Ambon, 23/11 (Antara Maluku) - Badan dunia USAID meluncurkan program "Pejuang Laut" dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 50 perwakilan masyarakat Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat, di Kota Ambon.

Siaran pers yang diterima Antara, Kamis, menyebutkan, pertemuan itu bertujuan menyatukan komitmen bersama untuk mendukung upaya penyadaran masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut dan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)-715 yang berada di wilayah tiga provinsi tersebut.

Pertemuan para tokoh masyarakat yang terdiri dari kelompok nelayan, pemuka adat, pemimpin masyarakat pesisir, tokoh pemuda dan perempuan, lembaga swadaya masyarakat, pelaku bisnis, akademisi, hingga penyuluh perikanan dan dinas terkait ini menandai dimulainya inisiatif "Pejuang Laut" yang diprakarsai oleh Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA).

Mengusung tema "Lestari Lautku, Banyak Ikanku", peluncuran Pejuang Laut Proyek USAID SEA di WPP-715 berupaya memfasilitasi perubahan perilaku masyarakat pesisir dalam upaya melestarikan sumber daya laut dan perikanan di WPP-715.

Hasil survei yang dilakukan mitra kerja USAID SEA seperti Coral Triangle Center (CTC), WWF Indonesia, dan Wildlife Conservation Society (WCS) selama setahun terakhir menunjukkan tingginya praktik penangkapan ikan yang ilegal dan merusak terumbu karang maupun kawasan bakau, juga penangkapan berbagai spesies yang dilindungi dan terancam punah.

Sehubungan dengan itu, peran Pejuang Laut menjadi sangat strategis dalam upaya penyadaran komunitas, selain mencegah praktik-praktik penangkapan ikan secara ilegal dan merusak lingkungan laut.

Disebutkan, Pejuang Laut merupakan tokoh panutan yang diajukan oleh komunitasnya.

Bertempat di Aula Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kota Ambon, Maluku, selama dua hari (21-22 November 2017), dalam kegiatan itu para Pejuang Laut dibekali pengetahuan dasar terkait kondisi kelautan dan perikanan di WPP-715 serta diperkenalkan kepada teknik-teknik komunikasi dan fasilitasi masyarakat.

Pertemuan Pejuang Laut ini menjadi wadah bagi para pegiat konservasi laut di Maluku, Maluku Utara dan Papya Barat untuk saling berbagi informasi tentang ancaman kelestarian sumber daya laut dan perikanan serta kisah-kisah konservasi yang telah mereka lakukan.

"Lestari lautku, banyak ikanku tentunya menjadi dambaan kita semua. Spirit ini hendaknya menjadi dasar komitmen seluruh masyarakat, sehingga kita dapat mengelola laut dengan sebaik-baiknya, karena laut memberikan manfaat dan menjadi sumber penghidupan kita," kata Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff saat membuka peluncuran Pejuang Laut.

Siaran pers itu juga menyatakan, 50 Pejuang Laut itu akan bekerja sama dengan para mitra Proyek USAID SEA seperti Coral Triangle Center?(CTC),?WWF-Indonesia,?Wildlife Conservation Society (WCS), Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), Asosiasi Perikanan Pole and Line and Handline Indonesia (AP2HI), dan Rare Indonesia dalam menggiatkan berbagai kegiatan penjangkauan di WPP-715 dan mempromosikan perubahan perilaku yang mampu berkontribusi dalam memulihkan kondisi sumber daya kelautan dan perikanan.

Program tersebut memberikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan mendorong partisipasi aktif para Pejuang Laut di dalam berbagai aspek pengelolaan sumber daya laut dan perikanan terutama melalui implementasi kegiatan-kegiatan proyek USAID SEA.

"Selain itu, Program Pejuang Laut dapat menjadi forum untuk memperkuat kearifan-kearifan lokal yang ada," kata USAID Senior Marine Program Specialist, Celly Catharina.

Menurut dia, melalui inisiatif Pejuang Laut, masyarakat pesisir diharapkan akan memahami konservasi dan pengelolaan perikanan yang berdampak pada meningkatnya komitmen mereka dalam mematuhi peruntukan zonasi di dalam setiap kawasan konservasi laut, sekaligus juga mengelola akses sumber daya laut dan perikanan secara bertanggung jawab.

Dengan demikian, diharapkan upaya pelestarian laut melalui pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan pengelolaan perikanan berkelanjutan dapat berjalan sesuai harapan dan memperlihatkan hasil yang baik dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Coral Triangle Center (CTC), salah satu organisasi penyelenggara acara ini menggarisbawahi pentingnya?bukti upaya para pemimpin masyarakat dalam mengelola sumber daya laut dan pesisir yang positif.

"Para pemimpin, utamanya di tingkat masyarakat, telah berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian sumber daya laut. Kita perlu mendukung mereka, menguatkan kapasitas mereka, dan mengenali sumbangsih mereka guna menginspirasi kita semua dalam memimpin kegiatan perlindungan laut," kata Direktur Eksekutif Coral Triangle Center (CTC) Rili Djohani.

"Kami berharap bahwa melalui program Pejuang Laut, semakin banyak warga dapat terdorong untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga sumber daya laut dan perikanan kita," tambahnya.

Proyek Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) yang didanai USAID adalah proyek lima tahun (2016-2021) yang mendukung Pemerintah Indonesia dalam menguatkan tata kelola sumber daya perikanan dan kelautan, serta konservasi keanekaragaman hayati.

Proyek yang diimplementasikan oleh Tetra Tech dan konsorsium mitra ini bekerja pada tingkat nasional, provinsi, serta lokal di Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara yang termasuk di dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 Indonesia.

Dengan menggunakan pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dan melibatkan pemangku kepentingan utama, Proyek USAID SEA bertujuan untuk menguatkan pengelolaan perikanan dan kawasan perlindungan laut guna meningkatkan produktivitas perikanan, konservasi, dan pemanfaatan berkelanjutan, dan memperkuat kapasitas kepemimpinan dari pemerintah lokal dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017