Ambon, 5/2 (ANTARA News) - Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 pada 2019 hendaknya menjadi momentum untuk membangun semangat dan kesadaran kolektif untuk membudayakan sikap saling menghidupkan antarsesama anak bangsa, terutama di Maluku.
"Perayaan Imlek 2019 diharapkan menjadi spirit membudayakan sikap pro hidup yakni hidup rukun dan damai, saling menghormati dan menghargai diantara sesama anak bangsa," kata Gubernur Maluku, Said Assagaff, pada perayaan Tahun Baru Imlek 2570, di Ambon, Senin malam.
Dalam sambutan tertulis dibacakan Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Perekonomian, Rony Tairas, Gubernur menyatakan, kebersamaan yang terjalin di antara warga Tionghoa dengan berbagai elemen anak bangsa, termasuk di Maluku, menjadi bukti semakin kokohnya kesadaran bersama untuk saling menghormati dan menerima perbedaan dan keragaman.
Keragaman dan perbedaan kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di Maluku tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah persoalan, tetapi sebaliknya harus tetap bersatu dan bergandengan tangan dalam semangat hidup orang basudara (bersaudara) yang menjadi jati diri orang Maluku.
Dia menyatakan, pengalaman dan cerita sukses tentang indahnya hidup orang basudara di daerah ini, hendaknya tidak diabaikan begitu saja, tetapi dijadikan modal sosio-kultural yang sangat berharga untuk membangun Maluku yang lebih berkeadaban di masa mendatang.
"Untuk itu marilah kita bersama mewujudkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia dan dunia," ujarnya.
Menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama artinya menjadikan daerah ini sebagai contoh agar orang bisa belajar tentang kesuksesan membangun dan mengembangkan kerukunan hidup antarumat beragama.
Dia juga memandang perayaan Imlek di Maluku yang ditandai berbagai kegiatan bernilai sosial, termasuk pemberian "angpao" kepada sesama warga Tionghoa dan warga lainnya, merupakan bentuk keterbukaan diri warga Tionghoa untuk melakukan silaturahim dan berbagi dengan sesama tanpa memandang etnis, suku, agama, ras dan golongan.
"Sejatinya perayaan Imlek bukan hanya menjadi milik umat Konghucu dan masyarakat Tionghoa saja, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Maluku," tandasnya.
Perayaan Imlek telah menjadi bukti pengakuan bahwa tradisi kaum Tionghoa telah melebur, membaur dan menjadi tradisi masyarakat Indonesia, dan perlu dikembangkan sebagai modal utama mempererat persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa.
Gubernur juga memberikan apresiasi kepada masyarakat Tionghoa yang selama ini berperan aktif mendukung pemerintah daerah menggerakkan roda perekonomian 11 kabupaten/kota di Maluku dalam rangka mewujudkan visi pembangunan 2014-2019 yakni "Maluku rukun, religius, damai, sejahtera, aman, berkualitas dan demokratis dijiwai semangat Siwalima berbasis kepulauan secara berkelanjutan".
Perayaan Imlek di Ambon untuk pertama kalinya digelar di gedung Budha Center yang dibangun Pemprov Maluku dan letaknya bersebelahan dengan Vihara Swarna Giri Tirta, di kawasan Gunung Nona, dihadiri warga Tionghoa serta tokoh lintas agama.
Perayaan Imlek yang diselenggarakan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Maluku juga dimeriahkan atrasi barongsai yang dibawakan grup barongsai GX Lion Dance asal Makassar, Sulawesi Selatan juga beragam pentas kesenian dan kebudayaan dari berbagai perwakilan agama lain dan elemen masyarakat.