Ambon, 28/3 (Antara Maluku) - Sejumlah umat Hindu di Kota Ambon memilih melaksanakan Hari Raya Nyepi di Pura Stana Giri Ciwa, kawasan Taman Makmur, Kecamatan Nusaniwe, Selasa.
Berdasarkan pantauan Antara, puluhan umat Hindu sudah mendatangi Pura sejak subuh untuk berdoa. Mereka terlihat khusyuk melantunkan doa di Pura yang dihiasi dengan ornamen bewarna kuning dan putih.
Kebanyakan dari umat yang datang baik tua maupun muda mengenakan pakaian khas Bali, mereka yang baru datang langsung bersimpuh di sekitaran pura sambil menundukkan kepala atau menyatukan telapak tangan dan mengangkatnya sambil terlihat membaca doa.
Dalam prosesi keagamaan yang dilakukan umat Hindu pada Hari Raya Nyepi ini memang tak terlihat kegiatan yang mencolok. Umat Hindu melakukan ritual doa sebanyak tiga kali yakni saat pagi hari atau matahari terbit, siang hari dan jelang malam hari.
Sebagian umat juga terlihat tidur-tiduran, membaca buku atau berbincang sekadarnya di lokasi sekitar pura.
Tidak terlihat aktivitas yang menyolok di sekitar Pura. Kesunyian memang menjadi nuansa khas nyepi setiap tahunnya. hal ini berkaitan dengan pantangan catur brata penyepian yang harus dijalankan umat Hindu saat nyepi.
Keempat pantangan itu adalah Brata Amati Geni (tak boleh menyalakan api), Brata Amati Lelanguan (tak boleh berfoya-foya), Brata Amati Lelungan (tak boleh keluar rumah dan harus intropeksi diri), dan Brata Amati Karya (tak boleh bekerja).
Sebelum prosesi Catur Brata Penyepian digelar, sejumlah umat Hindu juga menggelar prosesi Tawur Agung Kesanga pada Senin (27/3) yakni membawa boneka besar yang dinamakan Ogoh-ogoh dan menggambarkan roh jahat dengan berkeliling sejumlah ruas jalan di Pusat Kota Ambon.
Prosesi Tawur Agung Kesanga dilakukan umat Hindu untuk memanjatkan doa syukur dan juga meminta perlindungan para dewa serta menggelar pertunjukan tari-tarian untuk menyambut Dewa.
Tawur Agung Kesanga merupakan salah satu dari empat ritual utama perayaan Nyepi yakni Melasti, Catur Brata Penyepian, dan Ngembak Geni.
Ritual ini bertujuan menetralkan energi negatif dari bethorokolo atau makhluk simbol keserakahan supaya terjadi harmoni yang menciptakan kemakmuran, kenyamanan, dan keamanan bagi seluruh masyarakat.
Sedangkan pada Minggu Minggu (26/3) umat Hindu juga melakukan ritual Melasti untuk penyucian atau pembersihan segala sarana / prasarana persembahyangan di pantai negeri Halong, Kecamatan Sirimau.
Sarana persembahyangan yang disucikan antara lain pratima dan pralingga, di mana sarana ini dibersihkan di laut dengan tujuan memohon Tirtha Amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Maluku, Nyoman Sukadane mengatakan, setelah perayaan Nyepi umat hidu akan melakukan ritual Ngembak Geni yakni persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru, di mana biasanya umat saling bersalaman dan memaafkan.
"Kami berharap berbagai ritual yang dilakukan dapat berdampak mewujudkan harmonisasi dan kebersamaan baik antarsesama umat Hindu maupun dengan umat beragama lainnya sehingga tercipta kedamaian di Maluku dan Ambon pada khususnya," ujar Sukardi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
Berdasarkan pantauan Antara, puluhan umat Hindu sudah mendatangi Pura sejak subuh untuk berdoa. Mereka terlihat khusyuk melantunkan doa di Pura yang dihiasi dengan ornamen bewarna kuning dan putih.
Kebanyakan dari umat yang datang baik tua maupun muda mengenakan pakaian khas Bali, mereka yang baru datang langsung bersimpuh di sekitaran pura sambil menundukkan kepala atau menyatukan telapak tangan dan mengangkatnya sambil terlihat membaca doa.
Dalam prosesi keagamaan yang dilakukan umat Hindu pada Hari Raya Nyepi ini memang tak terlihat kegiatan yang mencolok. Umat Hindu melakukan ritual doa sebanyak tiga kali yakni saat pagi hari atau matahari terbit, siang hari dan jelang malam hari.
Sebagian umat juga terlihat tidur-tiduran, membaca buku atau berbincang sekadarnya di lokasi sekitar pura.
Tidak terlihat aktivitas yang menyolok di sekitar Pura. Kesunyian memang menjadi nuansa khas nyepi setiap tahunnya. hal ini berkaitan dengan pantangan catur brata penyepian yang harus dijalankan umat Hindu saat nyepi.
Keempat pantangan itu adalah Brata Amati Geni (tak boleh menyalakan api), Brata Amati Lelanguan (tak boleh berfoya-foya), Brata Amati Lelungan (tak boleh keluar rumah dan harus intropeksi diri), dan Brata Amati Karya (tak boleh bekerja).
Sebelum prosesi Catur Brata Penyepian digelar, sejumlah umat Hindu juga menggelar prosesi Tawur Agung Kesanga pada Senin (27/3) yakni membawa boneka besar yang dinamakan Ogoh-ogoh dan menggambarkan roh jahat dengan berkeliling sejumlah ruas jalan di Pusat Kota Ambon.
Prosesi Tawur Agung Kesanga dilakukan umat Hindu untuk memanjatkan doa syukur dan juga meminta perlindungan para dewa serta menggelar pertunjukan tari-tarian untuk menyambut Dewa.
Tawur Agung Kesanga merupakan salah satu dari empat ritual utama perayaan Nyepi yakni Melasti, Catur Brata Penyepian, dan Ngembak Geni.
Ritual ini bertujuan menetralkan energi negatif dari bethorokolo atau makhluk simbol keserakahan supaya terjadi harmoni yang menciptakan kemakmuran, kenyamanan, dan keamanan bagi seluruh masyarakat.
Sedangkan pada Minggu Minggu (26/3) umat Hindu juga melakukan ritual Melasti untuk penyucian atau pembersihan segala sarana / prasarana persembahyangan di pantai negeri Halong, Kecamatan Sirimau.
Sarana persembahyangan yang disucikan antara lain pratima dan pralingga, di mana sarana ini dibersihkan di laut dengan tujuan memohon Tirtha Amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Maluku, Nyoman Sukadane mengatakan, setelah perayaan Nyepi umat hidu akan melakukan ritual Ngembak Geni yakni persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru, di mana biasanya umat saling bersalaman dan memaafkan.
"Kami berharap berbagai ritual yang dilakukan dapat berdampak mewujudkan harmonisasi dan kebersamaan baik antarsesama umat Hindu maupun dengan umat beragama lainnya sehingga tercipta kedamaian di Maluku dan Ambon pada khususnya," ujar Sukardi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017