Bocah itu sudah berusia 4 tahun. Namun melihat postur tubuhnya yang pendek dan kecil, balita itu seperti masih berumur 2 tahun.

Tingkat kecerdasan Yus, sebut saja namanya seperti itu, juga terbilang rendah, terindikasi anak itu belum lancar menghitung angka 1 hingga 10. Padahal balita merupakan usia emas (golden age)  pertumbuhan seseorang.

Anak seorang pengojek di pinggiran Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut) itu, sesuai hasil diagnosis dokter, mengalami stunting atau tumbuh kembang anak yang terhambat akibat kurangnya asupan gizi selama masa pertumbuhan.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Perlu gerakan masif cegah "stunting"

Di Malut cukup banyak anak yang mengidap stunting seperti diidap Yus.  Bahkan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Ternate menyebut Malut sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki angka kasus stunting cukup tinggi.

Angka kasus tengkes atau stunting di provinsi berpenduduk 1,3 juta jiwa, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Malut pada 2020, cukup tinggi. Jumlah balita di Malut tercatat 95.051 anak, yang mengalami kekurangan berat badan terdata 3.146 balita atau 14,1 persen, kekerdilan tercatat 3.541 balita atau 16 persen, dan wasting (kekurangan gizi akut) sebanyak  810 balita atau 8,2 persen.

Gangguan pertumbuhan dimulai pada 1.000 HPK (hari pertama kehidupan) yang dihitung sejak konsepsi hingga usia 2 tahun. Pada dasarnya stunting pada balita tidak bisa disembuhkan, tapi dapat dilakukan upaya untuk perbaikan gizi guna meningkatkan kualitas hidupnya.

Kasus stunting di Malut umumnya disebabkan kurangnya pemahaman orang tua dalam memberikan asupan makanan yang bergizi kepada anaknya serta keterbatasan ekonomi orang tua sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi bagi anggota keluarganya.

Dengan melimpahnya potensi perikanan dan pertanian di Malut, seharusnya tidak ada anak di provinsi ini yang mengidap stunting atau masalah kesehatan lainnya yang disebabkan kurangnya asupan makanan bergizi.

Ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi tumbuh kembang anak, dengan kandungan Omega 3 yang sangat baik untuk kecerdasan otak anak. Jika ikan dikonsumsi secara rutin dan dengan proses pengolahan yang baik, asupan tersebut sangat menunjang tumbuh kembang balita.

Baca juga: Anggota DPR ajak masyarakat Maluku Utara ikut berperan tekan stunting, begini caranya

Di Malut banyak perusahaan tambang yang beroperasi, terutama tambang nikel, yang seharusnya keberadaan mereka dapat memberi kontribusi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat setempat, terutama masalah stunting.

Anak yang mengalami stunting digambarkan sebagai generasi yang kelak akan menjadi beban bagi bangsa Indonesia karena mereka menjadi generasi kurang berkualitas, yang tidak akan mampu melakukan sesuatu yang memiliki nilai tambah bagi diri, masyarakat, dan bangsa.

Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tidak akan memiliki arti apa-apa bagi generasi stunting karena mereka tidak akan mampu memanfaatkannya sehingga hanya mengharapkan dari bangsa lain untuk menggarap potensi itu dan mereka hanya menjadi penonton.

Begitu bahayanya stunting  sehingga Pemerintah Pusat terus berupaya mengatasinya, antara lain, dengan menerbitkan Kepres Nomor 72 Tahun 2021 mengenai Percepatan Penurunan Stunting yang menjadi acuan dalam penanganan gangguan tumbuh kemban anak di seluruh Indonesia.

   

Jadi Cambuk

Tingginya angka kasus stunting menjadi cambuk bagi Pemerintah Provinsi Malut dan 10 pemerintah kabupaten/kota di provinsi ini. Mereka bertekad menurunkan angka kasus itu sampai tidak ada satu pun kasus stunting di daerahnya masing-masing.

Pemprov Malut telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting, begitu pula seluruh pemerintah kabupaten/kota telah membentuk tim serupa, bahkan ada kabupaten/kota yang membentuk tim seperti itu sampai di tingkat kelurahan dan desa.

Khusus di Kota Ternate, menurut Walikota Ternate Tauhid Sulaiman, semua dinas terkait telah dan terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan kasus stunting di daerah ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Dinas Kesehatan, misalnya, untuk menurunkan kasus stunting di Ternate, antara lain, dengan memaksimalkan peran posyandu di setiap kelurahan, khususnya dalam melakukan timbang badan terhadap anak balita dan sosialisasi pemberian asupan makanan bergizi kepada anak.

Baca juga: BKKBN minta elemen di Malut bantu turunkan angka kekerdilan

Semua anak balita di setiap kelurahan harus melakukan timbang badan secara rutin di posyandu. Jika ada anak yang terdeteksi mengalami stunting atau masalah kesehatan lainnya, misalnya, berat badannya tidak naik maka langsung ditangani dengan tindakan medis maupun pemberian bantuan makanan bergizi.

Dinas Penyuluhan dan Kependudukan (DPKP) Ternate juga ikut berperan menurunkan kasus stunting di Ternate dengan mengintensifkan penyuluhan mengenai bahaya stunting dan pencegahan gangguan tumbuh kembang anak ini kepada masyarakat di setiap kelurahan.

Pencegahan pernikahan dini juga selalu menjadi materi yang disampaikan DPKP Ternate dalam setiap melakukan penyuluhan di masyarakat karena pernikahan dini selain rawan mengalami perceraian, juga berpotensi melahirkan anak yang tidak sehat seperti stunting akibat belum matangnya pasangan tersebut untuk berumah tangga.

Instansi tersebut proaktif melakukan pendampingan kepada calon pasangan yang akan menikah dan memberikan kepada mereka berbagai informasi dan pengetahuan sebagai bekal saat mengarungi rumah tangga, agar kelak rumah tangga mereka harmonis dan melahirkan anak-anak yang sehat.

Dinas Perumahan dan Permukiman Ternate yang membangun permukiman warga yang sehat di kota ini juga memiliki  kontribusi untuk menurunkan stunting karena lingkungan tempat tinggal yang sehat diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang anak.

Baca juga: Menteri PPPA tekankan budaya patriarki tak halangi perempuan sejajar laki-laki

Dinas Sosial setempat juga ambil bagian menurunkan kasus stunting di daerah ini dengan cara memberdayakan warga kurang mampu melalui pemberian modal usaha, agar mereka memiliki penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, terutama makanan yang bergizi.

Sejumlah organisasi masyarakat di provinsi ini pun tidak ketinggalan menurunkan kasus unting
di daerah ini, misalnya, rutin memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai manfaat pangan lokal sebagai sumber makanan bergizi melalui cara pengolahan yang baik dan sehat.

Kolaborasi pemerintah provinsi, pemda, ormas, dan keluarga diharapkan mempercepat penurunan kasus tengkes hingga suatu saat tidak ada lagi bocah mengidap tengkes di provinsi ini. ***3***


Baca juga: Puan Maharani sebut Gen Z titik awal bangun kejayaan RI di tengah era globalisasi

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022