Utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal I/2019 tercatat sebesar 387,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.503,9 triliun dengan penghitungan kurs pada akhir triwulan I/2019 sebesar Rp14.200 per dolar AS.
Menurut statistik Bank Indonesia yang diumumkan di Jakarta, Jumat, utang luar negeri (ULN) tersebut terdiri atas utang publik dan bank sentral sebesar 190,5 miliar dolar AS, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar 197,1 miliar dolar AS.
Bank Sentral mencatat ULN Indonesia tumbuh 7,9 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2018. Kenaikan utang itu karena transaksi penarikan bersih ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Akibatnya, utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS. Peningkatan pertumbuhan ULN terutama bersumber dari ULN debitur swasta, sedangkan pertumbuhan ULN pemerintah disebut BI stabil.
Hingga akhir kuartal I 2019, ULN pemerintah tercatat 187,7 miliar dolar AS atau tumbuh 3,6 persen (yoy). Pertumbuhan itu naik tipis dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2018 sebesar 3,3 persen (yoy).
"Pertumbuhan ULN pemerintah relatif stabil pada triwulan I 2019," tulis BI.
Bank sentral menilai, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penurunan nilai Surat Berharga Negara dalam valuta asing sejalan dengan pelunasan obligasi global yang jatuh tempo pada Maret 2019. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,8 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi (16,3 persen), sektor jasa pendidikan (15,7 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (14,4 persen).
ULN swasta pada kuartal I 2019 meningkat 12,8 persen (yoy). Pertumbuhan itu meningkat dibandingkan dengan kuartal IV 2018 yang sebesar 11,3 persen (yoy). ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,2 persen.
Struktur ULN Indonesia diklaim BI tetap sehat. Indikatornya, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan I 2019 yang sebesar 36,9 persen.
"BI dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tulis BI.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Menurut statistik Bank Indonesia yang diumumkan di Jakarta, Jumat, utang luar negeri (ULN) tersebut terdiri atas utang publik dan bank sentral sebesar 190,5 miliar dolar AS, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar 197,1 miliar dolar AS.
Bank Sentral mencatat ULN Indonesia tumbuh 7,9 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2018. Kenaikan utang itu karena transaksi penarikan bersih ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Akibatnya, utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS. Peningkatan pertumbuhan ULN terutama bersumber dari ULN debitur swasta, sedangkan pertumbuhan ULN pemerintah disebut BI stabil.
Hingga akhir kuartal I 2019, ULN pemerintah tercatat 187,7 miliar dolar AS atau tumbuh 3,6 persen (yoy). Pertumbuhan itu naik tipis dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2018 sebesar 3,3 persen (yoy).
"Pertumbuhan ULN pemerintah relatif stabil pada triwulan I 2019," tulis BI.
Bank sentral menilai, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penurunan nilai Surat Berharga Negara dalam valuta asing sejalan dengan pelunasan obligasi global yang jatuh tempo pada Maret 2019. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,8 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi (16,3 persen), sektor jasa pendidikan (15,7 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (14,4 persen).
ULN swasta pada kuartal I 2019 meningkat 12,8 persen (yoy). Pertumbuhan itu meningkat dibandingkan dengan kuartal IV 2018 yang sebesar 11,3 persen (yoy). ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,2 persen.
Struktur ULN Indonesia diklaim BI tetap sehat. Indikatornya, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan I 2019 yang sebesar 36,9 persen.
"BI dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tulis BI.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019