Generasi Muda Terjebak Nasionalisme Sempit
Kamis, 28 Oktober 2010 14:12 WIB
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Maluku menilai makna sumpah pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928 tidak lagi mengilhami perjuangan generasi muda di tanah air saat ini karena terjebak nasionalisme sempit.
"Rasa nasionalisme pemuda yang dicetuskan pada 82 tahun silam tidak lagi memaknai dan menjiwai perjuangan para pemuda saat ini. Mereka terkesan telah terjebak rasa nasionalisme sempit yang mengedepankan etnis, ras dan golongan," kata Ketua KNPI Maluku, Zahrudin Latuconsina kepada ANTARA di Ambon, Kamis.
Dia menilai, pemuda di tanah banyak yang menjadi "kuda tunggangan" guna memperjuangkan aspirasi kelompok tertentu yang berkuasa dan tidak membela kepentingan masyarakat kecil.
"Pemuda sekarang mengalami degradasi nasionalisme yang fatal, di mana pola pikirnya bukan untuk memperjuangkan perubahan paradigma dan peningkatan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat," katanya.
Latuconsina menyatakan, banyak aksi demostrasi yang dilakukan pemuda, termasuk di Maluku, tidak mencerminkan perjuangan ke arah perubahan positif atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dia menegaskan, Sumpah Pemuda yang dikrarkan pada 28 Oktober 1928, merupakan titik kulminasi bersatunya seluruh pemuda Indonesia untuk menyerukan rasa sepenanggungan dan seperjuangan guna memajukan bangsa dan negara di berbagai bidang tanpa memandang suka, agama dan ras.
"Makna hakiki sumpah pemuda itu yang harus dikembalikan pada jati diri pemuda saat ini. Pemuda tidak boleh membiarkan dirinya terjebak kepentingan sempalan dan menjadi tunggangan kelompok tertentu," katanya.
Di era membangun sekarang ini, lanjutnya, pemuda dituntut mampu menciptakan kemandirian dan membuka lapangan pekerjaan di berbagai sektor potensial, di antaranya pertanian, perikanan, hingga usaha kecil menengah.
Menurut Latuconsina, pemuda seharusnya bergandengan tangan dan membangun kemitraan yang kuat dengan pemerintah.
"Pemuda harus menjadi agen perubahan program pembangunan yang berujung pada kesejahteraan masyarakat," katanya.
Latuconsina mengakui, terjebaknya pemuda dalam idealisme dan nasionalisme sempit disebabkan antara lain karena masalah kemiskinan yang belum bisa diatasi dan minimnya lapangan kerja.
Sehubungan itu, dia mengimbau pemerintah pusat maupun daerah untuk berupaya keras membuka ruang lebih besar bagi generasi muda dalam meningkatkan kapasitas dan rasa nasionalisme. .
Khusus di Maluku, Latuconsina mengimbau para pemuda untuk ikut menjaga stabilitas keamanan yang semakin kondusif.
Langkah itu, katanya, sangat penting untuk memberi ruang bagi percepatan pembangunan di berbagai bidang, terutama menumbuhkan kepercayaan investor dalam dan luar negeri yang berminat menanamkan modalnya di Maluku.
Ia menyatakan, Maluku telah ditetapkan masuk tiga besar provinsi termiskin di Indonesia, dan karenanya pemuda daerah ini harus segera bangkit dan membantu pemerintah dalam mengejar ketertinggalan dan mengentaskan kemiskinan.
"Jangan lagi mau dikotak-kotakkan atau dininabobokan oleh kepentingan sempit. Sudah saatnya pemuda bergandengan tangan dengan pemerintah untuk membangun Maluku, apalagi potensi sumber daya alam provinsi ini sangat besar dan mampu mensejahterakan seluruh masyarakat jika dikelola secara baik, benar dan optimal," demikian Latuconsina.