Ambon, 22/8 (Antaranews Maluku) - Sejumlah siswa-siswi asal Provinsi Riau yang mengikuti program Siswa Mengenal Nusantara turut mengikuti atraksi "Bambu Gila" yang diperagakan warga Liang, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah.

Atraksi bambu gila yang dipawangi Tjibli Rehalat ini berlangsung di lokasi objek wisata Pantai Liang, (Pulau Ambon) Selasa.

Para siswi yang tidak mau ketinggalan dengan rekan siswanya turung langsung dan ikut memeluk bambu gila yang sedang mengombang-ambingkan mereka ke segala arah.

Tjibli Rehalat menjelaskan, permainan bambu gila yang menggunakan tifa, obor, dupa, jahe, dan kain berang berwarna merah termasuk atraksi unik yang sedikit berbau mistik karena ada unsur memanggil roh nenek moyang untuk hadir namun jangan dianggap sebagai perbuatan syirik.
 
Peserta Siswa Mengenal Nusantara asal Provinsi Riau mencoba ikut memainkan atraksi "Bambu Gila" yang diperagakan warga Liang. Maluku Tengah, Selasa (21/8) (Samuel Leonard)

"Ada agama berati ada adat istiadat juga dan permainan ini yang memanggil roh nenek moyang hanya unutk atraksi hiburan dan bukannya syirik," tandasnya.

Bambu yang dipakai harus tujuh ruas dan jumlah pesertanya harus ganjil, disembur dengan jahe atau halia untuk memanaskan dan memanggil roh nenek moyang, kemudian ada obor yang dipegang pawang untuk memandu bambu gila dimaksud, sedangkan orang lain menabuh tifa.

Warna kain pengikat kepala dan warna api yang merah biasanya disukai roh nenek moyang yang dipanggil.

"Sebagai pawang, saya hanya kesurupan atau kemasukan roh dan tujuannya untuk menghibur sedangkan peserta yang memegang bambu akan diikuti jadi semakin melawan maka bambunya makin tergoyang," jelas Tjibli Rehalat yang mengaku pernah melakukan atraksi serupa di Provinsi Banten.

Jadi ketika sedang bermain, jangan coba melawan roh yang mulai menggoyang bambu tetapi harus mengikuti iramanya.

Yang memegang bambu di bagian ujung juga perlu peserta yang berbadan besar dan tidak boleh wanita karena lemparan bambunya bisa membuat mereka terjatuh atau dibanting, dan kalau banyak penonton yang suport serta diiringi bunyi tifa maka goyangannya semakin kuat.
 
Peserta Siswa Mengenal Nusantara asal Provinsi Riau mengunjungi penangkaran belut raksasa di Negeri Waai, Maluku Tengah, Selasa (21/8) (Daniel Leonard)

Para siswa asal Provinsi Riau yang mengikuti SMN dan merupakan program Kementerian BUMN dengan motto BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN) selanjutnya menuju penangkaran belut atau morea di Waisalaka, Kecamatan Salhutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah.

Mereka menyaksikan aksi Berthy Bakarbessy selaku pawang yang memanggil sejumlah belut keluar dari lubang persembunyiannya dengan menggunakan telur ayam mentah.

"Belut terbesar dan paling tua usianya berumur sepuluh tahun lebih menempati lokasi tersendiri di bagian hulu, sedangkan belut muda lebih banyak berada di bagian tengah sungai," katanya.

Para siswa juga terlihat antusias ingin memegang belut-belut tersebut namun kondisi badan yang begitu licin membuat mereka tidak bisa menahannya terlalu lama dalam hitungan detik.

Selanjutnya SMN ini melanjutkan perjalan ke Pantai Natsepa untuk menikmati pemandangan pantai wisata tersebut sambil menikmati rujak khas Natsepa.

Video : Bambu Gila  

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018