Ambon (Antara Maluku) - Perayaan tahun baru Imlek ke-2563, yang digelar Walibuddha Indonesia (WALUBI) Maluku, dimeriahkan nuansa keberagaman budaya di daerah tersebut, Minggu malam (22/01).
Acara yang digelar di Baileo Oikumene itu selain menampilkan atraksi barongsai yang menjadi ciri khas perayaan tahun baru Cina, juga diisi pertunjukan berbagai kesenian dan kebudayaan lain.
Atraksi seni dan budaya tersebut dipersembahkan oleh empat lembaga keagamaan di Maluku, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gereja Protestan Maluku (GPM), Keuskupan Amboina dan Parisada Hindu Dharma Maluku.
MUI menampilkan tarian bergaya arabian "Amarin" yang dibawakan oleh empat penari dari Sanggar Mawar Jingga. Berbeda dengan MUI, Parisada Hindu Dharma mempersembahkan tari tradisional Bali "puspanjali".
GPM menghadirkan lagu He Xin Nian yang dinyanyikan oleh paduan suara anak-anak dari Gereja Hok Kim Tong, dan beberapa alunan musik dari grup terompet GPM Silo.
Sedangkan Keuskupan Amboina tampil dengan poco-poco modern, dibawakan oleh Serikat Kepausan Anak-Remaja Misioner Indonesia (Sekami) Paroki Maria Bintang Laut Ambon.
WALUBI Maluku sebagai penyelenggara acara, melalui Vihara Swarna Giri Tirta mempersembahkan tari lampion, ribbon dance, tari kipas dan drama musikal "Fireworks".
Keberagaman tidak hanya terlihat dari persembahan atraksi seni, pembacaan doa pun dilakukan secara Islam oleh Ketua MUI Maluku Idrus Tukan, dan Kristiani oleh anggota Badan Pengurus Harian (BPH) Sinode GPM Pendeta Joppie Noya.
Di akhir perayaan Imlek ke-2563 yang jatuh pada 23 Januari 2012 Masehi, grup barongsai GX Lion Dance Makassar membawakan pertunjukan "Sun Go Kong", tokoh kera sakti dalam novel Perjalanan Ke Barat.
Ketua WALUBI Maluku Wilhemus Jauwerissa dalam kesempatan tersebut mengatakan, keberagaman jangan dijadikan pemisah, melainkan sebaliknya. Keunikan dari bermacam-macam budaya dan seni yang ada di Maluku dapat menjadi media pemersatu "orang basudara".
"Keberagaman haruslah menjadi media pemersatu bagi kita selaku orang basudara, karena ini menjadi kekayaan dan keunikan bagi kita," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
Acara yang digelar di Baileo Oikumene itu selain menampilkan atraksi barongsai yang menjadi ciri khas perayaan tahun baru Cina, juga diisi pertunjukan berbagai kesenian dan kebudayaan lain.
Atraksi seni dan budaya tersebut dipersembahkan oleh empat lembaga keagamaan di Maluku, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gereja Protestan Maluku (GPM), Keuskupan Amboina dan Parisada Hindu Dharma Maluku.
MUI menampilkan tarian bergaya arabian "Amarin" yang dibawakan oleh empat penari dari Sanggar Mawar Jingga. Berbeda dengan MUI, Parisada Hindu Dharma mempersembahkan tari tradisional Bali "puspanjali".
GPM menghadirkan lagu He Xin Nian yang dinyanyikan oleh paduan suara anak-anak dari Gereja Hok Kim Tong, dan beberapa alunan musik dari grup terompet GPM Silo.
Sedangkan Keuskupan Amboina tampil dengan poco-poco modern, dibawakan oleh Serikat Kepausan Anak-Remaja Misioner Indonesia (Sekami) Paroki Maria Bintang Laut Ambon.
WALUBI Maluku sebagai penyelenggara acara, melalui Vihara Swarna Giri Tirta mempersembahkan tari lampion, ribbon dance, tari kipas dan drama musikal "Fireworks".
Keberagaman tidak hanya terlihat dari persembahan atraksi seni, pembacaan doa pun dilakukan secara Islam oleh Ketua MUI Maluku Idrus Tukan, dan Kristiani oleh anggota Badan Pengurus Harian (BPH) Sinode GPM Pendeta Joppie Noya.
Di akhir perayaan Imlek ke-2563 yang jatuh pada 23 Januari 2012 Masehi, grup barongsai GX Lion Dance Makassar membawakan pertunjukan "Sun Go Kong", tokoh kera sakti dalam novel Perjalanan Ke Barat.
Ketua WALUBI Maluku Wilhemus Jauwerissa dalam kesempatan tersebut mengatakan, keberagaman jangan dijadikan pemisah, melainkan sebaliknya. Keunikan dari bermacam-macam budaya dan seni yang ada di Maluku dapat menjadi media pemersatu "orang basudara".
"Keberagaman haruslah menjadi media pemersatu bagi kita selaku orang basudara, karena ini menjadi kekayaan dan keunikan bagi kita," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012