada 9 Maret 2016 dan sudah pasti mereka akan menyaksikan pula berbagai kegiatan di FLG, karena FLG tahun 2016 ini digelar dari tanggal 1 hingga 20 Maret 2016," kata Abdullah Taher yang juga sebagai Wakil Wali Kota Ternate terpilih pada Pilkada 2015 itu.

Para wisatawan luar negeri tersebut diharapkan setelah melihat kekayaan dan kekhasan budaya Moloku Kie Raha dapat menceritakannya kepada keluarga atau rekan mereka di negara asal, sehingga suatu saat nanti tertarik untuk berkunjung ke Malut, baik untuk menyaksikan FLG maupun mengunjungi objek wisata lainnya di daerah ini.

Panitia FLG telah menyiapkan berbagai kegiatan untuk ditampilkan di festival itu, yang sebagian di antaranya merupakan ritual tetap setiap penyelenggaraan FLG, seperti ritual pawai obor gam ma cahaya, yakni mengelilingi Pulau Ternate dengan penerangan obor.

Selain itu, ritual fere kie, yakni naik ke puncak Gunung Gamalama dan melakukan pembacaan doa di makan keramat yang berada di puncak Gamalama serta ritual kololi kie mote ngolo, yakni mengelilingi Pulau Ternate melalui laut dengan menggunakan kora-kora yakni perahu tradisional Malut.

"Kegiatan lainnya yang akan ditampilkan adalah atraksi kesenian tradisional, pameran ekonomi kerakyatan serta jamuan makan malam untuk para wisman yang akan di pusatkan di pondopo Kedaton Kesultanan Terante," katanya.


Mendukung

Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate sangat mendukung keputusan Kesultanan Ternate memajukan penyelenggaraan FLG 2016 karena akan semakin memberi kesan yang lebih kuat dalam upaya mempromosikan potensi pariwisata Ternate kepada para wisman yang akan berkunjung ke daerah ini untuk menyaksikan GMT.

Oleh karena itu, Pemkot Ternate ikut memberikan bantuan anggaran untuk menyukseskan penyelenggaraan FLG tersebut. Bahkan Pemkot Ternate juga telah menyiapkan sejumlah kegiatan khusus untuk ditampilkan pada ajang FLG.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Ternate Anas Conoras, dari seluruh daerah di Indonesia yang mengalami GMT, mungkin hanya di Ternate para wisman akan menikmati selain peristiwa alam GMT, juga kegiatan festival bertaraf nasional.

Khusus untuk menghadapi peristiwa alam langka tersebut, Pemkot Ternate telah menyiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk memberi kenyamanan kepada para wisman yang berkunjung, seperti akomodasi, transportasi dan berbagai fasilitas penunjang lainnya.

Pemkot Ternate juga telah terus membenahi berbagai infrastruktur pariwisata di daerah ini serta menyiapkan lokasi bagi wisman untuk mengamati GMT, di antaranya di kawasan Kedaton Kesultanan Ternate, benteng oranje, benteng kalamata, taman nukila dan taman falajawa.

"Khusus di taman falajawa, Pemkot Ternate akan menyiapkan tempat khusus bagi wisman untuk berfoto dengan latar belakang perairan Ternate dengan Pulau Tidore. Di lokasi itu akan dihiasi pula dengan bunga matahari yang didatangkan dari Manado sehingga nuansanya sangat cocok dengan peristiwa alam GMT," katanya.

Salah satu masalah yang dialami Pemkot Ternate terkait dengan persiapan menghadapi GMT adalah terbatasnya akomodasi perhotelan, karena jumlah wisman yang akan berkunjung ke daerah ini menyaksikan GMT sudah mencapai 2.000 orang lebih, sementara kapasitas kamar hotel dan penginapan hanya sekitar 1.500-an kamar.

Namun masalah itu sudah disiapkan solusinya, di antaranya dengan memanfaatkan rumah warga sebagai home stay dan sejauh ini sudah banyak warga di Ternate yang menyatakan kesediaan rumahnya untuk dijadikan home stay para wisman.

Menurut Anas Conoras, untuk transportasi wisman dari dan ke Ternate juga tidak ada masalah mendasar, karena sejumlah perusahaan penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia telah menyiapkan kesiapannya untuk melakukan penerbangan tambahan sehingga para wisman tetap bisa sampai di Ternate sebelum peristiwa alam GMT tanggal 9 Maret 2016.

Pemkot Ternate telah pula menyiapkan para pengusaha kerajinan di daerah ini untuk memamerkan karyanya seperti pengusaha kerajinan batu akik, kerajinan batik tubo dan berbagai kerajinan cinderamata lainnya karena para wisman pasti akan membeli cinderamata untuk dibawa pulang.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016