Organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Jumat, menyerahkan bantuan santunan uang tunai sebesar Rp100 juta kepada keluarga mendiang Alfin Farhan Lestaluhu, bek kanan tim nasional (timnas) Indonesia U-16.
Santunan senilai Rp100 juta diserahkan oleh Kepala ACT Cabang Maluku Wahab Loilatu kepada keluarga Alfin Lestaluhu di rumah almarhum di Jalan Wailatu, kompleks Batugajah, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, sekitar pukul 16.00 WIT.
Erwin Lestaluhu (34) dan Eka Lestaluhu (33), kedua orang tua Alfin tampak terharu dan berterima kasih saat menerima santunan tersebut.
Dengan mata berkaca-kaca Erwin menuturkan almarhum yang baru dimakamkan siang tadi merupakan anak yang sangat membanggakan keluarga. Kendati masih sangat belia, ia gigih dalam memperjuangkan cita-citanya.
Kesungguhan dan kegigihannya itu telah mengantarnya untuk mengukir prestasi yang membanggakan kedua orang tua. Putera sulungnya yang baru menginjak usia 15 tahun pada 1 September 2019, menjadi sosok yang menginspirasi bagi ketiga adiknya.
"Dia anak pertama saya, baru umur 15 tahun. Dia sangat membanggakan, anak yang gigih dalam memperjuangkan cita-citanya dan menjadi inspirasi adik-adiknya," ucap Erwin.
Alfin, kata dia, pulang ke kampung halamannya di Tulehu pada 24 September 2019 usai berlaga untuk timnas di ajang kualifikasi Piala Asia U-16 2020. Ia mendapatkan libur tiga hari untuk bertemu keluarga.
Sesaat setelah tiba di Bandara Internasional Pattimura Ambon, Alfin mengeluh merasa sakit di bagian perut. Ia sempat muntah dan kondisi kesehatannya menurun, tapi kemudian segera sembuh setelah mendapatkan perawatan singkat.
Alfin kembali mengalami sakit di bagian perut ketika beberapa hari mengungsi bersama keluarganya di kompleks perkuliahan Universitas Darussalam (Unidar) Tulehu, karena rumah mereka retak akibat guncangan gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019.
Mendiang sempat diperiksakan ke RSUD darurat dr Ishak Umarella yang sementara beroperasi di lokasi pengungsian yang sama, tapi tak kunjung membaik. Ia kemudian dirujuk ke RST Tk. II Prof dr JA Latumeten Ambon dan hampir sepekan dirawat di sana.
Alfin kemudian dibawa berobat ke RS Royal Progress Jakarta oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), ia lalu dipindahkan ke RS Harapan Kita dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 31 Oktober 2019, sekitar pukul sekitar pukul 22.11 WIB.
"Saat mendengar kabar Alfin sakit dan dirawat di RST, PSSI langsung membawanya untuk berobat ke Jakarta. Anak saya mengalami koma dan meninggal di RS Harapan Kita," imbuh Erwin.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Santunan senilai Rp100 juta diserahkan oleh Kepala ACT Cabang Maluku Wahab Loilatu kepada keluarga Alfin Lestaluhu di rumah almarhum di Jalan Wailatu, kompleks Batugajah, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, sekitar pukul 16.00 WIT.
Erwin Lestaluhu (34) dan Eka Lestaluhu (33), kedua orang tua Alfin tampak terharu dan berterima kasih saat menerima santunan tersebut.
Dengan mata berkaca-kaca Erwin menuturkan almarhum yang baru dimakamkan siang tadi merupakan anak yang sangat membanggakan keluarga. Kendati masih sangat belia, ia gigih dalam memperjuangkan cita-citanya.
Kesungguhan dan kegigihannya itu telah mengantarnya untuk mengukir prestasi yang membanggakan kedua orang tua. Putera sulungnya yang baru menginjak usia 15 tahun pada 1 September 2019, menjadi sosok yang menginspirasi bagi ketiga adiknya.
"Dia anak pertama saya, baru umur 15 tahun. Dia sangat membanggakan, anak yang gigih dalam memperjuangkan cita-citanya dan menjadi inspirasi adik-adiknya," ucap Erwin.
Alfin, kata dia, pulang ke kampung halamannya di Tulehu pada 24 September 2019 usai berlaga untuk timnas di ajang kualifikasi Piala Asia U-16 2020. Ia mendapatkan libur tiga hari untuk bertemu keluarga.
Sesaat setelah tiba di Bandara Internasional Pattimura Ambon, Alfin mengeluh merasa sakit di bagian perut. Ia sempat muntah dan kondisi kesehatannya menurun, tapi kemudian segera sembuh setelah mendapatkan perawatan singkat.
Alfin kembali mengalami sakit di bagian perut ketika beberapa hari mengungsi bersama keluarganya di kompleks perkuliahan Universitas Darussalam (Unidar) Tulehu, karena rumah mereka retak akibat guncangan gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019.
Mendiang sempat diperiksakan ke RSUD darurat dr Ishak Umarella yang sementara beroperasi di lokasi pengungsian yang sama, tapi tak kunjung membaik. Ia kemudian dirujuk ke RST Tk. II Prof dr JA Latumeten Ambon dan hampir sepekan dirawat di sana.
Alfin kemudian dibawa berobat ke RS Royal Progress Jakarta oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), ia lalu dipindahkan ke RS Harapan Kita dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 31 Oktober 2019, sekitar pukul sekitar pukul 22.11 WIB.
"Saat mendengar kabar Alfin sakit dan dirawat di RST, PSSI langsung membawanya untuk berobat ke Jakarta. Anak saya mengalami koma dan meninggal di RS Harapan Kita," imbuh Erwin.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019