Balai Arkeologi Maluku menginventarisir kegiatan penelitian yang dilakukan sejak 1995 di provinsi Maluku dan Maluku Utara.
"Saat ini kami sementara inventarisasi kegiatan penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1995 , dari dua provinsi yang menjadi wilayah kerja yakni Maluku dan Maluku Utara, daerah mana yang sudah kita datangi dan belum," kata Kepala Balai Arkeologi Maluku, Bambang Sugiyanto di Ambon, Jumat.
Ia mengatakan, hasil inventarisasi tersebut menjadi panduan penelitian tahun 2021.
Pelaksanaan peneltian akan diarahkan ke tempat yang belum pernah peneliti datangi untuk melakukan penelitian.
"Selain itu prioritas kedua kami lebih mendalami lagi terkait situs yang sudah terbuka dan potensinya besar, akan kita jadikan panduan atau dasar untuk melakukan penelitian kedepan," katanya.
Dijelaskannya, fokus penelitian saat ini lebih banyak di Provinsi Maluku daripada Maluku Utara.
Dicontohkannya penelitian tahun 2019 dari 11 penelitian delapan dilakukan di Maluku dan tiga di Maluku Utara.
Sedangkan tahun 2020 tujuh penelitian terbagi lima di Maluku dan dua di Maluku Utara.
"Kedepan penelitian yang kami lakukan harus seimbang, kami akan minta penelitian dilakukan di dua provinsi," ujarnya.
Kegiatan penelitian yang dilakukan sejak tahun 1995 kurang lebih mencapai 200 penelitian.
"Jika kita asumsikan satu tahun lima penelitian sudah ada 125, karena keterbatasan peneliti di Balai Arkeologi Maluku yang saat ini hanya lima peneliti, " katanya.
Ditambahkannya, keterbatasan jumlah peneliti di dua wilayah kerja Maluku dan Maluku Utara ditunjang juga kondisi geografis kepulauan yang membuat rencana penelitian mengalami kendala.
"Kita berharap adanya penambahan jumlah peneliti di Balar Maluku mengingat dua wilayah ini cukup luas sehingga tidak cukup hanya lima peneliti, minimal 16 orang," tandas Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
"Saat ini kami sementara inventarisasi kegiatan penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1995 , dari dua provinsi yang menjadi wilayah kerja yakni Maluku dan Maluku Utara, daerah mana yang sudah kita datangi dan belum," kata Kepala Balai Arkeologi Maluku, Bambang Sugiyanto di Ambon, Jumat.
Ia mengatakan, hasil inventarisasi tersebut menjadi panduan penelitian tahun 2021.
Pelaksanaan peneltian akan diarahkan ke tempat yang belum pernah peneliti datangi untuk melakukan penelitian.
"Selain itu prioritas kedua kami lebih mendalami lagi terkait situs yang sudah terbuka dan potensinya besar, akan kita jadikan panduan atau dasar untuk melakukan penelitian kedepan," katanya.
Dijelaskannya, fokus penelitian saat ini lebih banyak di Provinsi Maluku daripada Maluku Utara.
Dicontohkannya penelitian tahun 2019 dari 11 penelitian delapan dilakukan di Maluku dan tiga di Maluku Utara.
Sedangkan tahun 2020 tujuh penelitian terbagi lima di Maluku dan dua di Maluku Utara.
"Kedepan penelitian yang kami lakukan harus seimbang, kami akan minta penelitian dilakukan di dua provinsi," ujarnya.
Kegiatan penelitian yang dilakukan sejak tahun 1995 kurang lebih mencapai 200 penelitian.
"Jika kita asumsikan satu tahun lima penelitian sudah ada 125, karena keterbatasan peneliti di Balai Arkeologi Maluku yang saat ini hanya lima peneliti, " katanya.
Ditambahkannya, keterbatasan jumlah peneliti di dua wilayah kerja Maluku dan Maluku Utara ditunjang juga kondisi geografis kepulauan yang membuat rencana penelitian mengalami kendala.
"Kita berharap adanya penambahan jumlah peneliti di Balar Maluku mengingat dua wilayah ini cukup luas sehingga tidak cukup hanya lima peneliti, minimal 16 orang," tandas Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020