Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku memperkirakan pertumbuhan ekonomi Maluku pada 2021 maksimal mencapai 2,85 persen atau belum kembali normal seperti sebelum masa pandemi COVID-19.

"Pada Oktober 2021, BI Maluku sudah menyampaikan surat kepada pemerintrah daerah terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Kita memperkirakan untuk 2021 ini pertumbuhan ekonomi di Maluku berkisar antara 2,45 persen sampai 2,85 persen," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Maluku,  Lukman Hakim di Ambon, Maluku, Jumat.

BI menilai ekonomi Maluku pada 2021 masih belum bebas dari pandemi COVID -19 sehingga kisaran pertumbuhan ekonomi masih di bawah tiga persen. Namun demikian, proyeksi ini masih lebih tinggi kalau dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada 2020 yang minus 3,42 persen meski belum bisa seperti pada 2019 ketika pertumbuhan ekonomi Maluku mencapai 5,57 persen.

Menurut dia, pada 2021, dampak dari COVID-19 ini sudah mulai turun ketimbang 2020 dengan beberapa indikator.

"Pertama, dari sisi sektor pertanian sesuai dengan hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku diperkirakan tahun 2021 sektor pertanian akan mengalami peningkatan produksi, seperti padi dari sekitar 61 ribu ton menjadi 64 ribu ton beras. Jadi, ada peningkatan produksi pada atau beras di tahun 2021 ini," ujarnya.

Sektor pertanian adalah salah satu sektor ekonomi terbesar di Maluku selain sektor administrasi pemerintahan, sedangkan perdagangan menempati posisi nomor tiga. Kemudian, dari sisi pengangguran di Maluku tahun 2021 juga berkurang dibanding tahun 2020 yang mencapai 63 ribu orang, menjadi 59 ribu orang di tahun 2021.

"Ini adalah satu indikasi bahwa ekonomi di Maluku sudah mulai pulih, sehingga kita bisa berani memperkirakan bahwa tahun ini ekonomi Maluku bisa tumbuh positif 2,45 persen sampai 2,85 persen," ujarnya.

Lukman mengemukakan, sesuai rilis BPS Provinsi Maluku, pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan III 2021 mencapai 4,17 persen atau lebih rendah dibandingkan triwulan II 2021 yang 4,64 persen.

Namun, secara umum pertumbuhan ekonomi di Maluku ini masih lebih tinggi kalau dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang 3,51 persen.

"Kita melihat kenapa pada triwulan III 2021 pertumbuhan ekonomi Maluku melambat dibandingkan triwulan II 2021, salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM," katanya.

Pada Juli 2021, angka COVID-19 cukup tinggi, karena itu, pemerintah membatasi kegiatan masyarakat dan hal itu terdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Kita lihat dari sektor transportasi dan akomodasi pertumbuhan ekonominya menurun. Kalau pada triwulan II 2021 pada sektor transportasi 15,5 persen, pada triwulan III 2021 turun menjadi 11,8 persen, kemudian di sektor akomodasi, hotel, dan restoran dari delapan persen turun menjadi empat persen, kenapa dia turun karena adanya penerapan PPKM," ujarnya.

Kemudian, di sisi lain lambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2021 itu juga dipengaruhi oleh masih belum optimalnya realisasi APBD. "Jadi sampai dengan akhir triwulan III 2021 realisasi APBD di tingkat Provinsi Maluku baru mencapai 58 persen," ujar Lukman.

Pertumbuhan di sektor administrasi pemerintahan ini juga turun dari 6,7 persen menjadi 0,72 persen, karena kemungkinan pemerintah daerah masih berfokus pada penanganan COVID-19.

"Untuk realisasi belanja modal maupun belanja pegawai di pemda belum optimal, sehingga menjadi salah satu penyebab sehingga pertumbuhan ekonomi di Maluku melambat, karena kalau kita lihat dari sisi sektor lain relatif ada peningkatan, contohnya di di bidang pertanian, yang naik dari 0,51 menjadi 2,23 persen pertumbuhannya sehingga memang PPKM itu cukup berdampak pada pertumbuhan ekonomi,"tandas Lukman.

Pewarta: John Soplanit

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021