Dokter gizi klinik di Kota Malang dr Ongko Susetia T mengemukakan makanan sehat yang dikonsumsi sehari-hari pun bisa menyebabkan sensitivitas, bahkan jenis makanan tertentu akan memiliki risiko berbeda bagi setiap orang terhadap penyakit tertentu.
"Makanan cepat saji misalnya, akan mengaktifkan potensi sel kanker, sedangkan makanan yang mengandung gula tinggi berisiko terjadinya peradangan," kata dr Ongko Susetia dalam seminar dengan tema "Get Nurified? Ask your DNA yang diselenggarakan Laboratorium Klinik Prodia di Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Jenis-jenis makanan tersebut, kata dr Ongko, tentu akan menimbulkan risiko penyakit. Berbeda dengan orang yang lebih senang dengan makan buah, sayur, dan minum air putih. Hanya saja, harus tetap hati-hati, sebab makanan sehat pun bisa menimbulkan sensivitas.
Menyinggung masih maraknya malnutrisi di Tanah Air, dr Ongko mengatakan malnutrisi ini merupakan kondisi sesorang karena salah gizi, bisa kurang gizi atau kelebihan gizi.
Untuk kurang gizi ini, kata dia, disebut stunting. "Stunting ini sesegera mungkin harus dihilangkan, sebab stunting akan mempengaruhi otak, terutama kognitifnya. Sebelum balita berusia dua tahun harus diupayakan sudah normal, sebab kalau lewat dua tahun, kemungkinan perkembangan kognitifnya akan terganggu," ucapnya.
Sementara itu, Marketing Communications Manager Prodia, Reskia Dwi Lestari menyadari akan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang kebutuhan nutrisi setiap individu yang berbeda satu sama lain.
"Seminar ini memperkenalkan dan memaparkan lebih jauh tentang "personalized nutritions" untuk mengetahui kebutuhan nutrisi individu dan mengerti kebutuhan yang tepat untuk tubuh agar dapat menjaga kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit," ucap Reskia.
Menurut dia, berdasarkan gen dalam tubuh, mempengaruhi sifat, fisik, kesehatan dan respons tubuh terhadap berbagai macam nutrisi. Tidak hanya itu, kebutuhan olahraga setiap individu juga berbeda. Kebutuhan tersebut bersifat spesifik, bahkan anak kembar pun bisa memiliki kebutuhan yang berbeda.
Ia mengakui saat ini sudah mulai menjadi tren di kalangan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat, seperti menjalankan diet mayo, diet keto, melakukan yoga, zumba, pound fit atau lari marathon dan kegiatan fisik lainnya.
Akan tetapi, lanjutnya, mereka justru belum tahu apakah pilihan makanan dan kegiatan fisik yang dilakukannya itu sudah tepat untuk tubuh mereka atau belum. "Selain tidak efektif, ketidaksesuaian dengan kebutuhan tubuh itu malah menimbulkan risiko penyakit," ujarnya.
Sementara itu, spesialis produk Prodia Nur Ainsyah Oktavia mengemukakan pentingnya terlebih dahulu mengetahui kebutuhan tubuh agar dapat memilih dengan tepat makanan maupun jenis kegiatan fisik seseorang.
Untuk mengetahui kebutuhan tubuh tersebut, katanya, dapat dilakukan dengan pemeriksaan Prodia nutrigenomics, yakni salah satu rangkaian pemeriksaan Prodia.
"Prodia Nutrigenomic ini cukup dilakukan satu kali seumur hidup. Untuk mengetahui efek dari nutrisi terhadap gen serta interaksi antara gen dan nutrisi yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga dapat digunakan sebagai baseline dan acuan untuk melakukan gaya hidup yang sesuai," kata Nur Ainsyah.
Selain di Malang, Prodia juga berencana menghadirkan seminar nutrisi ini di 22 kota di seluruh Indonesia, seperti Banda Aceh, Batam, Bandung, Yogyakarta, Pekanbaru, Semarang, dan lain - lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
"Makanan cepat saji misalnya, akan mengaktifkan potensi sel kanker, sedangkan makanan yang mengandung gula tinggi berisiko terjadinya peradangan," kata dr Ongko Susetia dalam seminar dengan tema "Get Nurified? Ask your DNA yang diselenggarakan Laboratorium Klinik Prodia di Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Jenis-jenis makanan tersebut, kata dr Ongko, tentu akan menimbulkan risiko penyakit. Berbeda dengan orang yang lebih senang dengan makan buah, sayur, dan minum air putih. Hanya saja, harus tetap hati-hati, sebab makanan sehat pun bisa menimbulkan sensivitas.
Menyinggung masih maraknya malnutrisi di Tanah Air, dr Ongko mengatakan malnutrisi ini merupakan kondisi sesorang karena salah gizi, bisa kurang gizi atau kelebihan gizi.
Untuk kurang gizi ini, kata dia, disebut stunting. "Stunting ini sesegera mungkin harus dihilangkan, sebab stunting akan mempengaruhi otak, terutama kognitifnya. Sebelum balita berusia dua tahun harus diupayakan sudah normal, sebab kalau lewat dua tahun, kemungkinan perkembangan kognitifnya akan terganggu," ucapnya.
Sementara itu, Marketing Communications Manager Prodia, Reskia Dwi Lestari menyadari akan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang kebutuhan nutrisi setiap individu yang berbeda satu sama lain.
"Seminar ini memperkenalkan dan memaparkan lebih jauh tentang "personalized nutritions" untuk mengetahui kebutuhan nutrisi individu dan mengerti kebutuhan yang tepat untuk tubuh agar dapat menjaga kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit," ucap Reskia.
Menurut dia, berdasarkan gen dalam tubuh, mempengaruhi sifat, fisik, kesehatan dan respons tubuh terhadap berbagai macam nutrisi. Tidak hanya itu, kebutuhan olahraga setiap individu juga berbeda. Kebutuhan tersebut bersifat spesifik, bahkan anak kembar pun bisa memiliki kebutuhan yang berbeda.
Ia mengakui saat ini sudah mulai menjadi tren di kalangan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat, seperti menjalankan diet mayo, diet keto, melakukan yoga, zumba, pound fit atau lari marathon dan kegiatan fisik lainnya.
Akan tetapi, lanjutnya, mereka justru belum tahu apakah pilihan makanan dan kegiatan fisik yang dilakukannya itu sudah tepat untuk tubuh mereka atau belum. "Selain tidak efektif, ketidaksesuaian dengan kebutuhan tubuh itu malah menimbulkan risiko penyakit," ujarnya.
Sementara itu, spesialis produk Prodia Nur Ainsyah Oktavia mengemukakan pentingnya terlebih dahulu mengetahui kebutuhan tubuh agar dapat memilih dengan tepat makanan maupun jenis kegiatan fisik seseorang.
Untuk mengetahui kebutuhan tubuh tersebut, katanya, dapat dilakukan dengan pemeriksaan Prodia nutrigenomics, yakni salah satu rangkaian pemeriksaan Prodia.
"Prodia Nutrigenomic ini cukup dilakukan satu kali seumur hidup. Untuk mengetahui efek dari nutrisi terhadap gen serta interaksi antara gen dan nutrisi yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga dapat digunakan sebagai baseline dan acuan untuk melakukan gaya hidup yang sesuai," kata Nur Ainsyah.
Selain di Malang, Prodia juga berencana menghadirkan seminar nutrisi ini di 22 kota di seluruh Indonesia, seperti Banda Aceh, Batam, Bandung, Yogyakarta, Pekanbaru, Semarang, dan lain - lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019