Ambon, 30/10 (Antaranews Maluku) - Yayasan Wallacea Maluku mempertanyakan pengusutan hilangnya empat ekor burung yang dilindungi di Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) Seram di Desa Masihulan, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, pada awal Oktober 2018.

"Kenapa sampai bisa hilang, bagaimana tanggung jawab Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, seharusnya tidak didiamkan tapi diproses, orang yang mengambil satwa yang dilindungi harus dihukum," kata Direktur Yayasan Wallacea Maluku Ceicar Riupassa, di Ambon, Selasa.

Yayasan Wallacea mempertanyakan hilangnya empat ekor jenis burung paruh bengkok yang diduga terjadi pada 2 Oktober 2018, dikarenakan sejauh ini belum ada pengusutan terhadap hilangnya satwa yang dilindungi tersebut.

Diketahui burung yang hilang dari PRS Seram adalah dua ekor nuri merah atau Kasturi Ternate (Lorius garrulus) dan dua ekor Kakatua koki medium jambul kuning asal Kepulauan Aru (Cacatua galerita aruensis).

Kasturi Ternate yang berasal dari famili Psittacidae (parrots) merupakan satwa endemik Maluku Utara, sedangkan kakatua koki medium jambul kuning penyebarannya di daerah sekitar Kepulauan Aru dan Kei.

"Kami kaget mendengar ada empat ekor burung yang yang hilang, kejadiannya diduga terjadi pada 2 Oktober. Kami diam dan menunggu proses pengusutan hilangnya burung-burung itu, tapi hingga kini BKSDA terkesan tidak ada tindakan apapun terhadap kasus itu," ujarnya.

Ceicar mengatakan PRS Seram dibangun oleh Yayasan Wallacea Maluku pada 2002, guna melindungi burung-burung langka asal kawasan timur Indonesia yang menjadi korban perburuan dan diperjualbelikan secara bebas oleh masyarakat.

Selama 10 tahun mengelola PRS di Seram, sedikitnya ada enam hingga tujuh jenis burung asal Papua, Maluku dan Maluku Utara dengan jumlah ratusan yang ditempatkan di sana. Sebagian besar satwa di sana adalah burung paruh bengkok yang paling sering diincar oleh penggemar burung.

Pada 2002, BKSD Maluku meminta pengelolaan PRS Seram diserahkan kepada mereka PRS, karena satwa yang dilindungi adalah milik negara.

Berada di tangan lembaga negara, Wallacea berharap burung-burung di PRS Seram lebih terjaga dan terlindungi karena tujuan awal pembangunan pusat rehabilitasi adalah menjaga satwa langka dan dilindungi dari kepunahan dan perdagangan bebas.

"Sebagai orang yang pernah mengelola lokasi itu, kami merasa menyesal ada burung yang hilang dan tidak pernah ada usaha investigasi yang dilakukan oleh BKSDA. Yang kami pertanyakan bagaimana tanggung jawab BKSD terhadap burung-burung yang hilang itu," tandas Ceicar. (KR-IVA).

(T.KR-IVA/B/N005/C/N005) 30-10-2018 17:08:03

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018