Ternate, 2/3 (Antaranews Maluku) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Selatan, Maluku Utara (Malut) diminta membangun jalan lingkar Pulau Mandioli, untuk memudahkan mobilitas masyarakat di pulau penghasil kopra itu.
"Masyarakat Pulau Mandioli jika berpergian dari satu daerah ke daerah lain di pulau itu harus menggunakan transportasi laut, karena tidak ada akses jalan darat,"kata salah seorang tokoh masyarakat dari Pulau Mandioli, Ahmad Hasan di Ternate, Jumat.
Kondisi itu sangat menyulitkan masyarakat saat cuaca buruk, apalagi sarana transportasi laut yang ada di pulau itu umumnya berupa perahu motor, yang tidak mampu berlayar jika ketinggian gelombang di atas satu meter.
Menurut dia, tidak adanya akses jalan lingkar di Pulau Mandioli juga mengakibatkan keberadaan dermaga feri Bobo di Pulau itu, tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat.
Kapal feri yang melayani rute Bobo - Babang hanya mengangkut orang, sedangkan untuk kendaraan tidak bisa, karena di dermaga feri Bobo belum tersedia akses jalan ke perkampungan.
Ia mengatakan, pembangunan jalan lingkar di Pulau Mandioli itu sudah berulang kali diusulkan ke Pemkab Halmahera Selatan, termasuk para anggota DPRD kabupaten dan provinsi yang berkunjung ke pulau itu.
Tetapi usulan itu tidak pernah dipenuhi dan kalau pun ada pernyataan dari Pemkab Halmahera Selatan atau anggota DPRD mengenai rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Mandioli, hanya mereka sampaikan saat momentum politik, misalnya menjelang pemilihan kepala daerah atau pemilihan anggota legislatif.
Ahmad Hasan menambahkan, tidak tersedianya akses jalan lingkar Pulau Mandioli mengakibatkan pula potensi sumber daya alam di pulau itu, khususnya disektor perkebunan dan perikanan tidak tertarik dimanfaatkan para pelaku usaha.
Sebelumnya Pemkab Halmahera Selatan menyebutkan bahwa pembangunan jalan lingkar di sejumlah pulau di daerah itu, seperti Pulau Mandioli, Pulau Bacan dan Pulau Makian sudah menjadi program prioritas, tetapi untuk merealisasikannya terkendala dengan keterbatasan anggaran.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018
"Masyarakat Pulau Mandioli jika berpergian dari satu daerah ke daerah lain di pulau itu harus menggunakan transportasi laut, karena tidak ada akses jalan darat,"kata salah seorang tokoh masyarakat dari Pulau Mandioli, Ahmad Hasan di Ternate, Jumat.
Kondisi itu sangat menyulitkan masyarakat saat cuaca buruk, apalagi sarana transportasi laut yang ada di pulau itu umumnya berupa perahu motor, yang tidak mampu berlayar jika ketinggian gelombang di atas satu meter.
Menurut dia, tidak adanya akses jalan lingkar di Pulau Mandioli juga mengakibatkan keberadaan dermaga feri Bobo di Pulau itu, tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat.
Kapal feri yang melayani rute Bobo - Babang hanya mengangkut orang, sedangkan untuk kendaraan tidak bisa, karena di dermaga feri Bobo belum tersedia akses jalan ke perkampungan.
Ia mengatakan, pembangunan jalan lingkar di Pulau Mandioli itu sudah berulang kali diusulkan ke Pemkab Halmahera Selatan, termasuk para anggota DPRD kabupaten dan provinsi yang berkunjung ke pulau itu.
Tetapi usulan itu tidak pernah dipenuhi dan kalau pun ada pernyataan dari Pemkab Halmahera Selatan atau anggota DPRD mengenai rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Mandioli, hanya mereka sampaikan saat momentum politik, misalnya menjelang pemilihan kepala daerah atau pemilihan anggota legislatif.
Ahmad Hasan menambahkan, tidak tersedianya akses jalan lingkar Pulau Mandioli mengakibatkan pula potensi sumber daya alam di pulau itu, khususnya disektor perkebunan dan perikanan tidak tertarik dimanfaatkan para pelaku usaha.
Sebelumnya Pemkab Halmahera Selatan menyebutkan bahwa pembangunan jalan lingkar di sejumlah pulau di daerah itu, seperti Pulau Mandioli, Pulau Bacan dan Pulau Makian sudah menjadi program prioritas, tetapi untuk merealisasikannya terkendala dengan keterbatasan anggaran.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018