Sekitar 10 ton ikan jenis nila mati massal di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, akibat curah hujan tinggi melanda daerah itu sejak Selasa (28/1) malam.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubuk Basung, Kamis, mengatakan 10 ton ikan itu berasal dari 15 keramba jaring apung yang berada di Galapuang, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjungraya.
"15 keramba jaring apung itu milik lima orang petani di Galapuang," katanya.
Ia mengatakan ikan siap panen ini mati akibat curah hujan tinggi melanda daerah itu sejak Selasa (28/1) malam. Pada Rabu (29/1) pagi, lanjut dia, ikan-ikan itu mulai mengalami pusing dan mengapung ke permukaan danau akibat kekurangan oksigen di perairan danau vulkanik itu.
Beberapa jam setelah itu ikan sudah mati dengan jumlah sekitar 10 ton.
"Petani diimbau untuk mengumpulkan bangkai ikan dan dikuburkan agar air danau tidak tercemar," katanya.
Ia mengaakibat kejadian itu petani mengalami kerugian sekitar Rp260 juta, karena harga ikan Rp26 ribu per kilogram.
Agar tidak mengalami kerugian cukup banyak, Ermanto mengimbau petani keramba jaring apung untuk segera memanen ikan.
Selain itu, mengurangi pemberian pakan, memberikan pakan terapung, menghentikan penebaran bibit ikan dan lainnya.
"Kita setiap tahun menyampaikan imbauan agar tidak menebar ikan dari Agustus sampai Februari karena curah hujan cukup tinggi pada bulan itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubuk Basung, Kamis, mengatakan 10 ton ikan itu berasal dari 15 keramba jaring apung yang berada di Galapuang, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjungraya.
"15 keramba jaring apung itu milik lima orang petani di Galapuang," katanya.
Ia mengatakan ikan siap panen ini mati akibat curah hujan tinggi melanda daerah itu sejak Selasa (28/1) malam. Pada Rabu (29/1) pagi, lanjut dia, ikan-ikan itu mulai mengalami pusing dan mengapung ke permukaan danau akibat kekurangan oksigen di perairan danau vulkanik itu.
Beberapa jam setelah itu ikan sudah mati dengan jumlah sekitar 10 ton.
"Petani diimbau untuk mengumpulkan bangkai ikan dan dikuburkan agar air danau tidak tercemar," katanya.
Ia mengaakibat kejadian itu petani mengalami kerugian sekitar Rp260 juta, karena harga ikan Rp26 ribu per kilogram.
Agar tidak mengalami kerugian cukup banyak, Ermanto mengimbau petani keramba jaring apung untuk segera memanen ikan.
Selain itu, mengurangi pemberian pakan, memberikan pakan terapung, menghentikan penebaran bibit ikan dan lainnya.
"Kita setiap tahun menyampaikan imbauan agar tidak menebar ikan dari Agustus sampai Februari karena curah hujan cukup tinggi pada bulan itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020