Bupati Halmahera Selatan, Maluku Utara (Malut), Usman Sidik menyebutkan keberadaan pabrik nikel sulfat di kabupaten itu memberikan manfaat bagi warga daerah itu.

"Bagi kami, ini luar biasa dan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Halmahera Selatan," kata Usman Sidik saat dihubungi di Ternate, Jumat.

Dia menyatakan rasa bangga bisa menjadi saksi keberhasilan PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang memproduksi nikel sulfat pertama di Indonesia.

"Saya harapkan keberadaan perusahaan tambang yang beroperasi di daerah Halmahera Selatan bisa berdampak mulai dari peningkatan pendapatan daerah hingga penyerapan tenaga kerja lokal, guna menekan tingginya angka pengangguran," kata Bupati yang juga mantan wartawan tersebut.

Hal itu ditandai dengan tonggak sejarah baru di mana Bapak dan Ibu sekalian akan menjadi saksi peresmian dari pabrik nikel-sulfat (NiSO4.6H2O) yang juga diproduksi HPL.

Pabrik nikel sulfat yang berdiri di Pulau Obi ini, akan menjadi pabrik pertama di Indonesia yang memproduksi sekaligus menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi.

"Sesuai laporan, dalam hal kapasitas produksi NiSO4, Perseroan akan terus melakukan penyempurnaan dan meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai 240.000 metrik ton/tahun dengan kandungan nikel metal 54.000 ton/tahun dan ditargetkan tercapai pada pertengahan Q2 tahun 2023," ujarnya.

Sesuai jadwal, untuk ekspor perdana nikel sulfat yang beroperasi di Pulau Obi ini rencananya dilakukan pada Juni 2023.

Sementara itu, Direktur HPL Tonny H. Gultom mengungkapkan di Pulau Obi yang kaya mineral ini, pihaknya konsisten membangun industri pertambangan terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Dimulai dari pertambangan pada tahun 2010 melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk, perusahaan telah mengejawantahkan apa yang menjadi amanat dari pemerintah akan semangat hilirisasi.

Sejak tahun 2015, Harita Nickel telah melakukan hilirisasi melalui pengolahan nikel kadar tinggi (saprolit) melalui PT Megah Surya Pertiwi dengan 4 jalur produksi feronikel.

"Di tahun 2018 kami mulai membangun hilirisasi pengolahan nikel kadar rendah limonit yang selama ini diperlakukan sebagai over-burden (batuan sisa) Mixed Hydroide Precipitate," kata Tonny.

Industri hilirisasi tersebut resmi beroperasi pada Juni 2021 melalui afiliasi PT Halmahera Persada Lygend. Selanjutnya anak usaha Harita Nickel lainnya, yakni PT Halmahera Jaya Feronikel (PT HJF) pada semester I 2023 ini telah menyelesaikan pembangunan smelter feronikel dengan 8 jalur produksi.

"Semangat hilirisasi ini terintegrasi dalam bentuk peta jalan bisnis, yang hingga hari ini dengan bangga dan penuh rasa syukur, bergandengan tangan bersama partner kami dari Lygend Resources Technology Co., Ltd, telah berhasil naik ke jenjang pencapaian baru dengan diproduksinya nikel sulfat," tandas Tonny.

Sementara itu Zhang Bao Dong, Direktur PT Halmahera Persada Lygend yang juga merupakan perwakilan Lygend Resources Technology Co., Ltd dalam sambutannya menyatakan bahwa Lygend sangat bangga bisa bekerjasama dengan Harita Group dan menghasilkan pabrik HPAL sampai turunannya yaitu nikel sulfat.

"Besar harapan kami bahwa ke depannya Harita dan Lygend akan bersama-sama membangun industri hilirisasi demi memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan," kata Zhang. Upaya-upaya yang konstruktif lanjut Zhang akan terus dilakukan untuk mengembangkan lebih hilir lagi dari ekosistem baterai kendaraan listrik yang berasal dari Pulau Obi ini.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Ikhwan Wahyudi


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023