Seiring bertambahnya usia, orang-orang yang berumur di atas 50 tahun berisiko terkena herpes zoster atau cacar api (cacar ular) yang disebabkan oleh virus varicella-zoster, ditandai dengan timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri.
"Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali, karena tidak semua yang pernah kena cacar air akan mengalami herpes zoster.Orang berusia di atas 50 tahun sangat berisiko," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Maluku, dr Sri Anata Widhya di Ambon, Senin.
Ia mengatakan herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, yakni virus yang juga menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virusnya menjadi tidak aktif dan bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun.
Virus varicella-zoster dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api. Belum dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali, karena tidak semua yang pernah terkena cacar air akan mengalami herpes zoster.
Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap Aids, seusai operasi transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
Orang-orang di atas 50 tahun, kata dr Sri, bisa terkena herpes zoster karena diketahui risiko akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Karena itu, vaksinasi antivirus virus varicella-zoster sangat disarankan bagi mereka.
Vaksin juga dapat diberikan kepada orang yang pernah menderita herpes zoster. Meski tidak dapat mencegah herpes zoster sepenuhnya, vaksinasi setidaknya bisa mengurangi keparahan gejala penyakit ini dan mempercepat waktu penyembuhan dan mencegah kambuh kembali.
"Herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit cacar air sehingga tidak dapat ditularkan, tetapi penderita dapat menjadi sumber penyebaran virus varicella-zoster yang dapat mengakibatkan orang lain terkena cacar air," ujarnya.
dr Sri menjelaskan gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri). Bintil tersebut hanya setempat, jaringan sekitar bintil menjadi bengkak, bintil akan berkembang menjadi luka lepuh dan menjadi luka berkerak lalu menghilang secara perlahan.
Kendati tidak berbahaya, obat antivirus akan diberikan guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi seperti neuralgia seusai-herpes atau postherpetic neuralgia, yakni nyeri parah dan bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh.
Komplikasi lainnya adalah kebutaan bagi penderita herpes zoster yang timbul di sekitar mata bisa mengakibatkan peradangan pada saraf mata, glaukoma dan bahkan berujung pada kebutaan. Kemudian gangguan pada saraf, misalnya inflamasi pada otak, dan masalah pada pendengaran atau bahkan keseimbangan tubuh.
Selain itu, bisa terjadi infeksi bakteri pada ruam atau lepuhan jika kebersihan kulit tidak dijaga dengan baik, termasuk bercak putih pada bekas ruam akibat kerusakan pigmen kulit yang terlihat seperti bekas luka.
"Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah demam, sakit kepala, lemas dan silau terhadap cahaya," kata dr Sri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali, karena tidak semua yang pernah kena cacar air akan mengalami herpes zoster.Orang berusia di atas 50 tahun sangat berisiko," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Maluku, dr Sri Anata Widhya di Ambon, Senin.
Ia mengatakan herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, yakni virus yang juga menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virusnya menjadi tidak aktif dan bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun.
Virus varicella-zoster dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api. Belum dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali, karena tidak semua yang pernah terkena cacar air akan mengalami herpes zoster.
Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap Aids, seusai operasi transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
Orang-orang di atas 50 tahun, kata dr Sri, bisa terkena herpes zoster karena diketahui risiko akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Karena itu, vaksinasi antivirus virus varicella-zoster sangat disarankan bagi mereka.
Vaksin juga dapat diberikan kepada orang yang pernah menderita herpes zoster. Meski tidak dapat mencegah herpes zoster sepenuhnya, vaksinasi setidaknya bisa mengurangi keparahan gejala penyakit ini dan mempercepat waktu penyembuhan dan mencegah kambuh kembali.
"Herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit cacar air sehingga tidak dapat ditularkan, tetapi penderita dapat menjadi sumber penyebaran virus varicella-zoster yang dapat mengakibatkan orang lain terkena cacar air," ujarnya.
dr Sri menjelaskan gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri). Bintil tersebut hanya setempat, jaringan sekitar bintil menjadi bengkak, bintil akan berkembang menjadi luka lepuh dan menjadi luka berkerak lalu menghilang secara perlahan.
Kendati tidak berbahaya, obat antivirus akan diberikan guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi seperti neuralgia seusai-herpes atau postherpetic neuralgia, yakni nyeri parah dan bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh.
Komplikasi lainnya adalah kebutaan bagi penderita herpes zoster yang timbul di sekitar mata bisa mengakibatkan peradangan pada saraf mata, glaukoma dan bahkan berujung pada kebutaan. Kemudian gangguan pada saraf, misalnya inflamasi pada otak, dan masalah pada pendengaran atau bahkan keseimbangan tubuh.
Selain itu, bisa terjadi infeksi bakteri pada ruam atau lepuhan jika kebersihan kulit tidak dijaga dengan baik, termasuk bercak putih pada bekas ruam akibat kerusakan pigmen kulit yang terlihat seperti bekas luka.
"Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah demam, sakit kepala, lemas dan silau terhadap cahaya," kata dr Sri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021