Ambon (Antara Maluku) - Program Pascasarjana Manajemen Hutan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon menawaran pengembangan agroforestri berbasis tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) di Maluku.
"Pala merupakan tanaman rakyat di Maluku, yang tentunya dapat memberikan manfaat pada perekonomian mereka," kata Ketua Program Studi Manajemen Hutan Program Pasca Serjana (PPS) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Agustinus Kastanya, kepada ANTARA, di Ambon, Provinsi Maluku, Kamis.
Ia mengatakan, sama halnya dengan cengkih, pala adalah jenis tanaman endemis di Maluku yang dapat tumbuh subur di tanah dengan kemiringan antara 3-15 persen, bahkan lebih.
Kendati memiliki nilai ekonomis yang sama, namun pengembangan tanaman pala di Maluku masih sangat rendah.
Untuk itu, PPS Manajemen Hutan Unpatti Ambon menamawaran pengembangan agroforestri berbasis tanaman pala, yang diharapkan mampu memperbaiki perekonomian masyarakat Maluku, khususnya petani.
"Kami akan membentuk forum-forum khusus untuk ini, dan turun langsung ke masyarakat, khususnya petani pala,untuk mensosialisasikan sistem ini," katanya.
Kastanya menjelaskan, agroforestri merupakan sistem pengelolaan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, dengan cara tumpang sari, sehingga tidak merusak hutan.
Dalam satu lahan perkebunan atau ladang, dapat ditanam beberapa jenis tanaman atau pohon sekaligus, sehingga dapat difungsikan sebagai pagar ataupun pelindung tanaman lainnya. Cara ini dinilai cocok bagi petani Maluku yang masih menggunakan pola perladangan berpindah-pindah.
"Sistem ini juga membantu untuk memberikan bantuan penyerapan emisi yang memberikan dampak rumah kaca. Setidaknya dengan begini, petani tidak lagi menebang banyak pohon untuk membuat ladang baru," ujarnya.
Menurut dia, saat ini di Maluku, hanya Pulau Banda yang memiliki potensi sebagai pusat perkebunan pala, dikarenakan mereka masih mengelola dan mengembangkan perkebunan peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
"Semua daerah di Maluku memiliki potensi, karena pala juga bisa tumbuh subur di area yang tinggi, tapi saat ini hanya petani pala di pulau Banda yang masih mengembangkan perkebunan mereka dengan baik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"Pala merupakan tanaman rakyat di Maluku, yang tentunya dapat memberikan manfaat pada perekonomian mereka," kata Ketua Program Studi Manajemen Hutan Program Pasca Serjana (PPS) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Agustinus Kastanya, kepada ANTARA, di Ambon, Provinsi Maluku, Kamis.
Ia mengatakan, sama halnya dengan cengkih, pala adalah jenis tanaman endemis di Maluku yang dapat tumbuh subur di tanah dengan kemiringan antara 3-15 persen, bahkan lebih.
Kendati memiliki nilai ekonomis yang sama, namun pengembangan tanaman pala di Maluku masih sangat rendah.
Untuk itu, PPS Manajemen Hutan Unpatti Ambon menamawaran pengembangan agroforestri berbasis tanaman pala, yang diharapkan mampu memperbaiki perekonomian masyarakat Maluku, khususnya petani.
"Kami akan membentuk forum-forum khusus untuk ini, dan turun langsung ke masyarakat, khususnya petani pala,untuk mensosialisasikan sistem ini," katanya.
Kastanya menjelaskan, agroforestri merupakan sistem pengelolaan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, dengan cara tumpang sari, sehingga tidak merusak hutan.
Dalam satu lahan perkebunan atau ladang, dapat ditanam beberapa jenis tanaman atau pohon sekaligus, sehingga dapat difungsikan sebagai pagar ataupun pelindung tanaman lainnya. Cara ini dinilai cocok bagi petani Maluku yang masih menggunakan pola perladangan berpindah-pindah.
"Sistem ini juga membantu untuk memberikan bantuan penyerapan emisi yang memberikan dampak rumah kaca. Setidaknya dengan begini, petani tidak lagi menebang banyak pohon untuk membuat ladang baru," ujarnya.
Menurut dia, saat ini di Maluku, hanya Pulau Banda yang memiliki potensi sebagai pusat perkebunan pala, dikarenakan mereka masih mengelola dan mengembangkan perkebunan peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
"Semua daerah di Maluku memiliki potensi, karena pala juga bisa tumbuh subur di area yang tinggi, tapi saat ini hanya petani pala di pulau Banda yang masih mengembangkan perkebunan mereka dengan baik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012