Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa yang mengguncang Halmahera, Maluku pada Selasa pagi dipicu patahan pada Lempeng Laut Maluku.

Dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono gempa yang mengguncang pukul 08.44 WIB tersebut juga dirasakan di Minahasa dan Kepulauan Sangihe.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki parameter update dengan magnitudo 5,9.

Episenter gempa terletak pada koordinat 2,11° LU dan 126,97° BT tepatnya di laut pada jarak 77 kilometer arah barat laut Loloda, Halmahera Barat, Maluku Utara dengan kedalaman 10 km.

Baca juga: Waduh, Menara MTQ Kendari retak diguncang gempa bermagnitudo 5,2

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan atau patahan pada Lempeng Laut Maluku," kata Daryono.

Daryono mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan kombinasi sesar naik dan mendatar (oblique-thrust fault).

Gempa ini berdampak dirasakan di Galela dalam skala intensitas III-IV MMI menyebabkan banyak warga lari berhamburan ke luar rumah karena terkejut adanya guncangan kuat yang terjadi secara tiba-tiba.

Di Tobelo guncangan dirasakan dalam skala intensitas III MMI. Sedangkan di Bitung guncangan dalam skala intensitas II-III MMI dan daerah Siau gempa dirasakan lemah dalam skala intensitas II MMI.

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena magnitudonya relatif kecil untuk dapat menciptakan deformasi dasar laut hingga mengganggu kolom air laut," kata dia.

Baca juga: BMKG data 67 kejadian gempa bumi di Maluku selama sepekan, begini penjelasannya

Hingga pukul 10.00 WIB hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).

Daryono menjelaskan wilayah Laut Maluku merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.

"Sejarah mencatat di wilayah ini pernah terjadi beberapa gempa kuat dan memicu tsunami seperti yang pernah terjadi pada tahun 1608, 1845, 1852, 1857, 1889, 1907, dan 1939," kata dia.

Baca juga: DPRD Ambon Minta Pemkot Perbaiki Aset Rusak akibat gempa 2019



 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022