Ambon (ANTARA) - Warga Desa Joubela, Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara menggunakan struktur dinding batu bekas markas tentara Australia pada masa Perang Dunia II sebagai pengganti batako untuk mendirikan rumah mereka.
"Struktur dinding batu markas Australia yang tebal dan kokoh dipecah-pecah oleh masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan pengganti batako guna mendirikan rumah," kata Arkeolog Karyamantha Surbakti dari Balai Arkeologi Maluku di Ambon, Senin.
Ia mengatakan Desa Joubela terletak di pesisir Selatan Pulau Morotai. Pada waktu Perang Dunia II, desa ini menjadi bagian dari lokasi instalasi militer Sekutu yang cukup ramai. Area markas Australia terpisah dari permukiman dan fasilitas pangkalan Sekutu yang cenderung merapat ke arah sisi selatan pesisir pantai.
Dalam penelitian mengenai pengelolaan sumber daya arkeologi jejak Perang Dunia Dua berbasis masyarakat di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara pada 2020, Karyamantha menemukan bangunan peninggalan Perang Dunia Dua hanya menyisakan sedikit puing-puing struktur sisa fondasi bangunan di balik rerumputan.
Markas Australia berbentuk seperti benteng besar yang kokoh setinggi lebih dari tiga meter, dengan struktur dinding dibangun dari campuran beton semen dan batu-batu alami, dan di sekitarnya berdiri bangunan-bangunan pendukung lainnya dibongkar oleh masyarakat dan bahan betonnya diambil untuk membangun rumah mereka.
Bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh hingga tahun 1970-an, dibongkar ketika Desa Jobela mulai dihuni oleh masyarakat lokal. Salah satu sisa struktur yang masih tampak adalah bekas lubang toilet di atas permukaan tanah.
"Area bekas lokasi markas Australia ini tampak berupa sebidang tanah datar yang cukup luas. Kondisinya saat ini tampak kosong dan masyarakat setempat memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam pohon karet," ucap dia.
Dikatakannya, selain sisa bangunan, sejumlah perkakas dan peralatan peninggalan Sekutu di area ini pun semuanya sudah diangkat, baik dimanfaatkan kembali oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari, maupun dikumpulkan oleh pengumpul besi tua.
Aktivitas pengangkutan besi-besi tua sisa bekas Perang Dunia II terjadi secara masif di tahun 1980-an, sehingga menyebabkan Desa Joubela tampak bersih dari tinggalan sejarah.
"Sampai saat ini jejak-jejak Perang Dunia II yang masih tampak, relatif sangat sedikit. Di beberapa lokasi masih bisa dijumpai sisa-sisa benda tinggalan sekutu di permukaan tanah, tapi bekas bangunan, jaringan irigasi masih nampak samar-samar dibalik rimbunan vegetasi," ujar Karyamantha Surbakti.