Museum Siwalima mengusulkan tata krama berbusana daerah Maluku menjadi bagian dari kurikulum pelajaran muatan lokal di SD hingga SMA, guna memberikan pengetahuan dan ketertarikan terhadap pakaian adat dan tradisional daerah.
"Tata krama berbusana daerah yang kita sebut dengan budaya bapak perlu diajarkan kepada anak-anak di sekolah, sehingga generasi milineal juga paham dengan tatanan dan tradisi berpakaian adat Maluku," kata Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Esther Saiya di Ambon, Kamis .
Ia mengatakan akan mengajarkan pelajaran tentang tata krama berbusana daerah Maluku menjadi bagian dari kurikulum pelajaran lokal, agar pelajaran adat dan tradisional dapat diajarkan di bangku pendidikan formal.
Usulan tersebut telah disetujui oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Maluku, kemudian akan dibahas ke Disdikbud Kota Ambon dan kabupaten/kota lainnya, DPRD dan Badan Pembangunan Daerah (Bapeda) setempat agar menjadi pertimbangan.
"Kami melihat generasi kita sekarang banyak yang tidak paham dengan budaya bapake dan menganggapnya tidak menarik, sehingga perlu diperkenalkan lagi. Usulan ini mendapat dukungan dari Disdikbud Provinsi Maluku," ujar Jean.
Dikatakannya lagi, proposal tata krama berbusana daerah Maluku menjadi kurikulum muatan lokal yang diperoleh setelah menghimpun pendapat dari tokoh masyarakat, akademisi, budawayan, lembaga-lembaga seni dan budaya, organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP), akademisi serta ahli sejarah.
Didukung oleh sejumlah pakar dan akademisi, di antaranya antropolog Prof Hermien Soselisa, budayawan Maluku Florence Sahusilawane, desainer fasion Elfira Hehanussa dan akademisi sejarah dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Semmy Touwe, usulan akan upaya pelestarian warna dan ciri khas pakaian tradisional.
"Usulan ini sejalan dengan usulan dukungan untuk penyediaan tenaga guru yang mengajar budaya daerah di tingkat SD, SMP dan SMA yang akan ditangani oleh Disdikbud di masing-masing wilayah," kata Jean.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Tata krama berbusana daerah yang kita sebut dengan budaya bapak perlu diajarkan kepada anak-anak di sekolah, sehingga generasi milineal juga paham dengan tatanan dan tradisi berpakaian adat Maluku," kata Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Esther Saiya di Ambon, Kamis .
Ia mengatakan akan mengajarkan pelajaran tentang tata krama berbusana daerah Maluku menjadi bagian dari kurikulum pelajaran lokal, agar pelajaran adat dan tradisional dapat diajarkan di bangku pendidikan formal.
Usulan tersebut telah disetujui oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Maluku, kemudian akan dibahas ke Disdikbud Kota Ambon dan kabupaten/kota lainnya, DPRD dan Badan Pembangunan Daerah (Bapeda) setempat agar menjadi pertimbangan.
"Kami melihat generasi kita sekarang banyak yang tidak paham dengan budaya bapake dan menganggapnya tidak menarik, sehingga perlu diperkenalkan lagi. Usulan ini mendapat dukungan dari Disdikbud Provinsi Maluku," ujar Jean.
Dikatakannya lagi, proposal tata krama berbusana daerah Maluku menjadi kurikulum muatan lokal yang diperoleh setelah menghimpun pendapat dari tokoh masyarakat, akademisi, budawayan, lembaga-lembaga seni dan budaya, organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP), akademisi serta ahli sejarah.
Didukung oleh sejumlah pakar dan akademisi, di antaranya antropolog Prof Hermien Soselisa, budayawan Maluku Florence Sahusilawane, desainer fasion Elfira Hehanussa dan akademisi sejarah dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Semmy Touwe, usulan akan upaya pelestarian warna dan ciri khas pakaian tradisional.
"Usulan ini sejalan dengan usulan dukungan untuk penyediaan tenaga guru yang mengajar budaya daerah di tingkat SD, SMP dan SMA yang akan ditangani oleh Disdikbud di masing-masing wilayah," kata Jean.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021