Ambon (Antara Maluku) - Pembangunan karakter bangsa diperlukan untuk menghasilkan peradaban dan kebudayaan Indonesia yang menjadi daya tarik bagi bangsa lain untuk berinteraksi, demikian kata Rektor Universitas Darussalam Ambon, Profesor Ismael Tahir.
Penegasan tersebut disampaikan Ismael Tahir di depan 372 lulusan sarjana (S-1) dan Diploma III (D-III) Universitas Darussalam, yang diwisuda, Sabtu.
"Karakter penting dan strategis untuk membangun bangsa Indonesia bila ingin berpacu dengan bangsa lain. Dengan karakternya bangsa seperti China memanfaatkan globalisasi dan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) untuk memposisikan dirinya sebagai kapitalis tapi juga sosialis," katanya.
Ia mengajak para lulusan itu membuka cakrawala berpikir mereka dan menjadi insan berkarakter agar sebagai anak bangsa dan calon-calon pemimpin masa depan dapat melakukan perubahan untuk pembangunan dengan menjadikan keberhasilan bangsa lain sebagai pelajaran.
Ia mengatakan, globalisasi dan kemajuan TIK menyebabkan dunia tidak lagi berkiblat ke arah dua kutub atau bahkan mungkin satu kutub. Melainkan kini menjadi multikutub yang merubah posisi dan kekuatan bangsa-bangsa di dunia.
"Tampilnya China sebagai kekuatan global merupakan bukti tidak relevannya citra dwikutub. China merupakan negara yang ekonominya dihela oleh pasar, tapi pada saat yang sama ia memiliki pemerintahan yang kuat dan efektif," katanya.
Ia menjelaskan bahwa China tampil sebagai kekuatan iptek modern, tapi pada saat yang sama iptek tradisional mengalami perkembangan pesat.
"Bangsa-bangsa lain di Asia dan Amerika Latin kini mulai tampil sebagai kekuatan ekonomi dengan iptek yang makin diperhitungkan di arena global. Perubahan global tersebut berimplikasi pada kriteria atau tolak ukur kemajuan suatu bangsa," katanya.
Dijelaskan Ismael Tahir, daya saing ekonomi masih menjadi parameter kemajuan bangsa yang relevan. Tapi dalam dunia yang multikutub diperlukan kemampuan baru, yaitu mampu berkooperasi di antara bangsa-bangsa dengan peluang yang sama untuk menjadi pemenang.
"Dengan demikian, di masa depan bangsa yang maju adalah yang mampu berinteraksi secara global yang dapat menggali peluang-peluang bagi kemajuan lokal, nasional dan global sekaligus," katanya.
Menurut dia, tantangan bagi bangsa Indonesia adalah terlibat dalan interaksi antarbangsa itu. Menggali peluang-peluang dari interaksi itu dan memanfaatkannya untuk perbaikan dan pembaharuan pada skala lokal, nasional dan global.
"Dalam kaitan inilah semakin dirasakan pentingnya pembangunan karakter bagi suatu bangsa," kata Ismael Tahir.
Ia pun mengajak para sarjana untuk menciptakan karya-karya inovatif di tengah-tengah masyarakat agar Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju.
Selain itu, merekqa diharapkan mengedepankan karakter yang "giving the best" dilandasi ahlak mulia.
"Implementasikan selalu prinsip lima As yakni,kerja keras, cerdas, mawas, tuntas dan iklas. Tunjukan bahwa alumni Darussalam bukan hanya cerdas, tapi juga dapat diandalkan dan dipercaya karena membawa kesejahteraan dan kemaslahatan bagi masyarakat dan bangsa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
Penegasan tersebut disampaikan Ismael Tahir di depan 372 lulusan sarjana (S-1) dan Diploma III (D-III) Universitas Darussalam, yang diwisuda, Sabtu.
"Karakter penting dan strategis untuk membangun bangsa Indonesia bila ingin berpacu dengan bangsa lain. Dengan karakternya bangsa seperti China memanfaatkan globalisasi dan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) untuk memposisikan dirinya sebagai kapitalis tapi juga sosialis," katanya.
Ia mengajak para lulusan itu membuka cakrawala berpikir mereka dan menjadi insan berkarakter agar sebagai anak bangsa dan calon-calon pemimpin masa depan dapat melakukan perubahan untuk pembangunan dengan menjadikan keberhasilan bangsa lain sebagai pelajaran.
Ia mengatakan, globalisasi dan kemajuan TIK menyebabkan dunia tidak lagi berkiblat ke arah dua kutub atau bahkan mungkin satu kutub. Melainkan kini menjadi multikutub yang merubah posisi dan kekuatan bangsa-bangsa di dunia.
"Tampilnya China sebagai kekuatan global merupakan bukti tidak relevannya citra dwikutub. China merupakan negara yang ekonominya dihela oleh pasar, tapi pada saat yang sama ia memiliki pemerintahan yang kuat dan efektif," katanya.
Ia menjelaskan bahwa China tampil sebagai kekuatan iptek modern, tapi pada saat yang sama iptek tradisional mengalami perkembangan pesat.
"Bangsa-bangsa lain di Asia dan Amerika Latin kini mulai tampil sebagai kekuatan ekonomi dengan iptek yang makin diperhitungkan di arena global. Perubahan global tersebut berimplikasi pada kriteria atau tolak ukur kemajuan suatu bangsa," katanya.
Dijelaskan Ismael Tahir, daya saing ekonomi masih menjadi parameter kemajuan bangsa yang relevan. Tapi dalam dunia yang multikutub diperlukan kemampuan baru, yaitu mampu berkooperasi di antara bangsa-bangsa dengan peluang yang sama untuk menjadi pemenang.
"Dengan demikian, di masa depan bangsa yang maju adalah yang mampu berinteraksi secara global yang dapat menggali peluang-peluang bagi kemajuan lokal, nasional dan global sekaligus," katanya.
Menurut dia, tantangan bagi bangsa Indonesia adalah terlibat dalan interaksi antarbangsa itu. Menggali peluang-peluang dari interaksi itu dan memanfaatkannya untuk perbaikan dan pembaharuan pada skala lokal, nasional dan global.
"Dalam kaitan inilah semakin dirasakan pentingnya pembangunan karakter bagi suatu bangsa," kata Ismael Tahir.
Ia pun mengajak para sarjana untuk menciptakan karya-karya inovatif di tengah-tengah masyarakat agar Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju.
Selain itu, merekqa diharapkan mengedepankan karakter yang "giving the best" dilandasi ahlak mulia.
"Implementasikan selalu prinsip lima As yakni,kerja keras, cerdas, mawas, tuntas dan iklas. Tunjukan bahwa alumni Darussalam bukan hanya cerdas, tapi juga dapat diandalkan dan dipercaya karena membawa kesejahteraan dan kemaslahatan bagi masyarakat dan bangsa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012