Ambon (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan kehidupan sosial dan kultur masyarakat provinsi ini kental aneka budaya yang lahir dari kandungan komunitasnya.

"Maluku kaya akan budaya lokal yang terus dilestarikan oleh masyarakat sesuai adat dan tradisi setempat, tetapi seiring perkembangan zaman terkikis budaya asing," katanya, saat membuka Semarak Arkeologi Nasional 2012 yang dipusatkan di Kota Ambon, 18-21 September 2012.

Gubernur menjelaskan bahwa di Maluku terdapat kearifan lokal yang hidup dan menghidupkan masyarakatnya hingga saat ini.

Kearifan lokal tersebut dikenal dengan beberapa sebutan, seperti Pela-Gandong (hubungan saudara), Ain ni Ain, Kidabela-Kalwedo, Duan-Lolat , atau di dalam mekanisme sosial seperti budaya Masohi (Saling membantu), Sasi, Maanu serta Hamaren.

"Semua itu merupakan budaya lokal yang selama ini mengatur interaksi dan pola hubungan antarmasyarakat, baik secara komunal maupun personal, yang membentuk kebersamaan orang Maluku dalam hidup saling menghargai satu sama lain," ujarnya.

Pembangunan kebudayaan, kata gubernur,  menjadi salah satu landasan vital tercapainya cita-cita pembangunan kemanusiaan yang adil dan beradab.

"Oleh karena itu saya mengajak masyarakat untuk menjaga dan menghargai nilai budaya, dalam rangka membangun kebersamaan serta semangat toleransi yang jujur dan saling menghormati," katanya.

10 Balai Arkeologi

Kepala Balai Aerkologi Ambon Made Sudarmika mengungkapkan, kegiatan Semarak Arkeologi Nasional tahun ini dirangkai dalam beberapa kegiatan, di antaranya pameran arkeologi nasional, seminar, aneka lomba, serta simulasi budaya kreatif.

Pameran nasional diikuti 10 balai arkeologi di Indonesia  dan pusat arkeologi nasional.

Setiap instansi akan menyajikan pameran hasil-hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di wilayah kerja masing-masing, sedangkan simulasi kreatif menampilkan berbagai budaya di Maluku antara lain simulasi pengrajin tifa, penganyam bambu, kulit kerang, seni patung..

Seminar nasional menghadirkan enam pembicara yakni arkeolog senior dari pusat Arkeologi Nasional, Prof T Simanjuntak,  akademisi arkeolog  Universitas Indonesia (UI) Prof Mundarjito, dan empat pembicara dari Universitas Pattimura yaitu Prof Jhon Lokolo, Prof Mus Hulisellan, Dr. Abidin Wakono dan Prof.Tonny Pariella.

Pewarta: ANTARA

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012