Ternate, 17/10 (Antara Maluku) - Budayawan dari Universitas Khairun Ternate, Syaril Ahmad meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara (Malut) untuk menjadikan budaya daerah sebagai pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah.
"Budaya daerah harus dilestarikan dan salah satu upaya terbaik untuk melestarikannya adalah menjadikannya pelajaran mulok di sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai SMA," katanya di Ternate, Selasa.
Ia menilai upaya itu harus dilakukan, karena banyak masyarakat di Malut dewasa ini, terutama kalangan generasi muda yang tidak lagi mengetahui dan memahami budaya daerahnya, padahal mereka lahir dari orang tua asli Malut serta besar dan menetap di daerah ini.
Dengan menjadikan budaya daerah sebagai pelajaran mulok di sekolah, diharapkan setiap generasi di Malut akan mengetahui secara utuh dan komprehensif seluruh budaya daerahnya, sehingga mereka merasa bertanggung jawab untuk melestarikannya dan menjadikannya tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat, ujarnya.
Budaya daerah, menurut Syaril, tidak hanya dalam bentuk kesenian tradisional atau ritual adat, tetapi juga mencakup perilaku, tata nilai sosial dan filosofi hidup yang diwariskan para leluhur, yang antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan tersendiri.
Ia mengatakan, budaya daerah dalam bentuk perilaku, tata nilai sosial dan filosofi hidup itu umumnya masih relevan dengan tuntutan perkembangan zaman saat ini, bahkan bisa menjadi solusi terbaik atas berbagai permasalahan yang terjadi saat ini, terutama yang terkait dengan masalah sosial.
"Di Ternate para leluhur mewariskan banyak filosofi hidup, di antaranya mari `moi nonge futuru` atau bersatu kita kuat, yang sangat cocok untuk menyikapi berbagai permasalahan sosial dewasa ini, seperti konflik antar kelompok masyarakat dan ancaman disintegrasi bangsa," katanya.
Menurut dia, budaya daerah seperti itu harus diajarkan, kemudian dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari dan kalau hal itu bisa dilakukan akan menjadi karakter masyarakat, yang mampu menjadi filter dalam menghadapi budaya luar yang tidak sesuai dengan norma dan budaya daerah.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Budaya daerah harus dilestarikan dan salah satu upaya terbaik untuk melestarikannya adalah menjadikannya pelajaran mulok di sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai SMA," katanya di Ternate, Selasa.
Ia menilai upaya itu harus dilakukan, karena banyak masyarakat di Malut dewasa ini, terutama kalangan generasi muda yang tidak lagi mengetahui dan memahami budaya daerahnya, padahal mereka lahir dari orang tua asli Malut serta besar dan menetap di daerah ini.
Dengan menjadikan budaya daerah sebagai pelajaran mulok di sekolah, diharapkan setiap generasi di Malut akan mengetahui secara utuh dan komprehensif seluruh budaya daerahnya, sehingga mereka merasa bertanggung jawab untuk melestarikannya dan menjadikannya tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat, ujarnya.
Budaya daerah, menurut Syaril, tidak hanya dalam bentuk kesenian tradisional atau ritual adat, tetapi juga mencakup perilaku, tata nilai sosial dan filosofi hidup yang diwariskan para leluhur, yang antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan tersendiri.
Ia mengatakan, budaya daerah dalam bentuk perilaku, tata nilai sosial dan filosofi hidup itu umumnya masih relevan dengan tuntutan perkembangan zaman saat ini, bahkan bisa menjadi solusi terbaik atas berbagai permasalahan yang terjadi saat ini, terutama yang terkait dengan masalah sosial.
"Di Ternate para leluhur mewariskan banyak filosofi hidup, di antaranya mari `moi nonge futuru` atau bersatu kita kuat, yang sangat cocok untuk menyikapi berbagai permasalahan sosial dewasa ini, seperti konflik antar kelompok masyarakat dan ancaman disintegrasi bangsa," katanya.
Menurut dia, budaya daerah seperti itu harus diajarkan, kemudian dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari dan kalau hal itu bisa dilakukan akan menjadi karakter masyarakat, yang mampu menjadi filter dalam menghadapi budaya luar yang tidak sesuai dengan norma dan budaya daerah.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017