Ambon, 12/2 (Antara Maluku) - Kampanye akbar pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ambon, Paulus Kastanya-Muhmmad Armyn Syarif "Sam" Latuconsina dengan jargon "PANTAS" di Lapangan Merdeka Ambon, Sabtu dihadiri ribuan massa pendukungnya, 

Kampanye menampilkan juru kampanye dari  sembilan partai pendukung, baik utusan DPP maupun DPD.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebelumnya menunjuk Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah bersama Korwil PDI Perjuangan Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, Komarudin Watubun, berkampanye untuk "PANTAS" di Kota Ambon.

Pantauan Antara, massa pendukung bergerak dari seluruh penjuru wilayah Kota Ambon, mulai dari dusun, negeri/desa, kelurahan dan kecamatan, dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan roda empat, seperti angkot, pickup dan lainnya, juga sepeda motor.

Massa pun memadati Lapangan Merdeka, bahkan cukup banyak yang tidak bisa masuk ke area dan harus rela berada di ruas-ruas jalan sekeliling lapangan tersebut.

Massa pendukung dari sembilan partai politik yakni PDIP, Gerindra, Hanura, Demokrat, PAN, PKB, PKS, PBB, dan PKPI, masing-masing membawa bendera partai dengan berbagai ukuran. Ada yang menancapkannya di berbagai sudut lokasi kampanye, ada juga yang memegang dan mengibar-ngibarkannya di area kampanye.

Mantan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, yang juga mantan Ketua DPD Perjuangan Maluku menyampaikan terima kasih kepada seluruh kader-kader partai pendukung yang hadir mulai dari DPD sampai Anak Ranting, di seluruh wilayah Kota Ambon.  
    
Karel juga mengajak seluruh masyarakat Kota Ambon, terutama pemilih-pemilih pemula mendatangi TPS-TPS pada 15 Februari 2017 untuk mencoblos Nomor Urut 2 (PANTAS).

"Kami juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman pers yang telah  memberitakan kegiatan kampanye selama tiga bulan dari pasangan PANTAS, dalam rangka menyampaikan visi dan misi serta program pro rakyat," katanya.

Ia mengatakan, "PANTAS" telah berkeliling di sejumlah kampung untuk menemui warga masyarakat, mendengar aspirasi dan jeritan masyarakat.

"Karena itu, saya yakin dan percaya PANTAS lebih baik memimpin Kota Ambon untuk lima tahun ke depan. Inilah dambaan dan harapan semua warga masyarakat di kota ini," ujarnya.

Ganjar Pranowo dalam orasinya menyatakan dirinya datang ke Ambon untuk memberikan dukungan kepada calon nomor 2, yang memang sungguh-sungguh pantas memenangkan Pilkada 15 Februari 2017.

"Hari ini, saya  sebenarnya jadwal kampanye di Riau, tetapi Ambon terlalu manis untuk dilupakan, sehingga saya memilih datang ke Ambon," katanya.

"Setelah tiba di bandara, saya hendak menuju ke kota Ambon, macet di jalan, empat kali ganti transportasi, pakai mobil tidak bisa lewat, stop, lalu jalan kaki, naik ojek, jalan kaki lagi, hingga sampai di tempat ini, untuk bertemu bapak/ibu dan saudara-saudara semua," ujarnya.

Ia menegaskan, ada banyak perjuangan, ada banyak doa, dan ada banyak harapan dari masyarakat. Karena itu, tidak ada kata menyerah dan harus semangat, tetap berjuang untuk memenangkan "PANTAS" pada Pilkada serentak tahun ini.

Ganjar sempat mewawancarai seorang ibu dan seorang mahasiswa.

"Saya ibu Tini, harapan jika PANTAS terpilih, agar harkat dan martabat wanita diperhatikan, kesehatan ibu dan anak juga diperhatikan terutama ibu-ibu hamil dan balita termasuk kekerasan dalam rumah tangga," katanya.

Sementara Feby, mahasisiwa Teknik Sipil di salah satu Perguruan Tinggi di Kota Ambon, berharap PANTAS jika terpilih perlu memberikan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu.

Menanggapi harapan-harapan tersebut, Ganjar menyatakan pelajar maupun mahasiswa, jika ingin mendapatkan beasiswa, harus rajin belajar dan tidak hanya bermain Facebook atau berswafoto (selfy).

"Pelajar dan mahasiswa juga harus ikut berkontribusi melalui kampanye anti narkoba, kampanye anti pornografi, dan anak muda jangan suka menyebarkan hoax (bohong), jangan suka menyebarkan kebencian-kebencian melalui sosial media (medsos)," katanya.

Setelah Ganjar, Komarudin Watubun pun berorasi. 

Ia meminta "PANTAS", jika terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ambon lewat Pilkada 15 Februari 2017, tidak bersikap diskriminatif terhadap warga masyarakat di kota ini.

"Hari ini kita semua sama, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.  Dulu orang Maluku Tenggara atau Tenggara Jauh selalu disebut orang belakang tanah. Sekarang kata-kata itu jangan  ada lagi, karena semua berhak hidup dan berkontribusi membangun NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," tandasnya.

"Pemimpin harus bisa mengayomi dan menyayangi semua orang tanpa melihat latar belakang, suku, ras, antargolangan dan agama.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017