Sejumlah rumah warga dikabarkan terbakar akibat bentrokan antarkelompok warga dari Desa Ohoiren dan Ohoidertutu di Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), kembali pecah pada Senin pagi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA di Langgur, lebih dari satu rumah warga Desa Ohoiren yang rusak dan terbakar setelah massa dari Desa Ohoidertutu melakukan penyerangan sekitar pukul 09.00 WIT. Massa dari Desa Ohoidertutu mencapai ratusan orang dengan membawa berbagai senjata tajam seperti panah, parang, tombak hingga senapan angin.
Massa menembus barikade personel gabungan dari TNI-Polri yang berjaga di depan Markas Polsek Kei Kecil. Meski petugas sudah menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan ke udara, massa dari Desa Ohoidertutu tetap maju merangsek ke arah Desa Ohoiren.
Warga Ohoiren berusaha menghadang ketika massa memasuki desanya, namun kalah jumlah sehingga kerusakan terjadi. Dari kedua belah pihak terlihat ada yang terluka, namun belum dipastikan jumlah korban.
Kapolres Malra AKBP Frans Duma kini berusaha melerai bentrokan agar tidak meluas, bersama pastor setempat. Bahkan, Pastor RD Erik Mara terlihat berusaha melerai pertikaian dengan tidur di tengah jalan. Kedua pihak mulai menghentikan saling serang sekitar pukul 12.00 WIT, dan massa dari Ohoidertutu terlihat kembali ke desanya.
Baca juga: Polres Malra dan pastor lerai bentrokan yang tewaskan seorang warga
Bentrokan kedua warga dari dua desa yang berbeda ini awalnya terjadi pada Sabtu (23/7) lalu, namun sempat mereda. Kapolres Malra AKBP Frans Duma menyatakan bentrok tersebut merupakan imbas dari adanya korban perkelahian antarkelompok pemuda Desa Ohoidertutu dengan kelompok Desa Ohoiren pada Sabtu (23/7) dini hari pukul 02.30 WIT di Ohoi Somlain.
"Tempatnya di rumah Bapak Manu Rahakbauw, tuan rumah pesta joget acara pernikahan cucunya di Desa Somlain," ujar Frans Duma di Langgur, Malra.
Akibat bentrok tersebut, lanjutnya, seorang warga meninggal dunia, yakni Ignasius Paulus Reyaan (26 tahun), asal Desa Ohoidertutu.
Pemkab Malra juga langsung turun tangan bersama puluhan personel gabungan untuk bersiaga di lokasi bentrokan dua kelompok warga untuk mencegah terjadinya keributan susulan.
"Saat ini puluhan petugas keamanan berada di tempat kejadian perkara, dengan rincian 20 anggota polres, 20 personel Brimob, dan 15 personel Kodim Kei Kecil," kata Kepala Kesbangpol Malra Moh Tukloy di Langgur, Minggu (24) lalu.
Tukloy mengatakan personel gabungan terus memantau perkembangan keamanan dan ketertiban masyarakat. Aparat juga sudah mendirikan pos keamanan di Ohoiren, Polsek Kei Kecil Barat dan Somlain Oboidertutu.
Ia mengatakan upaya mediasi sebenarnya juga telah dilakukan dengan melibatkan Kapolres Malra dan pastor yang melakukan pertemuan dengan masyarakat Ohoider Tutu, sedangkan Wakapolres Malra dan Kesbangpol Malra, serta Wakil Ketua DPRD Malra melakukan pertemuan dengan masyarakat Ohoiren.
"Hasil mediasi, semua pihak bersepakat dan menerima kebijakan-kebijakan untuk menyelesaikan persoalan ini secepatnya," katanya.
Baca juga: Puluhan personel TNI-Polri bersiaga cegah bentrok susulan di Malra
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA di Langgur, lebih dari satu rumah warga Desa Ohoiren yang rusak dan terbakar setelah massa dari Desa Ohoidertutu melakukan penyerangan sekitar pukul 09.00 WIT. Massa dari Desa Ohoidertutu mencapai ratusan orang dengan membawa berbagai senjata tajam seperti panah, parang, tombak hingga senapan angin.
Massa menembus barikade personel gabungan dari TNI-Polri yang berjaga di depan Markas Polsek Kei Kecil. Meski petugas sudah menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan ke udara, massa dari Desa Ohoidertutu tetap maju merangsek ke arah Desa Ohoiren.
Warga Ohoiren berusaha menghadang ketika massa memasuki desanya, namun kalah jumlah sehingga kerusakan terjadi. Dari kedua belah pihak terlihat ada yang terluka, namun belum dipastikan jumlah korban.
Kapolres Malra AKBP Frans Duma kini berusaha melerai bentrokan agar tidak meluas, bersama pastor setempat. Bahkan, Pastor RD Erik Mara terlihat berusaha melerai pertikaian dengan tidur di tengah jalan. Kedua pihak mulai menghentikan saling serang sekitar pukul 12.00 WIT, dan massa dari Ohoidertutu terlihat kembali ke desanya.
Baca juga: Polres Malra dan pastor lerai bentrokan yang tewaskan seorang warga
Bentrokan kedua warga dari dua desa yang berbeda ini awalnya terjadi pada Sabtu (23/7) lalu, namun sempat mereda. Kapolres Malra AKBP Frans Duma menyatakan bentrok tersebut merupakan imbas dari adanya korban perkelahian antarkelompok pemuda Desa Ohoidertutu dengan kelompok Desa Ohoiren pada Sabtu (23/7) dini hari pukul 02.30 WIT di Ohoi Somlain.
"Tempatnya di rumah Bapak Manu Rahakbauw, tuan rumah pesta joget acara pernikahan cucunya di Desa Somlain," ujar Frans Duma di Langgur, Malra.
Akibat bentrok tersebut, lanjutnya, seorang warga meninggal dunia, yakni Ignasius Paulus Reyaan (26 tahun), asal Desa Ohoidertutu.
Pemkab Malra juga langsung turun tangan bersama puluhan personel gabungan untuk bersiaga di lokasi bentrokan dua kelompok warga untuk mencegah terjadinya keributan susulan.
"Saat ini puluhan petugas keamanan berada di tempat kejadian perkara, dengan rincian 20 anggota polres, 20 personel Brimob, dan 15 personel Kodim Kei Kecil," kata Kepala Kesbangpol Malra Moh Tukloy di Langgur, Minggu (24) lalu.
Tukloy mengatakan personel gabungan terus memantau perkembangan keamanan dan ketertiban masyarakat. Aparat juga sudah mendirikan pos keamanan di Ohoiren, Polsek Kei Kecil Barat dan Somlain Oboidertutu.
Ia mengatakan upaya mediasi sebenarnya juga telah dilakukan dengan melibatkan Kapolres Malra dan pastor yang melakukan pertemuan dengan masyarakat Ohoider Tutu, sedangkan Wakapolres Malra dan Kesbangpol Malra, serta Wakil Ketua DPRD Malra melakukan pertemuan dengan masyarakat Ohoiren.
"Hasil mediasi, semua pihak bersepakat dan menerima kebijakan-kebijakan untuk menyelesaikan persoalan ini secepatnya," katanya.
Baca juga: Puluhan personel TNI-Polri bersiaga cegah bentrok susulan di Malra
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022