Usai menyelesaikan kuliah dengan gelar insiyur, Gazali tidak sedikit pun tergiur menjadi pegawai negeri sipil (PNS) seperti yang dilakukan teman-teman seangkatannya, walaupun peluang menjadi PNS sangat terbuka baginya.

Warga Ternate, Maluku Utara (Malut) itu lebih tertarik menjadi wirausahawan dengan mengembangkan usaha peternakan ayam potong, yang dinilainya memiliki prospek cerah, karena kebutuhannya di Malut sangat besar dan selama ini sebagian besar harus didatangkan dari provinsi lain.

Memulai usaha peternakan ayam potong dengan modal sedikit, ia kemudian berhasil mengembangkannya menjadi usaha peternakan ayam potong dengan omset ratusan juta rupiah dan menyerap puluhan tenaga kerja.

Apa yang dilakukan Gazali yang kini menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Indonesia (Hippindo) Malut itu bisa jadi contoh dan inspirasi para pencari kerja di Malut, khususnya sarjana yang selama ini hanya fokus ingin menjadi PNS.

Apalagi sekarang formasi penerimaan PNS semakin terbatas, seperti pada penerimaan CPNS tahun 2018 ini untuk wilayah Malut hanya 1.000 orang lebih, sementara yang ingin menjadi PNS ada puluhan ribu orang.

Untuk lolos menjadi PNS sekarang juga semakin berat, karena sistem seleksinya menggunakan online yang tidak memberi peluang untuk lolos dengan memanfaatkan uang atau koneksi, seperti yang sering terjadi pada masa lalu.

Banyaknya pencari kerja ingin menjadi PNS, seperti diakui salah seorang pelamar CPNS di Pemkot Ternate, Sugiyanto, karena PNS menjadi simbol kesuksesan setelah menempuh pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Selain itu, PNS ada kepastian penghasilan setiap bulan dengan berbagai variabel tunjangan kesejahteraan, seperti tunjangan kinerja, gaji ke-13 dan tunjangan hari raya (THR) serta jaminan pensiun di masa tua.

Kalau alasannya seperti itu, menjadi wirausaha justru lebih menjanjikan, bahkan penghasilan yang didapatkan bisa puluhan kali lipat setiap bulannya dibandingkan gaji PNS, walaupun usahanya dalam skala usaha kecil.

Mereka yang memilih profesi sebagai wirausaha tidak akan terpengaruh dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, bisa membangun rumah bagus, membeli kendaraan dan menyekolahkan anak hingga ke jenjang pascasarjana serta menunaikan ibadah umroh dan haji berulang kali.

PNS dengan hanya mengandalkan gaji sulit untuk melakukan hal seperti itu, bahkan untuk membangun rumah saja mereka umumnya harus meminjam kredit di bank dengan jaminan gaji.

Keberhasilan Joko Widodo menjadi Presiden RI dan Jusuf Kalla menjadi Wakil Presiden RI, yang keduanya berlatar belakang wirausaha menjadi bukti bahwa berprofesi sebagai wirausaha bisa pula mengantarkan kesuksesan di bidang politik.


Terbuka Lebar

Peluang menjadi wirausahawan di Malut terbuka lebar, karena daerah yang pada masa lampau menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa ini memiliki banyak potensi sumber daya alam yang bisa digarap menjadi usaha, baik dalam skala besar maupun skala kecil.

Potensi itu mulai dari sektor kelautan dan perikanan, pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, pertambangan, pariwisata sampai berbagai usaha jasa, seperti perdagangan dan transportasi.

Bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha dalam bentuk industri kreatif, juga peluangnya di Malut cukup besar, seperti industri pengolahan hasil perkebunan, pengolahan ikan, kerajinan dan perbengkelan serta usaha kuliner.

Untuk mendorong para pencari kerja di Malut memanfaatkan peluang usaha itu, seperti yang disarankan Ketua Asosiasi Usaha Mikro Kecil Menengah Indonesia (Asmikindo) Malut Kasman Hi Ahmad, perlu ada intervensi dari pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait lainnya.

Intervensi itu tidak hanya dalam bentuk kebijakan, tetapi juga berupa pelatihan kepada pencari kerja yang ingin menjadi wirausahawan, bantuan modal, sarana produksi serta fasilitasi dalam pemasaran.

Infrastruktur penunjang juga harus disediakan, terutama yang sangat terkait dengan kelancaran aktivitas usaha, seperti akses transportasi dari sentra produksi ke daerah pemasaran, dukungan listrik dan telekomunikasi.

Perbankan juga harus berperan aktif untuk mendorong para pencari kerja menjadi wirausahawan dengan memberikan kemudahan kredit, walaupun dalam penilaian perbankan usaha yang akan dibiayai dari kredit itu memiliki resiko.

Pemerintah pusat sudah menunjukkan komitmennya untuk mendorong tumbuhnya wirsausahawan baru melalui penyediaan berbagai skim kredit murah diperbankan, seperti kredit usaha rakyat (KUR), untuk itu perbankan harus memiliki tanggung jawab moral dalam menyukseskannya.

Hal lain yang harus dilakukan untuk mendorong tumbuhnya wirausahawan di Malut, seperti disampaikan salah seorang pengusaha di daerah itu, Hi Salim Taher adalah menanamkan jiwa wirausaha sejak dini.

Kurikulum di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, harus banyak memuat materi yang dapat memberi motivasi, pengetahuan dan wawasan mengenai wirausaha, agar setelah mereka tamat sekolah sudah memiliki jiwa dan wawasan untuk beriwirausaha.

Sekolah kejuruan, seperti di bidang perikanan, pertanian dan jasa harus pula diperbanyak di Malut, karena sekolah seperti itu akan menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan untuk mengembangkan usaha.

Paradigma para orang tua yang menganggap kesuksesan anaknya hanya diukur kalau menjadi PNS, harus pula dihilangkan karena paradigma seperti itu justru secara psikologis menghambat anak untuk menjadikan wirausaha sebagai tangga menuju sukses.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018