Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofosika (BMKG) memasang sirine peringatan tsunami di Ambon, Provinsi Maluku dengan sistem baru, menggunakan frekuensi radio.
"Dalam waktu dekat kita akan memasang sirine tsunami di kawasan Waihaong kota Ambon, dengan sistem baru menggunakan frekuensi radio, " kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Herlambang Huda, di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan sirine peringatan tsunami yang lama, sudah tidak bisa beroperasi, karena sistemnya berbeda sehingga akan digantikan dengan perangkat baru.
Dengan mengubah sistem komunikasi menggunakan frekuensi radio, kata dia, akan mampu bertahan jika ketika terjadi bencana gempa yang berpotensi tsunami sehingga ketika bencana terjadi, komunikasi antara artivator yakni yang menyalakan alat dengan lokasi terjadinya tsunami tidak terjadi masalah.
"Yakni dapat diaktivasi sehingga dapat dikendalikan dan pengendalinya juga harus mendapat informasi yang benar dari berbagai tahapan informasi berdasarkan gempa dan verifikasi," katanya.
Saat ini, katanya, alat sirine hanya satu unit di Ambon, sedangkan ke depan diharapkan dapat ditindaklanjuti penambahan alat oleh pemerintah daerah.
"Alat tersebut hanya satu unit, tetapi satu aktivasi menghidupkan satu sirine untuk menjangkau masyarakat," katanya.
Pihaknya berharap, ke depan pemkot atau pemkab setempat dapat menambah alat, sehingga meskipun yang aktif satu alat, dapat didengar di tempat lain. Jumlah alat serupa yang semakin banyak akan lebih baik dalam menjangkau masyarakat.
Pihaknya sementara ini juga memasang peralatan baru menggunakan sistem radio untuk frekuensi kebencanaan.
Alat tersebut, kata dia, sistemnya teks dan teks ke suara. Setiap mode peringatan yang disampaikan, misalnya bentuknya teks, dari teks diubah menjadi teks ke suara.
"Sistem frekuensi radio kebencanaan akan menyampaikan informasi yang bersumber berbagi moda untuk disampaikan ke masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Dalam waktu dekat kita akan memasang sirine tsunami di kawasan Waihaong kota Ambon, dengan sistem baru menggunakan frekuensi radio, " kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Herlambang Huda, di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan sirine peringatan tsunami yang lama, sudah tidak bisa beroperasi, karena sistemnya berbeda sehingga akan digantikan dengan perangkat baru.
Dengan mengubah sistem komunikasi menggunakan frekuensi radio, kata dia, akan mampu bertahan jika ketika terjadi bencana gempa yang berpotensi tsunami sehingga ketika bencana terjadi, komunikasi antara artivator yakni yang menyalakan alat dengan lokasi terjadinya tsunami tidak terjadi masalah.
"Yakni dapat diaktivasi sehingga dapat dikendalikan dan pengendalinya juga harus mendapat informasi yang benar dari berbagai tahapan informasi berdasarkan gempa dan verifikasi," katanya.
Saat ini, katanya, alat sirine hanya satu unit di Ambon, sedangkan ke depan diharapkan dapat ditindaklanjuti penambahan alat oleh pemerintah daerah.
"Alat tersebut hanya satu unit, tetapi satu aktivasi menghidupkan satu sirine untuk menjangkau masyarakat," katanya.
Pihaknya berharap, ke depan pemkot atau pemkab setempat dapat menambah alat, sehingga meskipun yang aktif satu alat, dapat didengar di tempat lain. Jumlah alat serupa yang semakin banyak akan lebih baik dalam menjangkau masyarakat.
Pihaknya sementara ini juga memasang peralatan baru menggunakan sistem radio untuk frekuensi kebencanaan.
Alat tersebut, kata dia, sistemnya teks dan teks ke suara. Setiap mode peringatan yang disampaikan, misalnya bentuknya teks, dari teks diubah menjadi teks ke suara.
"Sistem frekuensi radio kebencanaan akan menyampaikan informasi yang bersumber berbagi moda untuk disampaikan ke masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021