Ambon (ANTARA) - Penganut Agama Hindu di Kota Ambon, Provinsi Maluku melakukan pawai ogoh-ogoh sebagai ritual keagamaan dalam menyambut hari suci Nyepi 1947 Saka/2025 Masehi.
“Kami melakukan pawai ogoh-ogoh yang merupakan simbol dari kekuatan alam yang ada dalam diri kita dan alam semesta jadi dalam ogoh-ogoh ini merepresentasikan bagaimana umat Hindu harus bisa mengendalikan energi negatif yang ada di dalam diri masing-masing,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku, Suyatno di Ambon, Jumat.
Pawai ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Suci Nyepi di Maluku dilaksanakan di depan Monumen Gong Perdamaian Dunia Kota Ambon.
Ia menjelaskan bagi umat Hindu segara energi negatif dan angkara murka umat manusia disimbolkan dengan sosok raksasa yang sangat besar dengan perwujudan sangar sebagaimana menggambarkan manusia dengan segala kemarahan hingga keserakahannya.
“Oleh karena itu kita sebagai sosok manusia kalau tidak bisa mengendalikan emosi, keserakahan maupun kemarahan identik dengan bentuk raksasa,” katanya.
Ogoh-ogoh tersebut digoyang-goyangkan diiringi musik gamelan khas Bali sembari diarak menuju Pura untuk kemudian dibakar sebagai wujud melenyapkan segala energi negatif menuju Nyepi.
“Kami berharap ritual ogoh-ogoh ini bisa menetralisir beragam energi negatif di bumi Maluku ini, sehingga kehidupan kita bisa menjadi lebih baik lagi,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath berharap agar pelaksanaan kegiatan menjelang Hari Raya Nyepi ini dapat berjalan dengan baik.
“Toleransi itu harus dimulai dari Maluku, Ogoh-Ogoh ini bukan hanya menjadi perayaan Hari Suci Nyepi, tetapi juga menjadi pagelaran ideologi,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pemerintah selalu ada dengan semua agama, sementara Kementerian Agama mengemban tugas untuk menjaga toleransi antarumat beragama, dan di Wilayah ini Gubernur adalah orang tua bagi seluruh agama di Maluku.
“Pemerintah akan hadir baik dalam bentuk sumbangan maupun hadir di setiap kegiatan seperti ini,” tambahnya.