Ternate, 15/11 (Antaranews Maluku) - Petani jagung di Maluku Utara mengkhawatirkan akan turunnya harga jagung, menyusul adanya kebijakan pemerintah mengimpor jagung sebanyak 50 ribu sampai 100 ribu ton.

"Harga jagung di pasaran Malut saat ini cukup baik yakni Rp3.000-an per kg, tetapi dengan adanya impor jagung kami khawatir harga itu akan turun," kata salah seorang petani jagung dari Kabupaten Halmahera Barat, Mustafa, di Ternate, Kamis.

Masalahnya jagung yang akan diimpor pemerintah semuanya diarahkan untuk kebutuhan di Pulau Jawa, sementara jagung Malut selama ini juga menjadikan Pulau Jawa sebagai tujuan pasar.

ia mengharapkan jagung impor tidak dilepas ke pasar secara besar-besaran, saat musim panen jagung petani, karena kalau itu dilakukan harga pasti turun, sehingga petani akan merugi.

Pemerintah juga diharapkan ke depan tidak terburu-buru memutuskan mengimpor jagung untuk memenuhi kelangkaan jagung di Pulau Jawa, karena produksi jagung di luar Jawa, seperti di Malut cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Malut, Idham Umasangadji, mengimbau petani di daerah setempat untuk tidak terpengaruh dengan adanya impor jagung yang dilakukan pemerintah.

Adanya impor jagung itu justru harus menjadi motivasi bagi para petani untuk terus meningkatkan produksi jagung, karena berapa pun produksi yang dihasilkan pasti akan terserap pasar dengan harga yang menguntungkan.

Apalagi di Malut saat ini juga semakin banyak pengusaha yang mengembangkan peternakan ayam dan ayam petelur, sehingga kebutuhan jagung untuk pakan ternak akan semakin besar, ujarnya.

Sejumlah kabupaten/kota di Malut yang dewasa ini gencar mengembangkan jagung di antaranya Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Kota Tidore Kepulauan, bahkan khusus untuk Halmahera Barat menargetkan pengembangan jagung seluas 20 ribu hektare per tahun, katanya.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018