Ambon (Antara Maluku) - Ribuan warga dari berbagai penjuru Kota Ambon memadati Negeri Tulehu, Maluku Tengah, untuk menyaksikan tradisi Kaul Negeri dan Abda'u yang dilakukan bertepatan dengan perayaan Idul Adha 1433 Hijriah, Jumat petang.
Ribuan warga dari berbagai lokasi di Ambon maupun desa-desa di Maluku Tengah, sermasuk sejumlah wisatawan mancanegara terlihat telah berada di Negeri Tulehu, sejak pagi untuk menyaksikan prosesi tradisi adat yang rutin digelar warga desa tersebut pada hari raya kurban setiap tahunnya.
Abda'u dan Kaul Negeri merupakan tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan masyarakat Negeri Tulehu bersama warga dari beberapa desa lainnya.
Menurut penuturan warga Tulehu, tradisi adat Abda'u dan Kaul Negeri yang dilaksanakan seusai sholat Idul Adha sudah berlangsung selama ratusan tahun lalu, yakni setelah terbentuknya pemerintahan otonom yang bersyariat islam sekitar 1600 Masehi.
Atraksi Kaul Kurban atau penyembelihan kurban ternak merupakan sebuah prosesi ritual dan sakral yang terinspirasi dari Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. Daging kurban ternak dibagikan kepada fakir miskin dan atau mereka yang menerimanya sesuai dengan hukum syariat Islam.
Penyembelihan hewan kurban di Tulehu sebenarnya dilakukan dua kali yakni untuk umum setelah selesai sholat Id. Sedangkan penyembelihan secara khusus terdiri dari seekor kambing inti dan dua kambing pendamping.
Sebelum disembelih, tiga kambing tersebut digendong dengan kain oleh pemuka adat dan agama untuk diarak keliling Negeri dan diiringi alunan dzikir dan salawat ke Nabi Muhammad SAW, menuju menuju pelataran Masjid Negeri Tulehu untuk dilakukan penyembelihan selepas Ashar dan merupakan Kaul Negeri untuk menolak bala, serta memohon perlindungan Allah bagi Negeri Tulehu dan masyarakatnya.
Penyembelihan dilakukan di pelataran Masjid Raya Negeri Tulehu oleh imam mesjid, maka dari atas pelataran Masjid sejumlah ibu-ibu mulai menebar bunga rampai yang harum baunya, sedangkan darahnya kemudian diperebutkan oleh para pemuda peserta adat Abda'u, sebagai simbolisasi pemuda Tulehu siap dan rela berkorban demi menegakan kebenaran.
Abda'u
Tradisi ritual Abda'u dilakoni oleh ratusan bahkan ribuan pemuda negeri yang hanya berkaos singlet, berikat kepala warna putih berjalan beramai-ramai menuju rumah Imam Negeri Tulehu. Rambut dan tubuh mereka basah seusai dimandikan oleh imam negeri agar kulit alot, raga kuat, dan bebas dari rasa sakit selama mengikuti ritual adat tersebut.
Para pemuda yang akan mengikuti ritual tersebut, kemudian berkumpul sambil menunggu acara pembukaan, setelah sebelumnya mendapatkan petuah dari Imam masjid untuk mengikuti ritual adat tersebut..
Imam kemudian menyerahkan bendera hijau berenda benang kuning emas yang diikatkan ke tongkat bambu sepanjang dua meter. Warna hijau melambangkan kesuburan dan warna kuning emas melambangkan kemakmuran. Bendera itu bertuliskan huruf arab warna putih yang berbunyi Lailaha ilallah muhammadarrasulullah (Kami bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).
Bendera inilah yang akan diperebutkan oleh ratusan bahkan ribuan pemuda secara bersamaan dengan sekuat tenaga. Nuansa kekerasan sangat kental dalam ritual ini. Mereka berdesak-desakan, ada yang melompat dari atas pagar atau atap rumah supaya bisa berada di atas kerumunan dan berjalan di atas tubuh-tubuh yang sedang berebut bendera.
Tak jarang, mereka yang berdiri di atas tubuh teman-temannya jatuh ke tanah dan terinjak kerumunan para pemuda yang sedang bersemangat tinggi.
Rebutan bendera ini dilakukan sambil mengeliling negeri hingga berakhir di Masjid Raya Negeri Tulehu. Bila rombongan terlalu lama berebut bendera di suatu tempat, penjaga ketertiban semacam peace patrol woodstocks, mendorong para pemuda untuk berjalan.
Proses perebutan bendera inilah yang paling menyedot perhatian ribuan orang yang datang untuk menyaksikan tradisi tersebut. Setiap kali para pemuda berebut bendera, penonton menyoraki, menyemangati pemuda yang didukung.
Para penonton berkumpul di sepanjang jalan kampung, bahkan ada yang duduk-duduk di atap rumah karena jalan penuh orang. Aneh dari rebutan bendera yang sangat keras ini, tidak ada satupun pemuda yang terluka.
Tradisi Abda'u, berasal dari kata Abada yang artinya ibadah. Abda'u merupakan sebuah pengabdian seorang hamba kepada Sang Pencipta. Pemuda negeri Tulehu menyatakan mengabdi kepada Allah yang telah mencipta jagat raya dan isinya.
Menurut Raja Negeri Tulehu John Ohorela, Abdau diselenggarakan secara rutin setiap Idul Adha karena merupakan refleksi nilai sejarah yang terinsirasi dari sikap pemuda Ansar dengan gagah dan gembira menyambut hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa itulah yang mengawali penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, Abda'u merupakan refeksi dari masyarakat Tulehu tempo dulu yang hidup berkelompok di hena-hena (kampung-kampung kecil) di antara Gunung Salahutu hingga bukit dan belum mengenal agama samawi. Mereka menyambut para ulama yang membawa ajaran Islam dengan rasa syukur, ikhlas, dan gembira.
Masuknya agama Islam di Jazirah Leihitu, khususnya di Uli Solemata di bagian timur Salahutu adalah sebuah proses perubahan peradaban manusia menjadi lebih baik.
John Ohorela menambahkan, Abda'u bermakna anak-anak negeri Tulehu basudara (bersaudara). Anak-anak negeri yang melakukan Abdau saling senggol-senggolan, bahu membahu memprebutkan bendera, tetapi hal itu dimaknai untuk mempererat hubungan persaudaraan antarpemuda.
Selain Abda'u dan kaul Negeri juga dilakukan parade budaya lain dalam memeriahkan Idul Adha sehinga negeri Tulehu selalu dilindungi Allah.
Wisata Andalan
Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal saat membuka tradisi adat itu, mengakui, ritual adat masyarakat Tulehu itu, merupakan salah satu objek wisata menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri jika dikelola secara profesional.
"Ritual ini perlu dilestarikan dan diregenerasikan kepada anak-cucu sebagai bagian dari warisan budaya bangsa yang mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat," katanya.
Dia mengakui, pelaksanaan ritual Abda'u dan kaul Negeri dari tahun ke tahun semakin berkualitas dan mampu menyerap arus kunjungan wisatawan lokal, dalam negeri maupun manca negara dalam jumlah besar.
"Jika ritual adat ini dikelola secara profesional dan berkualitas, bukan tidak mungkin akan berdampak besar bagi peningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup warga Tulehu dan sekitarnya," tandasnya.
