Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus berupaya meningkatkan ketangguhan dan kesiapsiagaan masyarakat Maluku menghadapi bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami yang kejadiannya terus berulang.
"Khusus di Maluku gempa dan tsunami dapat terjadi berulang-ulang. Karena itu masyarakat harus dilatih melakukan evakuasi secara mandiri," kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan saat menghadiri simulasi evakuasi mandiri di Dusun Air Kuning, Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Kamis.
Menurut dia, Kepulauan Maluku adalah wilayah paling rawan gempa bumi dan tsunami di Tanah Air, karena merupakan pertemuan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia.
Sejarah gempa kepulauan yang terkenal dengan rempah-rempahnya itu cukup panjang. Berdasarkan catatan Catalogue of Tsunamis on the Western Shore of the Pacific Ocean (1974) disebutkan bahwa antara tahun 1600 hingga 2015, terdapat lebih dari 85 peristiwa gempa dan tsunami di Maluku.
Sedangkan menurut Katalog Tsunami BMKG dalam rentang waktu 1600-an hingga tahun 2006 telah terjadi 45 kali kejadian tsunami.
Menurutnya, simulasi yang dilakukan saat ini bertepatan dengan peringatan peristiwa gempa dan tsunami di Pulau Seram, Maluku yang dikenal warga dengan "Bahaya Seram" pada 30 September 1899.
Gempa bermagnitudo 7,8 itu berakibat Negeri Samasuru dan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengelam ke dasar laut, termasuk pesisir pantai di Teluk Elpaputih longsor, serta tercatat hampir 4.000 orang meninggal dalam peristiwa itu.
Selain itu, gempa magnitudo 7,3 yang disertai tsunami pada 8 Oktober 1950 yang menerjang Pulau Ambon, gempa dan tsunami di Ambon pada 29 September 2019 menyebabkan 31 orang meninggal dan ribuan rumah serta fasilitas rusak, serta gempa dan tsunami Tehoru, kabupaten Maluku Tengah, pada 16 Juni 2021.
Dia menegaskan gempa dan tsunami terjadi secara berulang dan tidak bisa dihindari, dan masyarakat harus dilatih untuk tangguh menghadapi bencana.
"Yang bisa kita lakukan adalah melatih masyarakat agar tangguh dan siap selamat apabila sewaktu-waktu terjadi gempa disertai tsunami," katanya.
Lilik mengingatkan warga Air Manis yang mengikuti simulasi, selalu mematuhi peringatan yang dikeluarkan BMKG maupun upaya-upaya mitigasi serta rambu-rambu evakuasi yang dipasang BPBD.
"Kita berdoa agar gempa dan tsunami tidak terjadi. Tetapi kalau terjadi bapak-ibu dan anak-anak tahu harus lari ke mana, di mana tempat evakuasi yang aman. Latihan ini harus dilakukan terus-menerus," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Khusus di Maluku gempa dan tsunami dapat terjadi berulang-ulang. Karena itu masyarakat harus dilatih melakukan evakuasi secara mandiri," kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan saat menghadiri simulasi evakuasi mandiri di Dusun Air Kuning, Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Kamis.
Menurut dia, Kepulauan Maluku adalah wilayah paling rawan gempa bumi dan tsunami di Tanah Air, karena merupakan pertemuan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia.
Sejarah gempa kepulauan yang terkenal dengan rempah-rempahnya itu cukup panjang. Berdasarkan catatan Catalogue of Tsunamis on the Western Shore of the Pacific Ocean (1974) disebutkan bahwa antara tahun 1600 hingga 2015, terdapat lebih dari 85 peristiwa gempa dan tsunami di Maluku.
Sedangkan menurut Katalog Tsunami BMKG dalam rentang waktu 1600-an hingga tahun 2006 telah terjadi 45 kali kejadian tsunami.
Menurutnya, simulasi yang dilakukan saat ini bertepatan dengan peringatan peristiwa gempa dan tsunami di Pulau Seram, Maluku yang dikenal warga dengan "Bahaya Seram" pada 30 September 1899.
Gempa bermagnitudo 7,8 itu berakibat Negeri Samasuru dan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengelam ke dasar laut, termasuk pesisir pantai di Teluk Elpaputih longsor, serta tercatat hampir 4.000 orang meninggal dalam peristiwa itu.
Selain itu, gempa magnitudo 7,3 yang disertai tsunami pada 8 Oktober 1950 yang menerjang Pulau Ambon, gempa dan tsunami di Ambon pada 29 September 2019 menyebabkan 31 orang meninggal dan ribuan rumah serta fasilitas rusak, serta gempa dan tsunami Tehoru, kabupaten Maluku Tengah, pada 16 Juni 2021.
Dia menegaskan gempa dan tsunami terjadi secara berulang dan tidak bisa dihindari, dan masyarakat harus dilatih untuk tangguh menghadapi bencana.
"Yang bisa kita lakukan adalah melatih masyarakat agar tangguh dan siap selamat apabila sewaktu-waktu terjadi gempa disertai tsunami," katanya.
Lilik mengingatkan warga Air Manis yang mengikuti simulasi, selalu mematuhi peringatan yang dikeluarkan BMKG maupun upaya-upaya mitigasi serta rambu-rambu evakuasi yang dipasang BPBD.
"Kita berdoa agar gempa dan tsunami tidak terjadi. Tetapi kalau terjadi bapak-ibu dan anak-anak tahu harus lari ke mana, di mana tempat evakuasi yang aman. Latihan ini harus dilakukan terus-menerus," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021