Pengamat Ekonomi dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, DR Mukhtar Adam menyatakan, data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara (Malut) memberi kesan baik untuk perkembangan ekonomi Malut, karena adanya pergeseran sektor pertanian ke industri.
"Kalau melihat kondisi makro berdasarkan data PDRB, tentunya bagi orang yang berada di luar Malut akan memberi kesan baik, karena struktur ekonominya secara perlahan bergeser dari sektor pertanian ke industri," kata Pengamat Ekonomi Unkhair Ternate, DR Mukhtar Adam di Ternate, Minggu.
Menurut dia, penopang utama fundamental ekonomi bakal digerakkan oleh industri, namun kondisi ini akan mengkhawatirkan bagi masyarakat yang hidup di wilayah Malut, karena efeknya bagi rakyat sangat rendah.
Baca juga: Ekonomi Maluku triwulan II-2022 tumbuh sebesar 4,81 persen
Selain itu, sektor pertanian pada Q-1 menurun dibandingkan Q2, akibat dari harga kopra yang turun ke-1 digit, sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) akan ikut berpengaruh, jika bertahan sampai September 2022.
Mukhtar menyatakan, hal itu bisa dilihat dari hasil survei BPS Malut, terkait kemiskinan yang akan berkontribusi pada peningkatan jumlah orang miskin.
Berdasarkan data BPS, perekonomian Malut berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku Triwulan II-2022 mencapai Rp17,44 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 9,98 triliun.
Sedangkan, untuk ekonomi Malut pada triwulan II-2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 2,41 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,91 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 49,63 persen.
Baca juga: Polda Malut akan wujudkan program berbasis pemulihan ekonomi Malut
Kepala BPS Malut Aidil Adha ketika dikonfirmasi menyatakan, ekonomi Malut triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 27,74 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 114,45 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen PMTB mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 112,19 persen.
"Bahkan, ekonomi Malut kumulatif Triwulan II-2022 terhadap Kumulatif Triwulan- II 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 28,03 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 121,54 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 134,52 persen," ujarnya.
Dia menggambarkan, beberapa lapangan usaha lainnya yang mengalami pertumbuhan di antaranya Lapangan Usaha Konstruksi sebesar 3,52 persen jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 2,87 persen, serta real estate sebesar 2,52 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 27,74 persen.
Selain itu, pertumbuhan terjadi pada empat belas lapangan usaha. lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri pengolahan sebesar 114,45 persen, transportasi dan pergudangan sebesar 38,23 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 34,22 persen.
Sementara itu, pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki peran dominan ketiga dalam perekonomian Malut tumbuh sebesar 4,48 persen.
Baca juga: Presiden Jokowi sebut ekonomi dunia dalam kondisi mengerikan akibat inflasi
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Kalau melihat kondisi makro berdasarkan data PDRB, tentunya bagi orang yang berada di luar Malut akan memberi kesan baik, karena struktur ekonominya secara perlahan bergeser dari sektor pertanian ke industri," kata Pengamat Ekonomi Unkhair Ternate, DR Mukhtar Adam di Ternate, Minggu.
Menurut dia, penopang utama fundamental ekonomi bakal digerakkan oleh industri, namun kondisi ini akan mengkhawatirkan bagi masyarakat yang hidup di wilayah Malut, karena efeknya bagi rakyat sangat rendah.
Baca juga: Ekonomi Maluku triwulan II-2022 tumbuh sebesar 4,81 persen
Selain itu, sektor pertanian pada Q-1 menurun dibandingkan Q2, akibat dari harga kopra yang turun ke-1 digit, sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) akan ikut berpengaruh, jika bertahan sampai September 2022.
Mukhtar menyatakan, hal itu bisa dilihat dari hasil survei BPS Malut, terkait kemiskinan yang akan berkontribusi pada peningkatan jumlah orang miskin.
Berdasarkan data BPS, perekonomian Malut berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku Triwulan II-2022 mencapai Rp17,44 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 9,98 triliun.
Sedangkan, untuk ekonomi Malut pada triwulan II-2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 2,41 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,91 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 49,63 persen.
Baca juga: Polda Malut akan wujudkan program berbasis pemulihan ekonomi Malut
Kepala BPS Malut Aidil Adha ketika dikonfirmasi menyatakan, ekonomi Malut triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 27,74 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 114,45 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen PMTB mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 112,19 persen.
"Bahkan, ekonomi Malut kumulatif Triwulan II-2022 terhadap Kumulatif Triwulan- II 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 28,03 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 121,54 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 134,52 persen," ujarnya.
Dia menggambarkan, beberapa lapangan usaha lainnya yang mengalami pertumbuhan di antaranya Lapangan Usaha Konstruksi sebesar 3,52 persen jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 2,87 persen, serta real estate sebesar 2,52 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 27,74 persen.
Selain itu, pertumbuhan terjadi pada empat belas lapangan usaha. lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri pengolahan sebesar 114,45 persen, transportasi dan pergudangan sebesar 38,23 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 34,22 persen.
Sementara itu, pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki peran dominan ketiga dalam perekonomian Malut tumbuh sebesar 4,48 persen.
Baca juga: Presiden Jokowi sebut ekonomi dunia dalam kondisi mengerikan akibat inflasi
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022