Ambon (ANTARA) - Semburat mentari di ufuk timur menyinari tubuh Puang (53) warga Pulau Tiga, Kabupaten Maluku Tengah yang bersiap melaut di pagi itu.
Sambil memanggul pukat di punggung ia membawa satu kotak sterofoam berisi es batu untuk menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan.
Sejak Mei 2024 ia tak perlu lagi membeli es batu di kampung sebelah untuk mendinginkan ikan.
Bersama warga Pulau Tiga lain yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan kini sudah bisa menikmati listrik beroperasi 24 jam.
Sebanyak 56 rumah tangga yang menempati salah satu pulau di Kecamatan Leihitu, Negeri Ureng, Kabupaten Maluku Tengah kini tersenyum bahagia warganya.
Sebagai masyarakat kepulauan kini mereka bisa menikmati listrik menyala 24 jam penuh.
Sebelumnya sejak 2017, warga setempat hanya menikmati listrik sebagai penerangan di malam hari saja. Itu pun sumber energinya berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel.
Tak hanya bisa membuat es untuk menjaga kesegaran ikan, kehidupan warga kian meriah karena sudah bisa menikmati siaran televisi di siang hari untuk mendapatkan hiburan hingga beragam informasi terbaru dari pemberitaan.
Aktivitas rumah tangga para ibu setempat juga kian mudah karena mereka sudah bisa menanak nasi menggunakan rice cooker.
Sumber listrik di Pulau Tiga pun lebih bersih karena mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Di Pulau Tiga telah dibangun PLTS Mikrogrid dengan daya 75 Kwp.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida 75 kWp itu memiliki 190 Modul PV dengan 3 Inverter PV kapasitas 25 kW/Inverter dan sistem penyimpanan energi Baterai Li-Ion (BESS) sebesar 211,2 kWh.
PLTS juga dilengkapi 6 Inverter BESS Sunny Island (SI).8, Genset Diesel 30 kVA, pemantauan menggunakan Sunny Portal, Sunny Data Manager, dan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) dengan Puncak Beban 6 kW hingga 11 kW dan hasil Produksi Energi terbarukan mencapai 95 persen.
"Awalnya PLTS tersebut sudah sempat beroperasi namun sejak enam tahun lalu mengalami kendala," kata Wakil Kepala Dusun Nusalaut Pulau Tiga Ridwan.
Setelah itu listrik pun mengandalkan PLTD dan hanya beroperasi 12 jam sehari. Namun semua berubah, pada November 2023 PLTS tersebut direvitalisasi yang merupakan kolaborasi Selandia Baru dan Indonesia.
Revitalisasi didanai New Zealand Foreign Affairs & Trade Ald Programe (NZMates) bermitra dengan Kementerian ESDM dan PLN. Kini PLTS di pulau tiga menjadi satu-satunya pembangkit listrik sistem hibrida di Maluku.
PLTS tersebut menggunakan teknologi solar PV-Battery-Diesel Genset dilengkapi pemantauan jarak jauh. Dengan demikian operator dan staf Unit PLN di Maluku Utara Maluku (UIW-MMU) dapat memantau sistem secara langsung.
Kehadiran PLTS telah mendorong layanan dasar masyarakat di Pulau Tiga sebagai salah satu daerah kepulauan yang dihuni sekitar 300 warga terpenuhi mulai dari aktivitas rumah tangga, perekonomian, pendidikan hingga penyediaan air bersih.
Penasihat Pembangunan Kedutaan Besar Selandia Baru di Indonesia Kirk Yates saat peresmian mengatakan PLTS tersebut hasil positif dari kerja sama antara Selandia Baru dan Indonesia, menggunakan teknologi energi terbarukan terbaik menyediakan pasokan listrik yang aman dan bersih kepada masyarakat Pulau Tiga.
Sementara Director of Bilateral Foreign Funding from Bappenas Raden Siliwanti menyampaikan salah satu agenda nasional adalah percepatan transisi energi menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia.
Transisi energi juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperluas akses terhadap teknologi yang terjangkau dan bersih guna menjaga daya saing Nasional dan mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih hijau.
Sejalan dengan itu Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Adhi Praptono mengemukakan Provinsi Maluku adalah laboratorium mini Indonesia, karena memiliki karakteristik dikelilingi oleh area lautan yang luas dan terdiri dari ribuan pulau kecil.
Kondisi ini menghadirkan tantangan dalam menyediakan akses listrik bagi masyarakat. Di sisi lain, Maluku juga memiliki potensi sumber daya energi terbarukan lokal yang sangat besar seperti energi surya yang dapat digunakan sebagai sumber untuk menyediakan listrik bagi masyarakat setempat.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Pulau Tiga dapat menjadi contoh bagaimana memanfaatkan sumber daya energi terbarukan lokal untuk meningkatkan akses listrik di pulau kecil.
Sementara General Manager PLN Unit Induk Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU) Awat Tuhulaula mengemukakan pembangunan PLTS sejalan dengan dukungan PLN terhadap kebijakan Pemerintah dalam menjawab transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Ia menilai pembangunan EBT ini berjalan efektif untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
“Kolaborasi dengan NZMATES juga merupakan langkah strategis dalam melakukan akselerasi transisi energi dan tentunya selaras dengan transformasi PLN khususnya pada pilar green" kata Awat.
Program Manager NZMATES,Safitri Yanti Baharuddin, menyatakan operasi mikrogrid tenaga surya Pulau Tiga menjadi pusat pembelajaran untuk pembangunan kapasitas bagi staf PLN, mahasiswa, dan masyarakat Maluku.
"Ketika pengetahuan tentang energi terbarukan diperkuat, maka penerapan energi terbarukan di semua sektor di Provinsi Maluku akan dengan mudah tercapai. Salah satu tujuan utama NZMATES adalah mendukung proses ini," kata Safitri.
Energi Bersih
Kini warga Pulau Tiga Maluku Tengah tersenyum lega, salah satu kebutuhan dasar yaitu listrik telah terpenuhi bersumber dari energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan hasil kolaborasi PLN dengan sejumlah pihak.
PLTS merupakan pembangkit listrik yang bersih karena tidak memerlukan bahan bakar dan mengeluarkan gas buang. Hanya berbekal panas matahari energi kemudian disimpan pada baterai yang tersedia untuk dialirkan ke rumah warga.
Keberadaan PLTS juga merupakan kontribusi dalam pemanfaatan dan pengelolaan energi modern, yaitu sumber daya energi terbarukan yang tidak pernah habis,
Apalagi sumber daya energi fosil atau konvensional berupa minyak diperkirakan akan habis antara 10 hingga 15 tahun mendatang sehingga perlu beralih ke energi baru.
Ini merupakan langkah strategis untuk ketahanan energi saat ini dan mendatang dan upaya mengurangi emisi karbon.
Untuk pembayaran listrik juga mudah karena semua rumah listriknya berstatus prabayar sehingga cukup mengisi token saat daya yang tersedia habis.
Apalagi saat ini akses pengisian token juga semakin beragam dengan hadirnya berbagai layanan internet sehingga bisa diisi berbekal telepon pintar.
Untuk terus menghadirkan energi bersih PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara berencana melakukan dedieselisasi 27 sistem kelistrikan di Maluku dan Maluku Utara menjadi PLTS Hybrid.
General Manager PLN UIW MMU Awat Tuhuloula menyebut pada 2024 terdapat 164 sistem kelistrikan yang menyebar di wilayah kerja PLN UIW MMU.
Hingga Desember 2023 sistem kelistrikan tersebut dijalankan degan menggunakan bauran energi, berupa Bahan Bakar Minyak 93,40 persen, batu bara 6,60 persen, dan surya masih di bawah angka 1 persen.
Ia mengatakan, pada 2024 PLN mengupayakan proses dedieselisasi 27 sistem kelistrikan menjadi PLTS Hybrid, yang merupakan sumber listrik yang dihasilkan panel surya, kemudian digabungkan dengan sumber listrik dari PLN.
Awat menilai ada banyak keuntungan yang diperoleh dari sisi anggaran, kebersihan lingkungan, keberlanjutan dan lainnya.
Ia mengakui kondisi geografis Provinsi Maluku dan Maluku Utara, dalam upaya pemerataan akses listrik di kedua provinsi kepulauan, dihadapkan dengan medan yang tak mudah.
Mulai dari akses transportasi, maupun tantangan cuaca di lapangan, distribusi infrastruktur maupun material pendukung sistem kelistrikan menyebabkan pembiayaan membengkak, belum lagi eksploitasi potensi alam yang tidak ramah lingkungan.
Ia menyatakan, transformasi penggunaan energi fosil ke listrik ini menjadi agenda besar PLN UIW MMU 2024 sejalan dengan upaya pemerintah untuk menghadirkan energi bersih bagi masyarakat menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Selain di Pulau Tiga, berdasarkan catatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku hingga saat ini terdapat 14 bangunan kantor di Kota Ambon menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap.
Kabid Energi Dinas ESDM Provinsi Maluku Said Latuponno mengemukakan Program PLTS Atap mulai diperkenalkan sejak 2020 melalui Ditjen EBTKE Kementerian ESDM.
Pada tahun 2020 telah terpasang PLTS atap dengan total daya sebesar 190 kWp (kiloWatt peak) pada enam gedung milik pemerintah daerah.
Kemudian pada 2022 juga terpasang di tiga unit gedung pemerintah dan satu rumah sakit swasta dengan total daya 65 kWp.
Total kapasitas PLTS atas yang terpasang sebesar 255 KWp dengan sumber dana Ditjen EBTKE Kementerian ESDM.
Selain itu pada 2024 Kementerian ESDM juga membangun PLTS di Kota Tual yaitu Desa Mangur Niela dan Tiflean Kecamatan Kur Selatan, dan Desa Ujir Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru.
Pembangunan PLTS di wilayah 3T di Maluku merupakan program pemerintah dalam upaya meningkatkan pemerataan akses energi kepada masyarakat.
Sudah saatnya meningkatkan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, sesuai dengan semangat salah satu pilar transformasi PLN yaitu Green lewat kolaborasi dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan terkait.