Sejumlah upacara adatĀ  bernuansa Islami dilakukan masyarakat Desa Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu, untuk memeriahkan Idul Adha 1431 Hijriyah. Berdasarkan pantauan ANTARA, kegiatan itu antara lain berupa hadrat, tari bambu gila, tari cakalele, debus dan abdau yang menjadi puncak perayaan hari raya kurban di daerah itu. Saat Abdau dilakukan, ratusan pemuda berebut sebuah bendera khusus di pelataran masjid. Ada pula pemotongan tiga ekor kambing yang telah diarak keliling desa, dan darahnya diperebutkan para pemuda setempatĀ  untuk digosokkan ke sekujur tubuh. "Kami percaya, darah kambing kurban menyebabkan kekebalan terhadap berbagai penyakit. Dan jangan coba-coba menunjukkan kegelian saat menyaksikan kejadian itu, karena bisa berakibat kerasukan," kata Siti Rapiah Pari (45) di Ambon. Para pemuda itu berdesak-desakan hingga menabrak beberapa kerumunan penonton dari ribuan orang yang menyaksikan upacara itu dari pelataran masjid dan sekitarnya. Pada pertunjukan bambu gila, penonton dibuat heran melihat para penari seperti tidak sanggup membawa sebuah bambu panjang yang digunakan untuk mengelilingi masjid, setelah bambu itu dimantrai. Tak kalah menariknya adalah pertunjukan tari Cakalele yang dibawakan 18 pemuda dan tiga anak kecil berpakaian adat serba merah sambil memegang parang dan salawaku (perisai). Gerakan mereka dalam iringan lagu daerah menggambarkan perjuangan Pattimura melawan penjajah Belanda di masa lampau. Penonton terlihat ketakutan saat menyaksikan aksi debus, dimana beberapa pemuda, orang tua maupun anak-anak yang menghujamkan sepasang pasak besi tajam ke dada berulang-ulang hingga berdarah, namun kondisi mereka tetap stabil. Selain atraksi tradisional, penonton juga disuguhkan penampilan marching band Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tulehu yang berpakaian serba hijau dan belasan anak kecil yang membawakan tari Qurbane. Tari ini diiringi lagu berbahasa India dengan judul yang sama dengan tariannya. Menurut salah satu tokoh masyarakat desa Tulehu, John Saleh Ohorella (56), penyembelihan hewan kurban merupakan bentuk penyucian dosa umat Islam setempat. "Kegiatan ini dilakukan berdasarkan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Sebelum disembelih, ketiga kambing korban diarak terlebih dahulu ke rumah raja dan dikaulkan di rumah imam masjid," katanya. John mengatakan, semangat persatuan dan kebersamaan para pemuda sebagai wujud penerimaan Islam juga tergambar jelas dalam abdau. "Suatu bentuk pengorbanan kepada agama, bangsa dan negara," ujarnya tentang perayaan yang dipusatkan di Masjid Jamil Tulehu itu. Sedangkan variasi kegiatan lainnya yang bernuasa adat maupun hiburan, kata dia, adalah khazanah baru dalam memeriahkan hari raya kurban. "Salah satunya lagu Qurbane yang berasal dari India," kata mantan raja Desa Tulehu itu. Seorang penonton, Veni Suandi (17), mengatakan dirinya sangat tertarik dengan perayaan tahunan ini, terutama abdau dan dabus. "Saya sudah tiga tahun berturut-turut menyaksikan perayaan ini," kata mahasiswa Universitas Darussalam Ambon itu.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010