Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon, Maluku memberikan pelatihan manajemen kelompok masyarakat siaga bencana di daerah aliran sungai.
Pelatihan Flood Management in Selected River Basin (FMSRB) atau pelatihan manajemen kelompok masyarakat siaga bencana bagi kelompok masyarakat di sekitar daerah aliran sungai dilaksanakan untuk mendukung pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan mitigasi bencana banjir, kata Sekretaris Kota Ambon, Agus Ririmasse, Kamis.
Ia mengatakan, kegiatan ini mengarah pada perubahan paradigma kegiatan yang berorientasi pada proyek pengendalian banjir yang meliputi cara- cara struktural ke orientasi proses pengelolaan banjir terintegrasi, yang menyediakan satu perpaduan yang sesuai antara intervensi non-struktural.
Selain itu peningkatan kapasitas dan kelembagaan, serta kegiatan konstruksi untuk mitigasi dampak negatif banjir dan longsor, sehingga penduduk di daerah dataran banjir akan menjadi pengambil manfaat utama dengan menempatkan masyarakat dan lembaga sebagai aset dan mitra dalam proses pembangunan.
"Serta memberikan kontrol keputusan dan sumber daya melalui kelompok masyarakat dan diberdayakan melalui kemitraan dengan berbagai unsur pemangku kepentingan di antaranya Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Ambon, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Perguruan Tinggi," katanya.
Ia menjelaskan, bencana banjir dan longsor yang terjadi di berbagai wilayah di Kota Ambon, tidak hanya merusak wilayah permukiman saja, tapi juga mengganggu aktivitas masyarakat dan sistem ekonomi di daerah yang terkena dampaknya.
Untuk itu diperlukan suatu strategi penanganan dengan pendekatan yang tepat guna meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh daya rusak air.
Menjawab kebutuhan tersebut, maka pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, menjadi suatu pendekatan yang dianggap paling tepat untuk dilaksanakan dalam pelatihan manajemen kelompok masyarakat siaga bencana.
Ia menambahkan, disadari bahwa kemampuan masyarakat dalam mitigasi bencana banjir dan longsor masih lemah, dengan demikian, kegiatan pelatihan manajemen Kelompok Masyarakat Siaga Bencana diharapkan kemampuan masyarakat semakin meningkat.
Tahun 2022, lanjut Sekkot merupakan tahun terakhir pelaksanaan program FMSRB berimplikasi kepada kelompok masyarakat siaga bencana untuk tetap memberdayakan kelompoknya ada dalam upaya pengurangan risiko bencana di wilayahnya masing-masing.
Dengan pendampingan yang dilakukan oleh desa, negeri dan kelurahan, sehingga keberlanjutan pengelolaan risiko banjir dan longsor di lima wilayah sungai di pusat Kota Ambon terus ditingkatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
Pelatihan Flood Management in Selected River Basin (FMSRB) atau pelatihan manajemen kelompok masyarakat siaga bencana bagi kelompok masyarakat di sekitar daerah aliran sungai dilaksanakan untuk mendukung pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan mitigasi bencana banjir, kata Sekretaris Kota Ambon, Agus Ririmasse, Kamis.
Ia mengatakan, kegiatan ini mengarah pada perubahan paradigma kegiatan yang berorientasi pada proyek pengendalian banjir yang meliputi cara- cara struktural ke orientasi proses pengelolaan banjir terintegrasi, yang menyediakan satu perpaduan yang sesuai antara intervensi non-struktural.
Selain itu peningkatan kapasitas dan kelembagaan, serta kegiatan konstruksi untuk mitigasi dampak negatif banjir dan longsor, sehingga penduduk di daerah dataran banjir akan menjadi pengambil manfaat utama dengan menempatkan masyarakat dan lembaga sebagai aset dan mitra dalam proses pembangunan.
"Serta memberikan kontrol keputusan dan sumber daya melalui kelompok masyarakat dan diberdayakan melalui kemitraan dengan berbagai unsur pemangku kepentingan di antaranya Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Ambon, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Perguruan Tinggi," katanya.
Ia menjelaskan, bencana banjir dan longsor yang terjadi di berbagai wilayah di Kota Ambon, tidak hanya merusak wilayah permukiman saja, tapi juga mengganggu aktivitas masyarakat dan sistem ekonomi di daerah yang terkena dampaknya.
Untuk itu diperlukan suatu strategi penanganan dengan pendekatan yang tepat guna meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh daya rusak air.
Menjawab kebutuhan tersebut, maka pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, menjadi suatu pendekatan yang dianggap paling tepat untuk dilaksanakan dalam pelatihan manajemen kelompok masyarakat siaga bencana.
Ia menambahkan, disadari bahwa kemampuan masyarakat dalam mitigasi bencana banjir dan longsor masih lemah, dengan demikian, kegiatan pelatihan manajemen Kelompok Masyarakat Siaga Bencana diharapkan kemampuan masyarakat semakin meningkat.
Tahun 2022, lanjut Sekkot merupakan tahun terakhir pelaksanaan program FMSRB berimplikasi kepada kelompok masyarakat siaga bencana untuk tetap memberdayakan kelompoknya ada dalam upaya pengurangan risiko bencana di wilayahnya masing-masing.
Dengan pendampingan yang dilakukan oleh desa, negeri dan kelurahan, sehingga keberlanjutan pengelolaan risiko banjir dan longsor di lima wilayah sungai di pusat Kota Ambon terus ditingkatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022